15 3 Pemberdayaan para pelaku kunci perumahan swadaya;
serta 4 Pengembangan akses pembiayaan perumahan swadaya.
5 Pengembangan berbagai jenis dan mekanisme subsidi perumahan, dapat berbentuk subsidi pembiayaan;
subsidi prasarana dan sarana dasar lingkungan perumahan dan permukiman; ataupun kombinasi kedua
subsidi tersebut. c Pemberdayaan usaha ekonomi masyarakat miskin, meliputi
1 Pemberdayaan masyarakat untuk mengembangkan kemampuan usaha dan hidup produktif;
2 Penyediaan kemudahan akses kepada sumber daya serta prasarana dan sarana usaha bagi keluarga miskin, serta
3 Pelatihan teknologi
tepat guna,
pengembangan kewirausahaan, serta keterampilan lainnya.
d Pemenuhan kebutuhan perumahan dan permukiman akibat dampak bencana alam dan kerusuhan sosial, meliputi
1 Penanganan tanggap darurat; 2 Rekonstruksi dan rehabilitasi bangunan, prasarana dan
sarana dasar perumahan dan permukiman; e Pemukiman kembali pengungsi. Penanganan tanggap
darurat merupakan upaya yang harus dilakukan dalam rangka penanganan pengungsi, penyelamatan korban
dampak bencana alam atau kerusuhan sosial, sebelum
16 proses lebih lanjut seperti pemulangan, pemberdayaan, dan
pengalihan relokasi. f Pengelolaan bangunan gedung dan rumah negara, melalui
pembinaan teknis penyelenggaraan dan pengelolaan aset bangunan gedung dan rumah negara.
3 Mewujudkan permukiman yang sehat, aman, harmonis dan berkelanjutan
guna mendukung
pengembangan jatidiri,
kemandirian, dan produktivitas masyarakat, melalui strategi: a Peningkatan kualitas lingkungan permukiman, dengan
prioritas kawasan permukiman kumuh di perkotaan dan pesisir, meliputi
1 Penataan dan rehabilitasi kawasan permukiman kumuh; 2 Perbaikan prasarana dan sarana dasar permukiman;
serta 3 Pengembangan rumah sewa, termasuk rumah susun
sederhana sewa rusunawa. b Pengembangan penyediaan prasarana dan sarana dasar
permukiman, meliputi 1 Pengembangan kawasan siap bangun Kasiba dan
lingkungan siap bangun Lisiba; dan 2 Pengembangan lingkungan siap bangun yang berdiri
sendiri, yang berdasarkan RTRW Kabupaten atau Kota, dan
Rencana Pembangunan
dan Pengembangan
Perumahan dan Permukiman di Daerah RP4D yang telah ditetapkan melalui peraturan daerah. Kasiba dan
17 Lisiba tersebut dimaksudkan untuk mengembangkan
kawasan permukiman skala besar secara terencana dan terpadu dalam manajemen kawasan yang efektif. Dalam
pengembangan Kasiba dan Lisiba serta kaitannya dengan pengelolaan tata guna tanah, juga perlu dipertimbangkan
pengembangan Bank Tanah untuk lebih mengendalikan harga tanah.
c Penerapan tata lingkungan permukiman, meliputi 1 Pelembagaan
RP4D, yang
merupakan pedoman
perencanaan, pemrograman,
pembangunan dan
pengendalian pembangunan jangka menengah dan panjang secara sinergi melibatkan kemitraan pemerintah,
dunia usaha dan masyarakat; 2 Pelestarian
bangunan bersejarah
dan lingkungan
permukiman tradisional; 3 Revitalisasi lingkungan permukiman strategis; serta
4 Pengembangan penataan dan pemantapan standar pelayanan minimal lingkungan permukiman untuk
mencegah perubahan fungsi lahan, menghindari upaya penggusuran, mengembangkan pola hunian berimbang,
menganalisis dampak lingkungan melalui Analisa Mengenai Dampak Lingkungan AMDAL, Rencana
Pengelolaan Lingkungan RKL, Rencana Pemantauan Lingkungan RPL, serta Upaya Pengelolaan Lingkungan
18 UKL dan Upaya Pemantauan Lingkungan UPL secara
konsisten. Perubahan kondisi sosial, ekonomi, dan politik yang
sangat fundamental menuntut perlunya sistem perencanaan pembangunan yang komprehensif dan mengarah kepada
perwujudan transparansi, demokratisasi, desentralisasi, dan partisipasi masyarakat, yang pada akhirnya dapat menjamin
pemanfaatan dan pengalokasian sumber dana pembangunan yang semakin terbatas menjadi lebih efisien dan efektif serta
berkelanjutan. www.landasanteori.com
Salah satu upaya untuk merespon tuntutan tersebut, pemerintah telah mengundangkan Undang-Undang Nomor 25
Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional SPPN, yang didalamnya diatur sistem perencanaan
pembangunan yang baru yang terdiri dari empat tahapan, yaitu: a. Penyusunan rencana;
b. Penetapan rencana; c. Pengendalian pelaksanaan rencana;
d. Evaluasi pelaksanaan rencana. Perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, dan evaluasi pelaksanaan rencana merupakan
bagian-bagian dari fungsi manajemen yang saling terkait dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain.
