Pembahasan HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

83 9 Siklus III dipandang berhasil karena melihat hasil tes yang dilakukan. Dengan demikian hipotesis tindakan kelas dapat dicapai.

B. Pembahasan

Pembahasan hasil penelitian didasarkan atas hasil pengamatan yang dilanjutkan dengan refleksi tindakan pada setiap siklus tindakan. Dari refleksi pangamatan pada silkus I diperoleh hasil temuan sebagai berikut. Proses pembelajaran masih belum optimal, hal ini dapat dilihat dari persentase ketuntasan belajar individual siswa terendah yaitu hanya sampai 25, dan tertinggi mencapai 100, sedangkan persentase skor ketercapaian siswa secara keseluruhan masih rendah yaitu hanya 76. Proses belajar mengajar pada pokok bahasan penjumlahan dan pengurangan meskipun telah dioptimalkan kegiatannya pembelajaran dengan menggunakan media yaitu media permainan kartu angka, akan tetapi hasilnya masih belum memuaskan. Secara keseluruhan pemanfaatan media permainan kartu angka belum optimal, sehingga permasalahan belum bisa teratasi. Menurut Sudjana dan Rifai dalam Arsyad 2004:24, salah satu manfaat media pembelajaran dalam proses belajar siswa yaitu bahwa pelaksanaan proses belajar mengajar akan lebih menarik perhatian siswa, sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar. Sedangkan menurut Lattuheru 1988:112, salah satu fungsi alat permainan 84 dalam pendidikan yaitu dapat meningkatkan motivasi belajar anak didik. Dalam pelaksanaan siklus I ini, hal tersebut belum berjalan dengan baik. Siswa masih terlihat bingung dan belum menguasai teknik-teknik permainan kartu angka. Siswa terlihat ramai dan sering bertanya pada guru atau teman lain. Sebagian siswa terlihat saling berebut kartu angka dengan teman semeja. Sebagian siswa merasa tidak cocok dengan kartu angka yang diambilkan oleh teman semejanya. Ada beberapa siswa yang tidak mengerjakan tugas karena siswa ternyata belum dapat menulis. Diharapkan guru melakukan bimbingan khusus terhadap siswa yang belum dapat menulis maupun membaca. Bimbingan ini bisa dilaksanakan dalam pelajaran Bahasa Indonesia. Ada beberapa siswa yang lambat dalam mengerjakan tugas karena kurang terampil dalam penjumlahan dan pengurangan. Dalam hal ini guru memberikan bimbingan khusus dan tugas-tugas tambahan terhadap siswa yang lambat berpikir. Juga ada siswa yang salah dalam mengerjakan tugas karena belum jelas cara mengerjakan penjumlahan dan pengurangan. Oleh karena itu guru berulang kali menjelaskan cara pengerjaannya. Bagi siswa yang dapat mengerjakan dengan cepat, guru selalu mendorong agar prestasinya lebih meningkat. Dalam pengamatan siswa dari siklus I ini, keaktifan siswa dalam pelajaran masih kurang. Perhatian siswa terhadap penjelasan guru juga masih rendah. Siswa terlihat tidak antusias dalam mendengarkan penjelasan dari guru. Siswa terlihat kurang tertarik untuk mengikuti pelajaran Matematika. 85 Hal ini membuat hasil belajar siswa rendah. Menurut Sugandi, dkk 2004:13, bila dalam belajar mengajar para siswa penuh perhatian kepada bahan yang dipelajari, maka hasil belajar akan lebih meningkat sebab dengan perhatian, ada konsentrasi, pada gilirannya hasil belajar itu akan lebih berhasil. Menurut Gagne dan Berliner 1984:335, dalam Dimyati dan Mudjiono 1994:42, perhatian terhadap pelajaran akan timbul pada siswa apabila bahan pelajaran sesuai dengan kebutuhannya, dan diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, guru diharapkan untuk bisa menanamkan sikap positif pada diri siswa terhadap mata pelajaran Matematika. Guru harus bisa memberikan pengertian bahwa pelajaran Matematika bukanlah pelajaran yang sulit, dan akan sangat berguna bagi kehidupan sehari-hari bagi siswa. Hal ini akan membuat siswa lebih tertarik untuk mengikuti pelajaran Matematika. Dari segi guru, guru belum secara optimal memberikan motivasi serta dorongan kepada siswa. Sehingga siswa masih terlihat malas dan kurang bergairah dalam proses pembelajaran. Pemberian motivasi dari guru dalam proses pembelajaran merupakan salah satu komponen yang penting dalam belajar. Pelaksanaan siklus I ini, hal tersebut belum berjalan dengn baik. Menurut Anni, dkk 2004:112, motivasi penting untuk membuat siswa melakukan aktifitas