Sempe sebagai pengikat persaudaraan gandong, Ouw dan Seith.

70 Dalam kehidupan manusia tidak akan terlepas dari tradisi dan budaya dalam lingkungan ia berada. Budaya adalah suatu warisan dari leluhur atau nenek moyang kita yang tidak ternilai harganya. Berbagai cara dapat dilakukan dalam rangka pelestarian budaya, namun yang paling penting yang harus pertama dimiliki adalah menumbuhkan kesadaran serta rasa memiliki akan budaya tersebut, sehingga dengan rasa memiliki serta mencintai budaya akan membuat orang memahami sehingga budaya akan tetap ada karena pewaris kebudayaan akan terus ada.

b. Sempe sebagai pengikat persaudaraan gandong, Ouw dan Seith.

Selain sempe sebagai warisan budaya oleh leluhur bagi masyarakat negeri Ouw, sempe ini juga sekaligus sebagai pemersatu. Kearifan lokal yang begitu mengental dalam kehidupan masyarakat Maluku adalah hubungan orang basudara atau yang lebih dikenal dengan pela-gandong. Negeri Ouw memiliki hubungan gandong dengan negeri Seith, yang mana negeri Seith sebagai kakak dan negeri Ouw sebagai adik. Ketika kita berbicara sempe dari negeri Ouw tidak akan terlepas dari sejarah yang melatarbelakangi asal muasal sempe itu sendiri, yang mana berasal dari negeri Seith dalam artian bahwa Ouw dan negeri seith tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan bermasyarakat. Dikatakan sempe sebagai pengikat persaudaraan antara negeri Ouw dan seith dikarenakan sempe menjadi simbol persaudaraan antara kedua negeri. Kembali kepada tragedi kerusuhan Maluku yang terjadi antara tahun 1999 hingga tahun 2002, memberikan dampak yang begitu besar bagi hubungan gandong negeri Ouw dan Seith. Kerusuhan dimaksud ternyata telah membawa dampak negatif, sehingga sangat mempengaruhi terganggunya sistem pendidikan dan aktivitas 71 ekonomi masyarakat; belum terhitung rusaknya hubungan-hubungan sosial, kekerabatan dan kemanusiaan yang selama ini menjadi referensi bersama dalam tatanan kehidupan bermasyarakat di Maluku. Namun dalam hal lain bahwa melalui kerusuhan yang terjadi masyarakat Maluku melihat adanya suatu peluang yang begitu baik untuk mencari jalan tengah untuk perdamaian, yakni dengan menggunakan kearifan lokal yang sudah ada sejak dahulu yakni pranata pela-gandong. Hal ini terlihat pada tahun 2005 ketika pasca konflik Maluku, negeri Ouw dan negeri Seith melakukan ritual panas gandong yang dilaksanakan di negeri Ouw, yang mana negeri Seith merupakan kaka dan masyarakatnya memeluk agama Islam, sedangkan negeri Ouw yang merupakan adik dan masyarakatnya memeluk agam Kristen. Hubungan gandong ini dibuktikan melalui ritual panas gandong dan kehidupan bermasyarakat kedua negeri yang hidup akur dan berdampingan. Kedua negeri Ouw dan Seith dijadikan sebagai suatu proyek perdamaian oleh pemerintah daerah Maluku paska konflik 1999-2004 dengan adanya pembangunan monumen panas gandong berupa tugu sempe yang didalamnya berisi janji dan sumpah kedua negeri diwakili oleh kedua raja negeri tersebut. Menurut bapak Maramua Silahooy, hubungan pela-gandong tidak bisa menjadi jaminan untuk satu atau dua negeri bisa hidup berdampingan, contohnya negeri Siri- sori Sarani dan Siri-sori Salam, kedua negeri ini memiliki hubungan pela, tetapi ketika kerusuhan mereka saling menyerang dan tidak bisa untuk menjaga hubungan persaudaraan yang mereka sumpahkan. Berbeda degan negeri Ouw dan Seith, ketika kerusuhan banyak masyarakat negeri Ouw yang diselamatkan oleh masyarakat negeri Seith. Orang Ouw yang mendiami desa-desa disekitar negeri Seith diungsikan ke 72 negeri Seith. Hal ini bukan karena adanya hubungan pela-gandong, tetapi rasa memiliki antara kedua negeri, negeri Seith mengetahui bahwa negeri Ouw adalah adiknya dan perlu dijaga, bukan hanya orang Ouw saja yang diselamatkan tetapi banyak orang narsarani yang diselamatkan. Dalam artian bahwa masyarakat negeri Ouw dalam upaya menjaga dan melestarikan sempe yang merupakan hasil dari hubungan gandong antara negeri Seith ini bagaikan hubungan persaudaraan yang terus terjalin hingga saat ini. 44 Berawal dari segumpal tanah yang diberikan ketika perpisahan dua bersaudara Kapitan Asabate dan Kapitan Asarate, yang diolah oleh masyarakat negeri Ouw menjadi sempe dan gerabah lainnya dan dilandaskan dengan hubungan pela gandong, sehingga kedua negeri Ouw dan Seith menjaga ikatan persaudaraan hingga saat ini.

c. Sempe merupakan sebuah seni dan nahosi