19 b. Perbankan
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat PUPR meminta kepada bank pelaksana Kredit Pemilikan Rumah KPR
melalui Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan FLPP untuk serius menjalankan tugasnya. Khususnya untuk mengejar target
pembangunan 1 juta rumah. Direktur Jenderal Pembiayaan Perumahan Kementerian PUPR Maurin Sitorus juga meminta
dukungan dari perbankan lainnya untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan perumahan. Selama ini pembangunan 1 juta rumah,
selain karena masalah pengadaan lahan dan perizinan, juga dari sisi pendanaan dinilai cukup bermasalah. Dengan dukungan pembiayaan
dari perbankan diharapkan para pengembang tidak lagi segan untuk membangun perumahan, khususnya bagi masyarakat berpenghasilan
rendah MBR. Program Sejuta Rumah merupakan kinerja dan tanggung
jawab kita semua sebagai pemain utama. Tapi tanpa dukungan perbankan dan pengembang tak mungkin Program Sejuta Rumah
dapat tercapai. Kami minta pengertian bank pelaksana agar menyiapkan dana untuk skim selisih suku bunga. Pasalnya, kalau
bank pelaksana tidak melaksanakannya tentunya akan ada kompensasi,” kata Maurin, Kamis 27. Sebagai upaya untuk
memaksimalkan peranan bank pelaksana dan bank lainnya, Maurin mengajak perbankan dan pengembang untuk menyamakan persepsi
terkait bantuan pembiayaan perumahan. Menurutnya, hal ini penting untuk tetap menjaga komitmen antara stake holder dalam upaya
20 mewujudkan Program Sejuta Rumah. Pihaknya kini secara intensif
aktif melakukan koordinasi untuk mengetahui seberapa jauh hasil kerja sama antara perbankan pengembang dan pemerintah dalam
program ini. Lebih lanjut, Maurin menjelaskan bahwa kementeriannya
memberikan subsidi KPR –FLPP bagi MBR yang ingin memiliki
rumah dengan suku bunga 5 dari semula 7,25. Untuk tahun 2015 ini dana untuk FLPP ini tersedia sebesar Rp 5,1 triliun. Skim KPR
FLPP, lanjutnya, nantinya akan dikombinasikan dengan skim subsidi selisih bunga SSB yang rencananya akan diberlakukan mulai bulan
Juli tahun ini. Kebijakan tersebut tentunya harus selalu dikoordinasikan dengan perbankan selaku pelaksana dan juga
pengembang agar benar-benar dapat berjalan. Sehingga pada akhirnya nanti MBR dapat merasakan manfaatnya. Maurin
menambahkan, untuk tahun 2016 nantii dana FLPP yang diusulkan oleh pemerintah adalah sebesar 9,3 triliun. Apabila suku bunga
komersial sebesar 12, maka yang akan ditanggung oleh pemerintah adalah sebesar 7 setelah dikurangi FLPP sebesar 5. Skim KPR
FLPP dan skim subsidi selisih bunga akan ditetapkan sebagai suatu kebijakan oleh pemerintah untuk tahun 2016,” ulasnya.
Sementara, Direktur Mortgage dan Consumer Banking PT. Bank BTN persero Tbk Mansyur Nasution menegaskan, pihaknya
telah siap mendukung program pembangunan perumahan bagi MBR. Menurutnya, area ini merupakan mata pencaharian BTN sehingga
tidak perlu diragukan lagi kesiapannya sebagai bank pelaksana.
21 “Kami siap untuk melaksanakan KPR bersubsidi. Karena tahun lalu
pun ketika dananya sudah habis tapi programnya jalan terus. Jadi, tidak ada masalah. Kalau pun dana di Bank BTN habis, masih ada
bank lain yang bersedia,” tegas Mansyur. Baginya, lanjut Mansyur, program KPR merupakan bisnis
yang menguntungkan bagi perbankan. Dia mengajak bank-bank lainnya untuk tidak ragu dalam memberikan dukungannya pada
program sejuta rumah. Program KPR Bersubsidi merupakan bisnis yang menjanjikan jadi tidak perlu ada kekhawatiran, imbuhnya.
radarpena.com Menurut Rahmad Budi S wakil kepala cabang BTN Bekasi
Berikut Strategi Pemenuhan Kebutuhan Rumah dalam Program Sejuta Rumah 2015 :
1. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat PUPR selaku koordinator di tingkat pusat perlu didukung sepenuhnya
oleh Pemerintah Daerah, stakholders, khususnya dalam hal perijinan dan fasilitasi penyediaan lahan. Pemda diminta untuk
memberikan kemudahan dalam hal perijinan dan penyediaan lahan buat pengembang, karena kedua hal tersebut yang menjadi
kendala utama pengembang selama ini. 2. Perlunya sinergi semua pihak untuk berpartisipasi dalam
pembangunan rumah untuk masyarakat di Indonesia Perumnas, APERSI, REI, BTN, Taperum, BPJS Ketenagakerjaan, dll.
3. Pemerintah melalui Program Sejuta Rumahtelah mengalokasikan anggaran melalui APBN Kementerian PUPR sebesar Rp. 8,1
22 Triliun untuk 98.300 unit. Disamping itu, untuk memfasilitasi
MBR memiliki rumah yang dibangun oleh Pengembang Perumnas, REI, APERSI, ASPERI, dan pengembang lainnya,
Pemerintah juga telah menyediakan dana KPR-FLPP sebesar Rp 5,1 Triliun. Berdasarkan data Kementrian PUPERA kekurangan
pasokan rumah yang hingga kini angkanya diperkirakan sudah mencapai 15 juta pada 2013 lalu, pertumbuhan kebutuhan
perumahan kurang lebih 800 ribu unittahun, sedangkan suplai perumahan dari pengembang hanya 150 ribu unit tahun dengan
pertumbuhan property nasional dalam lima tahun terakhir rata- rata 21 persen per tahun
4. Dari sisi regulasi pemerintah setidaknya sudah dan atau sedang melakukan revisi terhadap 10 peraturan perundang-undangan
yang akan mendukung program pembangunan satu juta rumah 5. Dari sisi demand, Kementerian PUPR telah menerbitkan
berbagai kebijakan antara lain ditetapkannya tingkat suku bunga pinjaman KPR-FLPP sebesar 5 per tahun dengan pemberian
jangka waktu pinjaman maksimal selama 20 tahun 6. Untuk menggenjot realisasi KPR Bank BTN juga telah
membantu Pemerintah dengan meluncurkan program 1 Uang Muka KPR..