belajar. Siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi, akan lebih aktif dalam belajar dan menunjukkan proses kognitif yang tinggi dalam belajar. Sedangkan menurut Dimyati dan Mudjiono 1994:239, motivasi 86 belajar merupakan kekuatan mental yang mendorong terjadinya proses belajar. Apabila motivasi belajar kuat, maka mutu hasil belajar akan baik. Dalam pelaksanaan siklus berikutnya, guru diharapkan untuk lebih sering memberikan motivasi dan dorongan di sela-sela aktifitas belajar siswa. Selain itu, suara guru dalam mengajar kurang keras dan kurang jelas. Sehingga siswa yang duduk di belakang kurang jelas dalam mendengarkan penjelasan dari guru. Banyak siswa yang ramai sendiri. Sebagian siswa terlihat mengantuk. Guru dalam menerangkan pelajaran pada siklus selanjutnya diharapkan untuk bersuara lebih keras dan jelas supaya semua siswa bisa menangkap penjelasan guru dengan baik. Selanjutnya dari hasil refleksi pada pengamatan selama berlangsungnya siklus II mulai tampak ada perubahan sikap siswa dalam proses pembelajaran. Siswa mulai paham teknik permainan kartu angka, dan terlihat antusias mengerjakan tugas. Meskipun masih ada sebagian siswa yang masih ramai dan sibuk bertanya dengan teman lain, serta masih ada sebagian siswa yang masih saling berebut kartu angka tetapi jumlahnya lebih sedikit bila dibandingkan dengan siklus I. Meskipun begitu, perilaku siswa dalam mengerjakan tugas dengan menggunakan kartu angka dalam pelaksanaan siklus II ini dirasa masih kurang. Sehingga masih harus diperbaiki di siklus selanjutnya. Guru harus lebih jelas lagi menerangkan teknik penggunaan media kartu angka. 87 Siswa mulai bersemangat mengerjakan tugas. Guru sudah mulai baik dalam memberikan motivasi dan dorongan kepada siswa untuk lebih aktif dan giat belajar. Siswa sedikit lebih aktif dalam pembelajaran di kelas. Jumlah siswa yang berani maju ke depan untuk mengerjakan tugas, jumlahnya lebih banyak bila dibandingkan siklus I. Meskipun begitu, keaktifan dan perhatian siswa terhadap pelajaran secara keseluruhan dipandang masih kurang. sehingga masih perlu diperbaiki. Pemberian motivasi serta dorongan kepada siswa harus terus ditingkatkan pada siklus berikutnya. Dalam pelaksanaan siklus II ini jumlah siswa yang tidak mengerjakan tugas karena ternyata belum bisa membaca dan menulis, mulai bisa mengerjakan soal. Hal ini berkat bimbingan khusus guru dalam membaca dan menulis. Meskipun masih lambat dalam mengerjakan soal, siswa yang tadinya tidak mengerjakan sama sekali, tampak sudah mulai mengerjakan. Ada beberapa siswa yang lambat dalam mengerjakan tugas. Hal ini karena kemampuan berpikir setiap siswa terhadap materi pelajaran tidak sama. Juga adanya beberapa siswa yang masih salah dalam mengerjakan tugas. Meskipun begitu siswa yang memiliki kesalahan dalam mengerjakan tugasnya jumlahnya lebih sedikit jika dibandingkan pada saat pelaksanaan siklus I. Ada beberapa siswa yang cepat dalam mengerjakan tugas, guru terus memberi dorongan untuk tetap belajar agar lebih pandai. Dari segi guru, selama proses pelaksanaan siklus II ini, suara guru dalam mengajar masih kurang jelas dan keras. Siswa yang duduk di belakang 88 masih kurang jelas dalam mendengarkan penjelasan dari guru. Masih terlihat sebagian siswa ramai dan terlihat mengantuk di kelas. Hal ini perlu diperbaiki dalam proses siklus selanjutnya. Guru harus bersuara lebih keras dan jelas, agar semua siswa bisa mendengarkan penjelasan dari guru. Guru juga harus lebih keras dalam menegur dan memberikan nasehat kepada siswa yang ramai, mengantuk, dan tidak memperhatikan pelajaran. Pada pelaksanaan proses pembelajaran siklus II ini diperoleh temuan bahwa sebagian siswa masih kurang tertarik dalam mendengarkan penjelasan dari guru dan terlihat mengantuk atau ramai sendiri, tetapi terlihat sangat bersemangat dan antusias dalam mengerjakan soal menggunakan media permainan kartu angka. Setelah dilakukan diskusi, ditarik kesimpulan bahwa hal ini dikarenakan gaya mengajar guru yang kurang atraktif, interaktif dan kurang memberikan humor-humor kecil dalam proses pembelajaran. Sehingga pada pelaksanaan siklus berikutnya, guru diharuskan mengubah gaya mengajar agar lebih atraktif, interaktif dan