Metode Pengoperasian Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan penangkapan dengan

mencapai 350 m per unit alat tangkap. Pada tali ris atas, tali pelampung akan diikatkan untuk memasang pelampung pada jaring. 3 Tali ris bawah merupakan tali yang menghubungkan pemberat dengan badan jaring. Tali ris bawah biasanya berbahan polyethylene dengan panjang kira-kira 450 m per unit alat tangkap. Pada tali ris bawah diikatkan tali pemberat untuk memasang pemberat pada jaring, dengan adanya perimbangan dua gaya yang berlawanan antara pelampung dan pemberat serta berat jaring itu sendiri, maka jaring akan terentang di dalam air. Zamil 2007 mengatakan bahwa spesifikasi bahan dari bagian-bagian jaring rampus adalah sebagai berikut: 1 Badan jaring tersusun dari benang monofilament polyamide yang memiliki nilai kelenturan tinggi dibandingkan dengan multifilament polyamide; 2 Tali ris atas biasanya berbahan polyethylene dengan panjang kira-kira mencapai 350 m per unit alat tangkap; 3 Tali pelampung yang terbuat dari polyethylene; 4 Pelampung yang terbuat dari styrofoam atau karet dengan jarak pemasangan antar pelampung berkisar 50-65 cm tergantung hanging ratio yang akan dipakai serta disesuaikan dengan panjang badan jaringnya; 5 Tali ris bawah berbahan polyethylene; 6 Tali pemberat terbuat dari polyethylene; dan 7 Pemberat yang terbuat dari timah, baja, atau hanya berupa batu. Benang jaringnya adalah bahan nilon polyamide monofilament senar seperti halnya jaring insang lainnya. Pemilihan PA monofilamen sebagai bahan dasar terutama disebabkan karena bahan ini memiliki nilai kelenturan yang tinggi dibandingkan benang PA multifilamen untuk ukuran yang sama Nomura dan Yamazaki, 1976.

2.2.3 Metode Pengoperasian

Brandt 1984, menyatakan bahwa ada empat metode pengoperasian gillnet, yaitu: jaring insang tetap set gillnet, jaring insang hanyut drift gillnet, jaring insang tarik dragged gillnet, dan jaring insang lingkar encircling gillnet. Secara umum pengoperasian gillnet dilakukan secara pasif, tetapi juga ada yang dilakukan secara semi aktif pada siang hari. Pengoperasian gillnet secara pasif pada umumnya dilakukan pada malam hari, dengan atau tanpa alat bantu cahaya. kemudian gillnet dipasang di perairan yang diperkirakan akan dilewati oleh ikan atau hewan air lainnya dan dibuarkan beberapa lama sampai ikan menabrak dan terjerat memasuki mata jaring. Miranti 2007 menyatakan bahwa secara umum metode pengoperasian alat tangkap gillnet terdiri atas beberapa tahap, yaitu : 1. Persiapan yang dilakukan nelayan meliputi pemeriksaan alat tangkap, kondisi mesin, bahan bakar kapal, perbekalan, es dan tempat untuk menyimpan hasil tangkapan. 2. Pencarian daerah penangkapan ikan DPI, hal ini dilakukan nelayan berdasarkan pengalaman-pengalaman melaut yaitu dengan mengamati kondisi perairan. 3. Pengoperasian alat tangkap yang terdiri atas pemasangan jaring setting, perendaman jaring soaking, dan pengangkatan jaring hauling. 4. Tahap penanganan hasil tangkapan adalah pelepasan ikan hasil tangkapan dari jaring untuk kemudian disimpan pada suatu wadah atau tempat.