7. Pembangunan rusunami
merupakan salah
satu cara
menyelesaikan permasalahan hunian MBR di perkotaan. Konsep rusunami kedepan harus mempertimbangkan konsep hunian
yang terpadu dengan fasilitas umum dan penunjang bagi
23 penghuninya. Hal itu untuk meredam mobilitas masyarakat
sehingga berimbas pada penurunan cost of living Sebagai wujud komitmen Bank BTN dalam rangka
pembangunan 1 juta unit rumah, pada tahun 2015 terdapat beberapa proyek perumahan yang akan direalisasi di tahun 2015, antara lain :
Proyek rumah yang akan selesai tahun 2015 di antaranya:
Tabel 2.1 Target proyek rumah selesai 2015
No. Nama perumahan
Lokasi Provinsi
Tipe 1.
DUREN BARU PERMAI
Bogor West Java
Hunian 2.
GALUH PAKUAN
Sumedang West Java
Hunian 3.
GARDEN VIEW SUBANG
Subang West Java
Hunian
4. GOLF ESTATE
BOGOR RAYA - TERRAKOTA
CLUSTER Bogor
West Java Hunian
5. GRAND
MEKARSARI RESIDENCE
Bogor West Java
Hunian 6.
GREEN PARK RESIDENCES
Medan North
Sumatera Hunian
7. GRIYA
KONDANG ASRI
Karawang West Java
Hunian
8. ISTANA BUAH
BATU Bandung
West Java Hunian
9. JATIWANGI
SQUARE –
RESIDENCE Majalengka
West Java Hunian
10. MARGONDA
RESIDENCE Depok
Jakarta Hunian
Sumber data : Bank BTN2015
24 Data Dukungan Bank BTN KC. Bekasi dalam rangka
pembangunan 1 juta rumah tahun 2015 Berdasarkan jumlah supply rumah yang dibangun oleh
pengembang di wilayah Bekasi dan sekitarnya, sampai dengan Bulan November 2015, Bank BTN KC. Bekasi sudah menyalurkan KPR
sebesar Rp.1.736.330 juta dengan jumlah unit sebanyak 12.189. Berdasarkan data kinerja Kantor Cabang Bekasi, realisasi KPR per
bulan rata-rata sebesar Rp. 157.848 juta dengan jumlah unit rata-rata sebanyak 1000 unit per bulan. Dari total realisasi Rp. 1.736.330 juta
didominasi oleh KPR Subsidi sebesar Rp. 960.670 juta, sedangkan realisasi KPR Non Subsidi sebesar Rp. 775.780 juta. Pada bulan
Desember target realisasi sebesar Rp. 250.000 juta, dengan asumsi pada tgl 12 Desember 2015 BTN KC. Bekasi akan mengadakan
kegiatan akad KPR 1000 unit untuk 1 satu developer dalam 1 hari dengan nilai KPR mencapai Rp. 110.000 juta. Pada bulan Desember
tahun 2014 realisasi KC. Bekasi sebesar Rp. 254.000 juta dan total realisasi selama kurun waktu tahun 2014 realisasi KPR KC. Bekasi
sebesar Rp. 1,4 Triliyun.
4. Harga
a. Pengertian Harga Menurut Kotler 2009 harga adalah sejumlah uang yang
dibayar untuk sebuah produk atau jasa atau sejumlah nilai yang harus di tukar konsumen untuk keuntungan yang telah di pakai atau
25 di gunakan dari sebuah produk atau jasa. Sedangkan Stanton 2004
mendefinisikan harga sebagai besaran uang atau barang yang dibutuhkan untuk memperoleh beberapa kombinasi selain barang
dan jasa yang dibutuhkan. Menurut Tjiptono 2014 : 192 mendefinisikan harga dari dua
sudut pandang, yaitu dari sudut pandang pemasaran, harga merupakan satuan moneter atau ukuran lainnya termasuk barang
dan jasa lainnya yang ditukarkan agar memperoleh hak kepemilikan atau penggunaan suatu barang atau jasa.
Sementara itu, dari sudut pandang konsumen, harga seringkali digunakan sebagai indikator nilai bilamana harga tersebut
dihubungkan dengan manfaat yang dirasakan atas suatu barang atau jasa. Nilai dapat didefinisikan sebagai rasio antara manfaat yang
dirasakan terhadap harga. Stanton 2004 menyatakan harga adalah sejumlah nilai yang ditukarkan konsumen dengan manfaat dari
memiliki dan menggunakan produk atau jasa yang ditetapkan oleh pembeli atau penjual untuk suatu harga yang sama terhadap semua
pembeli. Alasan ekonomis akan menunjukkan bahwa harga yang rendah
atau harga yang selalu berkompetisi merupakan salah satu pemicu penting untuk meningkatkan kinerja pemasaran, tetapi alasan
psikologis dapat menunjukkan bahwa harga justru merupakan indikator kualitas dan karena itu dirancang sebagai salah satu
26 instrumen penjualan sekaligus sebagai instrument kompetisi yang
menentukan. b. Strategi Penetapan harga
Penetapan harga harus diarahkan demi tercapainya tujuan. Sasaran penetapan harga dibagi menjadi tiga Stanton,2004:
1 Berorientasi pada laba untuk : a Mencapai target laba investasi atau laba penjualan
perusahaan. b Memaksimalkan laba.
2 Berorientasi pada penjualan untuk: a Meningkatkan penjualan
b Mempertahankan atau meningkatkan pangsa pasar. 3 Berorientasi pada status quo untuk :
a Menstabilkan harga. b Menangkal persaingan.