sedikit menambahkan humor- humor kecil dalam pembelajaran. Hal ini supaya terjadi ketertarikan siswa dalam mengikuti pelajaran dan penjelasan dari guru. Sehingga terjadi keseimbangan dalam proses menjelaskan pelajaran dan proses mengerjakan tugas menggunakan media permainan kartu angka. Pada siklus II ini, persentase ketuntasan belajar individual siswa terendah mulai meningkat yaitu menjadi 40, dan tertinggi mencapai 100, sedangkan persentase skor ketercapaian siswa secara keseluruhan meningkat 89 sampai 82. Pelaksanaan siklus II ini secara keseluruhan dipandang belum berhasil. Sehingga perlu diadakan siklus III. Pada pengamatan selama berlangsungnya siklus III didapatkan bahwa semua siswa telah mengerjakan tugas, meskipun ada beberapa kesalahan tetapi kesalahannya lebih sedikit dibandingkan pada saat pelaksanaan siklus II. Semua siswa juga telah mengerjakan tes meskipun ada kesalahan juga lebih sedikit jika dibandingkan pada saat pelaksanaan siklus II. Siswa terlihat sangat menguasai teknik permainan kartu angka. Tidak tampak terlihat siswa yang masih bingung dalam penggunaan media permainan ini. Semua siswa tampak antusias dan bersemangat mengerjakan tugas menggunakan media permainan kartu angka. Semua siswa telah mengerjakan tugas, meskipun ada beberapa kesalahan tetapi kesalahannya lebih sedikit dibandingkan pada saat pelaksanaan siklus II. Hampir seluruh siswa aktif dalam kegiatan belajar, meskipun ada beberapa siswa yang masih lambat dalam mengerjakan tugas, hal ini wajar karena kemampuan siswa dalam berfikir berbeda-beda. Guru dengan sangat baik memberikan nasehat dan motivasi kepada siswa, sehingga siswa menjadi lebih giat dalam belajar. Suara guru dalam mengajar sudah cukup keras dan jelas. Siswa yang duduk di belakang dapat mendengarkan penjelasan guru dengan baik.. Siswa sudah terlihat antusias mendengarkan penjelasan dari guru, karena guru dalam mengajar lebih atraktif, interaktif dan menyelingi humor-humor kecil. Penggunaan media 90 permainan kartu angka dalam pelaksanaan siklus III ini dianggap berhasil. Penggunaan media permainan kartu angka telah mempermudah penyampaian materi pelajaran. Menurut Sudjana dan Rifai dalam Arsyad, 2004:24, salah satu manfaat media pengajaran yaitu dapat menarik perhatian siswa, sehingga menimbulkan motivasi belajar. Penggunaan media permainan kartu angka telah dapat membantu menarik perhatian serta minat siswa sehingga menimbulkan motivasi siswa untuk belajar Matematika. Pelaksanaan siklus III ini sudah dianggap berhasil karena terjadi keseimbangan pada siswa. Siswa terlihat antusias mendengarkan penjelasan guru dan siswa sangat antusias mengerjakan soal menggunakan media permainan kartu angka. Meningkatnya keaktifan siswa dan meningkatnya hasil prestasi siswa dapat diartikan bahwa pembelajaran Matematika dalam penjumlahan dan pengurangan dengan media permainan kartu angka pada kelas II SD Negeri Girimargo 1 Miri telah berhasil. Namun dalam setiap pembelajarannya harus tetap didukung oleh kegiatan-kegiatan yang mampu meningkatkan aktivitas belajar siswa di kelas, seperti pemberian apersepsi dan motivasi serta penguatan pada siswa agar tetap giat belajar. Pada siklus III ini persentase ketuntasan belajar individual siswa terendah yaitu mencapai 68, dan tertinggi mencapai 100, sedangkan persentase skor ketercapaian siswa secara keseluruhan mencapai 83. Berdasarkan refleksi tindakan siklus III dan hasil tes ulangan yang 91 menunjukkan bahwa siswa telah tuntas belajar maka tindakan siklus III dipandang sudah berhasil, dengan demikian hipotesis tindakan dapat tercapai. Untuk mengetahui lebih jelas tentang peningkatan kemampuan belajar siswa dari siklus I sampai III, dan peningkatan persentase ketuntasan belajar kelas, secara keseluruhan dapat dilihat pada grafik di bawah ini: 25 100 40 100 68 100 20 40 60 80 100 pe rsentase siklus I siklus II siklus III ketuntasan belajar siswa terendah tertinggi Grafik 1 Persentase Ketuntasan Belajar Siswa Siklus I sampai III 76 82 83 20 40 60 80 100 p e rs en ta se persentase ketuntasan belajar kelas siklus I siklus II siklus III Grafik 2 Persentase Skor Ketercapaian Siswa Secara Keseluruhan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN

Berdasarkan hasil Penelitian Tindakan Kelas di kelas II SD Negeri Girimargo 1, dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Media permainan kartu angka dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas II SD Negeri Girimargo 1 dalam pembelajaran Matematika. Hal ini dapat dilihat dari meningkatnya persentase ketuntasan belajar siswa dari siklus I sampai siklus III; 2. Penggunaan media permainan kartu angka dapat meningkatkan keaktifan dan minat belajar dalam pelajaran Matematika pada pokok bahasan penjumlahan dan pengurangan. Siswa yang selama ini kurang tertarik terhadap mata pelajaran Matematika, menjadi lebih aktif dan bersemangat dalam mengikuti pelajaran Matematika; 3. Pengenalan pelajaran Matematika dengan menggunakan media permainan kartu angka kepada siswa dapat membuat proses pembelajaran lebih menarik. Matematika tidak lagi dianggap pelajaran yang sulit bagi siswa, karena anak merasa dalam dunianya yaitu dunia permainan.

Dokumen yang terkait

Pengaruh permainan kartu milenium ular angka terhadap hasil belajar matematika pada materi operasi hitung bilangan: quasi ekpserimen di SDN Cengkareng Timur 17 Pagi

2 4 92

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dalam Menyelesaikan Pengerjaan Hitung Perkalian dan Pembagian Bilangan Cacah dengan Alat Peraga Kelereng dan Diskusi Kelompok bagi Siswa Kelas II SD Negeri

0 9 148

5 PENGGUNAAN MEDIA TIMBANGAN BILANGAN DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA OPERASI PERKALIAN DAN PEMBAGIAN PADA SISWA KELAS II SD

4 50 108

PENINGKATAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA DALAM OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT MELALUI MEDIA KONKRET Peningkatan keaktifan belajar siswa dalam operasi hitung bilangan bulat melalui media konkret pada siswa kelas I SD Negeri Wungwung Tahun 2014/2015.

0 2 14

SKRIPSI Upaya Meningkatkan Pemahaman Operasi Hitung Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan Cacah Melalui Permainan Kartu Bridge pada Siswa Kelas II Sekolah dasar Negeri Cemeng 3 Sambungmacan Kabupaten Sragen Tahun Pelajaran 2011/2012.

0 0 15

PENDAHULUAN Upaya Meningkatkan Pemahaman Operasi Hitung Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan Cacah Melalui Permainan Kartu Bridge pada Siswa Kelas II Sekolah dasar Negeri Cemeng 3 Sambungmacan Kabupaten Sragen Tahun Pelajaran 2011/2012.

0 0 10

PENINGKATKAN PEMAHAMAN OPERASI HITUNG PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN BILANGAN CACAH MELALUI PERMAINAN Peningkatan Pemahaman Operasi Hitung Pengjumlahan dan Pengurangan Bilangan Cacah Melalui Permainan Kartu Bridge Pada Siswa Kelas II SDN 01 Gemantar Jum

0 1 15

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV PADA MATERI POKOK OPERASI BILANGAN BULAT DENGAN METODE PERMAINAN DI SD NEGERI BENTARSARI 03 KECAMATAN SALEM.

0 3 90

MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATERI PEMBAGIAN BILANGAN CACAH MENGGUNAKAN MEDIA KARTU DOMI NUMBERS PADA SISWA KELAS 2 SD NEGERI DAWUNG TEGALREJO KABUPATEN MAGELANG.

0 1 84

PEMBELAJARAN OPERASI HITUNG PERKALIAN DAN PEMBAGIAN BILANGAN CACAH DI SD

0 6 96