2.2.4 Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan penangkapan dengan

gillnet Keberhasilan penangkapan ikan dengan menggunakan gillnet tergantung dari konstruksi gillnet yang meliputi bahan jaring, twine thickness, fleksibilitas benang, tekanangaya-gaya yang bekerja pada benang, breaking strength, elongasi, warna jaring, mesh size, dan hanging ratio Nomura dan Yamazaki, 1976. Ayodhyoa 1981 mengatakan bahwa agar ikan mudah terjerat pada mesh size atau terbelit pada tubuh jaring, maka bahan yang digunakan pada waktu pembuatan tubuh jaring hendaklah memperhatikan hal-hal seperti; kekuatan dari twine, ketegangan rentangan tubuh jaring, pengerutan jaring, tinggi jaring, mesh size dan ukuran besar ikan yang menjadi tujuan penangkapan. 1. Bahan Jaring Bahan pembuat jaring dapat diklasifikasikan ke dalam dua kategori yakni bahan dari serat alami natural fibres dan bahan buatan synthetic fibres. Bahan yang terbuat dari serat alami selanjutnya bisa dikategorikan menjadi bahan yang terbuat dari serat tumbuhan maupun hewan. Bahan yang terbuat dari serabut tumbuhan misalnya manila, henep, katun sedangkan bahan yang terbuat dari serat hewan adalah wool dan sutera. Bahan jaring yang terbuat dari serat sintetis saat ini dapat diklasifikasikan menjadi 7 kelompok yakni polyamide PA, polyester PES, polyethilene PE, poly prophylene PP, polyvinil chloride PVC, polyvinylidene chloride PVD, dan polyvinyl alcohol PVA. Bahan yang paling banyak digunakan untuk gillnet adalah dari serat sintetis Iskandar, 2009. Bahan nilon dipilih sebagai bahan dasar gillnet karena memiliki karakteristik yang sesuai sebagai bahan dasar jaring insang. Sifat nilon menurut Soeprijono et al. 1975 diacu dalam Prasetyo, 2009 sebagai berikut:  Kekuatan dan daya mulur Nylon memiliki kekuatan dan daya mulur berkisar dari 8,8 gramdenier dan 18 sampai 4,3 gramdenier dan 45. Kekuatan basahnya 80-90 kekuatan kering.  Tahan gosokan dan tekukan Nylon mempunyai tahan tekukan dan gosokan yang tinggi. Tahan gosokan nylon kira-kira 4-5 kali tahan gosok wol.  Elastisitas Nylon selain mempunyai kemuluran yang tinggi 22. Pada penarikan 8 nylon elastis 100 dan pada penarikan sampai 16 nylon masih mempunyai elastisitas 91. 2. Ketegangan rentangan tubuh jaring Adapun yang dimaksud dengan ketegangan rentangan adalah rentangan pada jaring yaitu rentangan ke arah lebar dan rentangan jaring ke arah panjang. Ketegangan rentangan akan mengakibatkan terjadinya tension baik pada float line ataupun pada tubuh jaring. Jaring yang terentang dengan tegang akan membuat ikan sulit tertangkap, dan ikan akan mudah lepas; 3. Hanging ratio Hanging ratio didefinisikan sebagai perbandingan antara panjang tali ris atas dengan jumlah mata jaring dan ukuran mata jaring. Hanging ratio sangat menentukan probabilitas dari seekor ikan dapat terjerat pada jaring. Hanging ratio memberikan pengaruh pada selektivitas dan efisiensi jaring insang Spare and Venema, 1999. Ada dua jenis rasio penggantungan, yaitu rasio primer E 1 dan sekunder E 2 . Nilai rasio primer dihitung berdasarkan penggantungan ke samping horizontal, sedangkan rasio sekunder tegak lurus rasio primer. Nilai rasio primer gillnet pada umumnya berkisar antara 0,5 – 0,7, sedangkan gillnet dasar sebesar 0,5. Beberapa gillnet menggunakan rasio penggantungan sebesar 0,3 untuk menambah daya puntal alat sewaktu dioperasikan Fridman, 1988; 4. Shortening Shortening didefinisikan sebagai selisih antara panjang jaring dalam keadaan mata jaring tertutup stretch length dengan panjang tali ris dibagi panjang jaring dalam keadaan mata jaring tertutup. Supaya ikan-ikan mudah terjerat gilled pada mata jaring dan juga supaya ikan-ikan tersebut setelah sekali terjerat pada jaring