Menurut Alma 1992 dalam menentukan kebijaksanaan harga ada 3 kemungkinan:
1 Penetapan harga diatas harga saingan Cara ini dapat dilakukan kalau perusahaan dapat meyakinkan
konsumen bahwa barang yang dijual mempunyai kualitas lebih baik, bentuk yang lebih menarik dan mempunyai kelebihan lain
dari barang yang sejenis yang telah ada di pasaran.
27 2 Penetapan harga dibawah harga saingan
Kebijakan ini dipilih untuk menarik lebih banyak langganan untuk barangyang baru diperkenalkan dan belum stabil
kedudukannya di pasar. 3 Mengikuti harga saingan
Cara ini dipilih untuk mempertahankan agar langganan tidak beralih ketempat lain.
c. Dimensi harga Tjiptono 2014: 195 harga merupakan salah satu bauran pemasaran
yang membutuhkan pertimbangan cermat. Ini dikarenakan adanya sejumlah dimensi strategik harga dalam hal :
1 Harga merupakan pernyataan nilai dari suatu produk. Nilai adalah rasio atau perbandingan antara persepsi terhadap manfaat
dengan biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan produk. 2 Harga merupakan aspek yang tampak jelas bagi para pembeli.
Bagi konsumen yang tidak terlalu paham hal – hal teknis pada
pembelian produk Otomotif dan elektronik, kerap kali harga menjadi faktor yang dapat mereka mengerti. Tidak jarang pula
harga dijadikan indikator kualitas. 3 Harga adalah determinan utama permintaan. Berdasarkan hukum
permintaan, besar kecilnya harga mempengaruhi kuantitas produk yang dibeli konsumen. Semakin mahal harga, semakin
sedikit jumlah permintaan atas produk bersangkutan dan sebaliknya.
28 4 Harga berkaitan langsung dengan pendapatan dan laba. Harga
adalah satu – satunya bauran pemasaran yang mendatangkan
pemasukan bagi perusahaan yang pada gilirannya berpengaruh pada besar kecilnya laba dan pangsa pasar yang diperoleh
5 Harga mempengaruhi citra dan strategi posittioning. Dalam pemasaran produk prestisius yang mengutamakan citra kualitas
dan ekslusivitas, harga menjadi unsur yang penting Disisi lain Kotler 2008: 345 menyatakan bahwa indikator yang
mencirikan harga adalah sebagai berikut: 1 Keterjangkauan harga
2 Kesesuaian harga dengan kualitas produk 3 Daya saing harga
4 Kesesuaian hara dengan manfaat produksi 5 Harga mempengaruhi daya beli konsumen
6 Harga dapat mempengaruhi konsumen dalam mengambil keputusan
5. Kesadaran Merek brand awareness
a. Pengertian Kesadaran Merek Kesadaran merek adalah kesanggupan seorang calon pembeli untuk
mengenali, mengingat kembali suatu merek sebagai bagian dari suatu kategori produk tertentu Durianto dkk, 2004: 57. Brand
awareness kesadaran merek meru¬pakan kemampuan konsumen untuk mengiden-tifikasi suatu merek pada kondisi yang berbeda,
dapat dilakukan dengan pengenalan merek dan pengingatan kembali
29 terhadap suatu merek ter¬tentu. Kesadaran merek diciptakan dan
ditingkat¬kan dengan cara meningkatkan keakraban merek melalui paparan berulang sehingga konsumen merasa mengenal merek
tersebut Kotler 2010 b. Pembentukan Kesadaran Merek
Bagian dari suatu kategori produk perlu ditekankan karena terdapat suatu hubungan yang kuat antara kategori produk dengan
merek yang dilibatkan. Misalnya publikasi tentang penerbangan Garuda Indonesia tidak akan membantu kesadaran merek dari
Kacang Garuda. Kesadaran merek membutuhkan continum ranging jangkauan kontinum dari perasaan yang tidak pasti bahwa merek
tertentu telah dikenal sebelumnya, sehingga konsumen yakin bahwa produk tersebut merupakan satu-satunya merek dalam suatu
kelompok produk Durianto dkk, 2004: 55. Oleh karena itu konsumen cenderung membeli suatu merek
yang sudah dikenal, karena dengan membeli merek yang sudah dikenal, mereka merasa aman, terhindar dari berbagai resiko
pemakaian dengan asumsi bahwa merek yang sudah dikenal lebih dapat diandalkan, Durianto dkk, 2004: 54.Kontinum ini dapat
terwakili dalam tingkatan kesadaran merek yang berbeda yang dapat digambarkan dalam suatu piramida berikut ini
30
Gambar 2.1 Piramida Kesadaran Merek
Sumber: Durianto dkk 2004:55.
Gambar di atas menunjukan adanya empat tingkatan kesadaran merek yang disebut piramida kesadaran merek. Piramida kesadaran
merek dari tingkat terendah sampai tingkat tertinggi adalah sebagai berikut:
a. Brand unaware tidak menyadari merek adalah tingkatan paling rendah dalam piramida kesadaran merek, dimana konsumen tidak
menyadari adanya suatu merek. b. Brand recognition pengenalan merek adalah tingkat minimal
kesadaran merek, dimana pengenalan suatu merek muncul lagi setelah dilakukan pengingatan kembali lewat bantuan aided
recall. c. Brand Recall pengingatan kembali terhadap merek adalah
pengingatan kembali terhadap merek tanpa bantuan unaided recall.
31 d. Top of Mind puncak pikiran adalah merek yang disebutkan
pertama kali oleh konsumen atau yang pertama kali muncul dalam benak konsumen. Dengan kata lain, merek tersebut merupakan
merek utama dari berbagai merek yang ada dalam benak konsumen.
Merek yang di sebut pertama dalam suatu tugas pengingatan kembali tanpa bantuan berarti telah meraih kesadaran puncak pikiran
top of mind awareness, suatu posisi istimewa. Dalam pengertian yang sangat sederhana, merek tersebut menjadi pimpinan dari
berbagai merek yang ada dalam pikiran seseorang. KPR BTN pada periode survei sesi ke-1 pada tahun 2015 menempati peringkat
pertama pada survey yang dilakukan oleh top-brandaward.com 2015
Tabel 2.2 TOP BRAND KPR
KPR KREDIT KEPEMILIKAN RUMAH BANK MEREK
TBI TOP
KPR BTN 54.8
TOP KPR BCA
13.2 TOP
Mandiri KPR 8.2
BNI Griya 7.8
KPR BRI 7.2
Mega KPR 1.9
Sumber : www.topbrand-award.com2015
32 Sehingga terlihat bahwa KPR BTN memiliki kapasitas sebagai
kesadaran puncak pikiran top of mind awareness. c. Tujuan Kesadaran Merek
Pengakuan merek merupakan langkah dasar pertama dalam tugas komunikasi. Peran kesadaran merek dalam membantu merek dapat
dipahami dengan
mengkaji bagaimana
kesadaran merek
menciptakan suatu nilai Durianto dkk, 2004:7. Kesadaran merek memberikan nilai melalui empat cara.
Gambar 2.2 Nilai Kesadaran Merek
Sumber: Durianto dkk 2004: 7. Penjelasan dari ke empat nilai tersebut adalah sebagai berikut:
a. Jangkar tempat tautan berbagai asosiasi: suatu merek yang kesadarannya tinggi dibenak konsumen akan membantu asosiasi-
asosiasi melekat pada merek tersebut karena, daya jelajah merek tersebut menjadi sangat tinggi dibenak konsumen. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa jika kesadaran suatu merek rendah, maka asosiasi yang diciptakan oleh pemasar akan sulit melekat pada merek
tersebut.
Jangkar tempat tautan berbagai asosiasi Familiarrasa suka
Substansikomitmen Mempertimbangkan merek
Kesadaran Merek
33 b. Familiar atau rasa suka: jika kesadaran atas merek sangat tinggi,
konsumen akan sangat akrab dengan merek tersebut dan lama- kelamaan akan timbul rasa suka yang tinggi terhadap merek tersebut.
c. Substansi atau komitmen: kesadaran merek dapat menandakan keberadaan, komitmen, dan inti yang sangat penting bagi
perusahaan. Jadi jika kesadaran atas merek tinggi, kehadiran merek itu akan selalu dapat kita rasakan. Sebuah merek dengan kesadaran
konsumen tinggi biasanya disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu diiklankan secara luas, eksistensi yang telah teruji oleh waktu,
jangkauan distribusi yang luas, dan merek tersebut di kelola dengan baik.
d. Mempertimbangkan merek: langkah pertama dalam suatu proses pembelian adalah menyeleksi merek-merek yang di kenal dalam
usaha suatu kelompok untuk dipertimbangkan dan diputuskan merek mana yang akan dibeli. Merek dengan top of mind yang tinggi
mempunyai nilai pertimbangan yang tinggi. Jika suatu merek tidak tersimpan dalam ingatan, merek tersebut tidak akan dipertimbangkan
dalam benak konsumen.
6. Kepercayaan
a. Pengertian kepercayaan Kepercayaan
didefinisikan sebagai
kesediaan untuk
bergantung kepada pihak lain yang telah di percaya Moorman et al, 1993. Kepercayaan mengandung dua aspek yang berbeda yaitu
34 kredibilitas yang merujuk kepada keyakinan bahwa pihak lain
mempunyai keahlian dalam menjalankan tugasnya dan benovelence yang merujuk kepada kesungguhan pihak lain bahwa dia mempunyai
kesungguhan untuk melaksanakan yang sudah di sepakati Ganesa, 1994. Definisi tersebut mengindikasikan bahwa kepercayaan
merupakan komponen fundamental dari strategi pemasaran dalam menciptakan hubungan sejati dengan konsumen. Perusahaan yang
beroperasi di pasar industri membangun hubungan kerjasama dengan pelanggannya sebagai salah satu strategi bersaing.
Dengan hubungan kerjasama jangka panjang, perusahaan dapat meningkatkan daya saing. Kepercayaan sendiri menunjukkan kondisi
dimana konsumen percaya atau bergantung kepada produk atau jasa untuk kondisi terburuk karena adanya harapan kepada produk atau
jasa tersebut yang akan memberikan hasil yang positif kepada konsumen tersebut Tjiptono 2014 : 193
b. Faktor – faktor pembentuk kepercayaan
Menurut Tjiptono 2014 : 194, terdapat tiga faktor yang mempengaruhi kepercayaan terhadap merek. Ketiga faktor ini
berhubungan dengan tiga entitas yang tercakup dalam hubungan antara merek dan konsumen. Adapun ketiga faktor tersebut adalah
merek itu sendiri, perusahaan pembuat merek dan konsumen. 1 Karakteristik merek mempunyai peran yang sangat penting dalam
menentukan pengambilan
keputusan konsumen
untuk mempercayai suatu merek. Hal ini disebabkan oleh konsumen
35 melakukan penilaian sebelum membeli. Karakteristik yang
berkaitan dengan kepercayaan merek ,meliputi : dapat diramalkan, mempunyai reputasi dan kompeten
2 Karakteristik perusahaan yang ada di balik suatu merek juga dapat mempengaruhi tingkat kepercayaan konsumen terhadap merek
tersebut. Pengetahuan konsumen tentang perusahaan yang ada di balik merek suatu produk merupakan dasar awal pemahaman
konsumen terhadap merek suatu produk atau jasa. Karakteristik ini meliputi reputasi perusahaan, motivasi perusahaan yang
diinginkan dan integritas suatu perusahaan. 3 Karakteristik konsumen
– merek merupakan dua kelompok yang saling mempengaruhi. Oleh sebab itu, karakteristik konsumen
– merek dapat mempengaruhi kepercayaan terhadap merek.