tidak akan mudah terlepas, maka pada jaring perlulah diberikan shortening yang cukup Atmadja, 1980. Shortening juga mempengaruhi efisiensi penangkapan pada gillnet, karena merupakan faktor yang mempengaruhi bentuk mata jaring; 5. Tinggi Jaring Tinggi jaring didefinisikan sebagai jarak antara tali ris atas ke tali ris bawah atau jarak antara float line ke sinker line pada saat jaring tersebut terpasang di perairan. Ayodhyoa 1981 mengatakan bahwa penentuan tinggi jaring didasarkan antara lain atas lapisan renang ikan yang menjadi tujuan penangkapan dan kepadatan gerombolan ikan. Sementara panjang jaring tergantung pada situasi penangkapan, dan ukuran perahu. Jumlah lembar jaring yang dipergunakan akan menentukan besar kecilnya skala usaha, juga jumlah hasil tangkapan yang mungkin diperoleh. Jadi tinggi jaring sangatlah mempengaruhi jumlah ikan yang tertangkap pada jaring insang; 6. Mesh size Mesh size didefinisikan sebagai jarak antara dua buah simpul mata jaring dalam keadaan terentang secara sempurna. Mesh size ukuran mata jaring, sering digunakan sebagai instrumen untuk menseleksi ikan maupun crustacea berdasarkan ukuran Fridman, 1988. Ukuran mata jaring tertentu memiliki kecenderungan menjerat ikan-ikan yang mempunyai fork length dalam selang tertentu. Dengan perkataan lain, gillnet akan bersikap selektif terhadap besar ukuran dari hasil tangkapan yang diperoleh. Oleh karena itu diperlukan penentuan mesh size yang sesuai dengan keadaan daerah penangkapan, yaitu penyesuaian terhadap ukuran dan jenis ikan yang menjadi tujuan utama penangkapan. Ukuran ikan yang tertangkap berhubungan erat dengan ukuran mata jaring. Semakin besar ukuran mata jaring, maka akan semakin besar pula ikan yang tertangkap Manalu 2003. Penetapan ukuran mata jaring dapat berdasarkan pada ukuran jenis ikan yang dominan tertangkap. Gillnet yang dioperasikan di Indonesia umumnya memiliki ukuran mata jaring yang berkisar antara 1,5 – 4 inci. Mesh size sangatlah mempengaruhi selektivitas jaring insang, karena mesh size sangat menentukan ukuran ikan yang tertangkap oleh jaring insang. 7. Warna jaring Warna jaring didefinisikan sebagai faktor yang berpengaruh terhadap sinar matahari, sinar bulan, kedalaman perairan dan juga tingkat kecerahan perairan. Warna akan mempunyai perbedaan derajat terlihat oleh ikan-ikan yang berbeda. Pada waktu siang hari kemungkinan terlihatnya jaring oleh ikan akan lebih besar dibandingkan dengan pada waktu malam hari. Warna jaring tidak boleh merangsang optik mata ikan, maka dari itu warna jaring harus serupa dengan warna air, untuk mengurangi kemungkinan terlihatnya jaring Mori, 1968; 8. Extra Bouyancy Najamuddin 2009 menyebutkan bahwa extra bouyancy adalah daya apung ekstra. Besar kecilnya daya apung dan daya tenggelam akan mempengaruhi ketegangan jaring. Extra buoyancy pada gillnet berbeda-beda tergantung jenisnya, seperti extra bouyancy gillnet permukaan berkisar antara 30 - 40 , extra bouyancy gillnet pertengahan adalah 0 dan extra bouyancy gillnet dasar adalah negatif. Rumus dari gillnet extra bouyancy adalah : EB = TB – S TB × 100; Keterangan : EB : Extra bouyancy ; TB : Total bouyancy; dan S : Berat benda di air Rumus untuk menghitung luas jaring adalah √1 ; Keterangan : L : Luas jaring m 2 ; E : Hanging ratio ; N : Jumlah mata jaring horizontal mata; H : Jumlah mata jaring vertikal mata; dan α : Ukuran mata jaring dalam keadaan tegang cm. Menghitung tinggi jaring menggunakan rumus : √1 ; Keterangan : H : Tinggi jaring; dan tm : Tinggi jaring dalam keadaan tegang Perhitungan jumlah mata 1 Vertikal √ ; 2 Horizontal E . Keterangan : M : Mesh size; H m : Tinggi jaring terpasang; L : Panjang floatline; dan E : Shortening.

2.2.5 Hasil tangkapan