Karakteristik ini meliputi kemiripan antara konsep emosional konsumen dengan kepribadian merek, kesukaan terhadap merek
dan pengalaman terhadap merek. c. Dimensi Kepercayaan
Menurut Mayer dalam ainurofiq, 2007 factor yang mempengaruhi kepercayaan seseorang terhadap suatu produk ada 3, yaitu:
1 Kemampuan, kepercayaan adalah ranah khusus, sehingga individu membutuhkan keyakinan akan seberapa baik seseorang
memperlihatkan performanya.
Faktor pengalaman
dan pembuktian
performanya akan
mendasari munculnya
kepercayaan orang lain terhadap individu. Kim dalam ainurofiq, 2007
menyatakan bahwa
ability meliputi
kompetensi,
36 pengalaman, pengesahan institusional, dan kemampuan dalam
ilmu pengetahuan. 2 Integritas, integritas terlihat dari konsistensi antara ucapan dan
perhatian dengan nilai – nilai dari seseorang. Kejujuran saja tidak
cukup untuk
menjelaskan integritas,
namun integritas
memerlukan keteguhan hati dalam menerima tekanan. Kim dalam ainurofiq, 2007 mengemukakan bahwa integrity dapat
dilihat dari sudut kewajaran fairness, keterkaitanfulfillment, kesetiaanloyalty, keterus terangan honestly, keterkaitan
dependability, dan kehandalan realibity., 3 Kebaikan hati. Kebaikan hati berkaitan dengan intense niat.
Ada keterkaitan dalam diri seseorang ketika berinteraksi dengan orang lain. Hal tersebut akan mengarahkannya untuk memikirkan
orang tersebut dan memberikan intense untuk percaya atau tidak dengan orang tersebut. Menurut Kim dalam ainurofiq, 2007,
benelovence meliputi perhatian, empati, keyakinan, dan daya terima.
7. Keputusan pembelian
a. Pengertian keputusan pembelian Pengambilan
keputusan konsumen
adalah proses
pengintegrasian yang mengkombinasikan pengetahuan untuk mengevaluasi dua atau lebih perilaku alternatif, dan memilih salah
satu diantaranya. Hasil dari proses pengintegrasian ini adalah suatu pilihan, yang disajikan secara kognitif sebagai keinginan berperilaku
37 Peter dan Olson, 2010. Keputusan pembelian adalah beberapa
tahapan yang dilakukan oleh konsumen sebelum melakukan keputusan pembelian suatu produk Kotler 2009:223. Pengertian
mengenai perilaku konsumen oleh perusahaan selaku produsen sangat penting dan perlu diperhatikan lebih lanjut. Menurut Kotler
2009 perilaku konsumen merujuk pada perilaku membeli konsumen akhir-individu dan rumah tangga yang membeli barang
dan jasa untuk konsumsi pribadi. Seluruh konsumen akhir yang digabungkan akan membentuk pasar konsumen. Para pemasar harus
melihat lebih jauh bermacam-macam faktor yang mempengaruhi para konsumen dan mengembangkan pemahaman mengenai cara
konsumen melakukan keputusan pembelian Kotler, 2009. Kita dapat membedakan lima peran yang dimainkan orang dalam
keputusan pembelian: 1. Pencetus: Orang yang pertama kali mengusulkan gagasan untuk
membeli produk atau jasa. 2. Pemberi pengaruh: Orang yang pandangan atau sarannya
mempengaruhi keputusan. 3. Pengambil keputusan: Orang yang mengambil keputusan
mengenai setiap komponen keputusan pembelian-apakah membeli, tidak membeli, bagaimana cara membeli, dan dimana
akan membeli. 4. Pembeli: Orang yang melakukan pembelian yang sesungguhnya.
38 5. Pemakai: Seseorang yang mengkonsumsi atau menggunakan
produk atau jasa tertentu. b. Tipe perilaku keputusan dalam membeli
Ada beberapa tipe perilaku keputusan dalam membeli. Semakin kompleks keputusan biasanya akan melibatkan semakin banyak
pihak yang terkait dan semakin banyak pertimbangan. Empat jenis perilaku pembelian menurut Kotler 2009 antara lain:
Gambar 2.3
1 Perilaku pembelian yang rumit Konsumen terlibat dalam perilaku pembelian yang rumit bila
mereka sangat terlibat dalam pembelian dan sadar akan adanya perbedaan besar antar merek.
2 Perilaku pembelian pengurangan ketidaknyamanan Kadang-kadang konsumen sangat terlibat dalam pembelian
namun melihat sedikit perbedaan antar merek. Keterlibatan yang tinggi disadari oleh fakta bahwa pembelian tersebut mahal,
jarang dilakukan, dan berisiko.
39 3 Perilaku pembelian karena kebiasaan
Banyak produk dibeli pada kondisi rendahnya keterlibatan konsumen dan tidak adanya perbedaan antar merek yang
signifikan. 4 Perilaku pembelian yang mencari variasi
Beberapa situasi pembelian ditandai oleh keterlibatan konsumen yang rendah tetapi perbedaan antar merek signifikan.
Dalam situasi ini, konsumen sering melakukan peralihan merek. Peralihan merek terjadi karena mencari variasi dan bukannya
karena ketidakpuasan. Hal ini menyimpulkan bahwa ada beberapa jenis perilaku
dalam keputusan pembelian, yang masing-masing perilaku konsumen dipengaruhi oleh kebiasaan, merek, situasi, dan juga
banyaknya pilihan alternatif yang ada. Perilaku pembelian untuk produk makanan cenderung masuk ke dalam tipe perilaku yang
ketiga yaitu membeli karena kebiasaan, tetapi bisa juga masuk tipe perilaku membeli yang mencari keragaman.
c. Dimensi Keputusan pembelian
Gambar 2.4
40 Menurut Kotler 2009, ada lima tahap yang dilalui konsumen
dalammengambil suatu keputusan pembelian, yaitu: 1 Pengenalan Masalah
Proses pembelian dimulai ketika pembeli mengenali masalah atau kebutuhan. Kebutuhan tersebut dapat dicetuskan oleh
rangsangan internal atau eksternal. Biasanya berupa Kebutuhan dasar dan Kebutuhan Psikologis
2 Pencarian Informasi Konsumen yang terangsang kebutuhannya akan terdorong untuk
mencari informasi yang lebih banyak. Kita dapat membaginya ke dalam dua level rangsangan. Situasi pencarian informasi yang
lebih ringan dinamakan penguatan perhatian. Pada level itu orang hanya sekedar lebih peka terhadap informasi produk. Pada level
selanjutnya, orang itu mungkin masuk ke pencarian informasi secara aktif: Mencari bahan bacaan, menelepon teman, dan
mengunjungi toko untuk mempelajari produk tertentu. Biasanya berupa Promosi insentif, sumber informasi dari rekan atau
lingkungan 3 Evaluasi Alternatif
Pasar harus tahu tentang evaluasi alternatif, yaitu bagaimana konsumen mengolah informasi merek yang bersaing dan
membuat penilaian akhir. Tidak ada proses evaluasi tunggal sederhana yang digunakan oleh semua konsumen atau oleh satu
41 konsumen dalam semua situasi pembelian. Bagaimana cara
konsumen mengevaluasi alternatif bergantung pada konsumen pribadi dan situasi pembelian tertentu. Biasanya berupa
pertimbangan tertentu dan resiko yang kecil 4 Keputusan Pembelian
Dalam tahap evaluasi, para konsumen membentuk preferensi atas merek-merek yang ada di dalam kumpulan pilihan. Konsumen
tersebut juga dapat membentuk niat untuk membeli merek yang paling disukai. Namun, dua faktor berikut dapat berada di antara
niat pembelian dan keputusan pembelian. Faktor pertama adalah sikap orang lain, sejauh mana sikap orang lain mengurangi
alternatif yang disukai seseorang. Faktor kedua adalah faktor situasi yang tidak terantisipasi yang dapat muncul dan mengubah
niat pembelian. Biasanya berupa jenis bentuk produk, cara pembayaran
5 Perilaku Pascapembelian Setelah membeli produk, konsumen akan mengalami level
kepuasan atau ketidakpuasan tertentu. Tugas pemasar tidak berakhir begitu saja ketika produk dibeli. Para pemasar harus
memantau kepuasan pasca pembelian, tindakan pasca pembelian dan pemakaian produk pasca pembelian. Jika kinerja produk
lebih rendah daripada harapan,pelanggan akan kecewa; jika ternyata sesuai harapan, pelanggan akan puas; jika melebihi
42 harapan, pembeli akan sangat puas. Biasanya berupa kepuasan
dan kesesuaian keinginan
Gambar 2.5
Model pada Gambar di atas menunjukkan bahwa para konsumen harus melalui seluruh lima urutan tahap ketika
membeli produk, namun tidak selalu begitu. Para konsuman dapat melewati atau membalik beberapa tahap. Sebagian besar
bergantung pada sifat dasar pembeli, produk, dan situasi pembelian. Dalam Kotler 2009 menyatakan bahwa produk baru
newproduct adalah barang, jasa, atau ide yang dianggap baru oleh sejumlah pelanggan potensial. Proses adopsi adoption
process didefinisikan sebagai “proses mental yang harus dilalui seseorang untuk mempelajari sebuah inovasi untuk pertama
kalinya sampai adopsi akhir,” dan adopsi adalah keputusan seseorang untuk menjadi pengguna tetap sebuah produk.
43 Konsumen melewati lima tahap dalam proses mengadopsi
produk baru: a. Kesadaran: Konsumen menyadari adanya produk baru,
tetapi kekurangan informasi tentang produk tersebut. b. Minat: Konsumen mancari informasi tentang produk baru.
c. Evaluasi: Konsumen mempertimbangkan apakah mencoba produk baru itu merupakan tindakan yang masuk akal.
d. Mencoba: Konsumen mencoba produk baru dalam skala kecil untuk meningkatkan estimasinya tentang nilai
produk itu. e. Adopsi: Konsumen memutuskan untuk memakai produk
baru itu secara penuh dan teratur. Menurut Stanton 2004, dalam proses beli para pemasar
berusaha untuk menentukan motif beli pelindung dari konsumen. Motif beli pelindung adalah alasan-alasan seorang
konsumen berbelanja di toko atau tempat tertentu. Motif ini berbeda dengan motif beli produk product buying motives
yang berarti alasanalasan seorang konsumen membeli sebuah produk tertentu.
44 Beberapa motif beli pelindung yang penting dikemukakan
adalah: a. Kenyamanan lokasi
b. Kecepatan pelayanan c. Kemudahan dalam mencari barang
d. Kondisi toko yang tidak hiruk-pikuk e. Harga
f. Aneka pilihan barang
g. Pelayanan yang ditawarkan h. Penampilan toko yang menarik
B. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu merupakan suatu acuan yang akan digunakan dalam menganalisis suatu penelitian yang menjadi sebuah perbandingan,
sehingga akan menghasilkan analisis pada saat ini. Penelitian terdahulu merupakan bentuk analisis dari suatu penelitian, beberapa penelitian
terdahulu akan dijelaskan pada paragraf berikutnya. Penelitian yang dilakukan oleh Wulan Suciningtyas, SE2012,
dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Brand Awareness, Brand Image dan Media Comunication terhadap Keputusan Pembelian” studi
kasus pada pembelian sepeda motor Yamaha Mio Sporty pada Yamaha Agung Motor Brebes. Analisis yang digunakan dalam penelitian
menggunakan analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian menyatakan
45 bahwa secara parsial maupun secara simultan Brand awareness, Brand
Image dan Media Comunication berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Rindang Lista S, dkk 2014, dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Citra Merek, Harga dan
Promosi Terhadap Keputusan Pembelian”Studi Kasus pada Pegadaian Persero Cabang Manado Utara.Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui apakah Citra Merek, Harga dan Promosi berpengaruh terhadap keputusan membeli emas di PT. Pegadaian Persero Cabang Manado
Utara dan menganalisis faktor yang paling dominan dalam mempengaruhi keputusan membeli emas di PT. Pegadaian Persero Cabang Manado
Utara. Populasi dalam penelitian ini adalah para pelanggan PT. Pegadaian Persero Cabang Manado Utara yang akan membeli emas. Populasi dalam
penelitian ini 286, dengan sampel 74 responden. Teknik analisis data menggunakan regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukan secara
simultan citra merek, harga dan promosi berpengaruh terhadap keputusan pembelian perhiasan emas pada PT. Pegadaian Persero Cabang Manado
Utara. Secara parsial citra merek tidak berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian sedangkan harga dan promosi berpengaruh positif
dan signifikan terhadap keputusan pembelian. Dalam penerapan strategi pemasarannya sebaiknya lebih memperhatikan citra merek, mengingat
citra merek perhiasan emas pada konsumen belum tertanam dengan baik.
46 Hal ini dapat dilakukan misalnya dengan cara meningkatkan program
pemasaran dan komunikasi pemasaran untuk mengedukasi konsumen akan manfaat dan pencitraan merek, melalui strategi iklan yang tepat.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Prof. D. Khalil Md Nor, dkk 2013, dalam penelitiannya yang berjudul “Factors Influencing
Individuals’ Trust in Online Purchase through Social Networking Sites”.Dalam penelitian ini, empat faktor diperiksa yang
kecenderungannya pada percaya, pengalaman dalam pembelian online, testimonial, dan risiko keuangan. Sampel dari penelitian ini adalah 129
pengguna Facebook. Kuesioner didistribusikan melalui email dan posting di Facebook peneliti. Analisis regresi berganda digunakan untuk menguji
hubungan yang diusulkan dalam penelitian ini. Studi ini mengungkapkan kecenderungan pada faktor percaya dan testimonial dua faktor penting
yang mempengaruhi kepercayaan individu dalam pembelian online melalui Social Network Site
Penelitian yang dilakukan oleh Amir Piraman, dkk 2011 dalam penelitiannya yang berjudul “ a Analysis of Factors Affecting the
Consumer’s Attitude of Trust and Their Impact on Internet Purchasing Behaviour”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji faktor-faktor
yang mempengaruhi kepercayaan pembentukan dan dampaknya terhadap perilaku pembelian dalam proses pengambilan keputusan. Penelitian ini
didasarkan pada data yang diperoleh melalui studi survei. Dalam
47 penelitian ini, hipotesis yang disajikan mempertimbangkan variabel yang
terkait dengan kepercayaan dan penerimaan teknologi dan model difusi yang pada tahun 2009 oleh Yu dan Tao. Dalam hal ini, faktor-faktor yang
dipertimbangkan dalam format keseluruhan dari wali amanat, trustor dan faktor lingkungan dalam rangka pendekatan tiga-langkah untuk
membangun kepercayaan, pembelian dan pembelian ulang. Hipotesis diuji dengan software Spss dan akhirnya menjadi jelas bahwa beberapa faktor
memiliki dampak yang kuat di mana tingkat perilaku pelanggan. Penelitian yang dilakukan oleh Dessy Amalia F 2012 dalam
penelitiannya yang berjudul “Analisis pengaruh Citra Merek dan Harga terhadap terhadap Keputusan pembelian”Studi Kasus pada Ramai
swalayan Peterongan Semarang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh citra merek dan harga terhadap keputusan pembelian
pada Ramai Swalayan Peterongan Semarang. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh konsumen Ramai Swalayan Peterongan tetapi tidak
diketahui jumlah pastinya. Sampel yang diambil adalah 100 orang sesuai yang disarankan oleh Hair. Penyebarannya menggunakan dengan
purposive sampling. Skala pengukurannya menggunakan skala Likert. Pada analisis data menggunakan uji regresi linear sederhana dan uji regresi
berganda dengan program aplikasi SPSS 16.0. Dari hasil analisis data diketahui bahwa kategori citra merek sebesar 70 persen menyatakan baik.
Kategori harga diketahui sebesar 46 persen menyatakan murah. Kategori
48 keputusan pembelian diketahui sebesar 57 persen adalah tinggi. Variabel
citra merek berpengaruh terhadap keputusan pembelian sebesar 15 persen. Variabel harga berpengaruh terhadap keputusan pembelian sebesar 43,2
persen. Variabel citra merek dan harga berpengaruh terhadap keputusan pembelian sebesar 17,4 persen. Hal ini berarti semakin baik citra merek,
dan semakin murah harga yang ditawarkan diharapkan dapat meningkatkan keputusan pembelian. Berdasarkan hasil penelitian, untuk
meningkatkan keputusan pembelian sebaiknya Ramai Swalayan Peterongan menjaga citra mereknya khususnya dalam kenyamanan dan
pelayanan, dan mempertahankan harga yang murah.
C. Kerangka Pemikiran
Berdasarkan landasan teori diatas, maka diperlukan sebuah analisa mengenai bagaimana pengaruh Harga, kesadaran merek dan kepercayaan
terhadap keputusan pengambilan KPR BTN pada nasabah BTN di KC Bekasi. Dimana analisis yang digunakan adalah metode regresi linier
berganda. Maka kerangka pemikiran dalam penelitian dapat digambarkan sebagai berikut: