Analisis Pengaruh Harga, Kesadaran Merek dan Kepercayaan terhadap Proses Keputusan Pemilihan KPR BTN (Studi Kasus Nasabah Bank BTN Cabang Bekasi)
ANALISIS PENGARUH HARGA, KESADARAN MEREK DAN KEPERCAYAAN TERHADAP PROSES KEPUTUSAN PEMILIHAN
KPR BTN
(Studi Kasus Nasabah Bank BTN Cabang Bekasi)
Oleh
REZKY OKTAFIANDI NIM. 1111081000080
JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. Data Pribadi
1. Nama : RezkyOktafiandi
2. Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 10 Oktober 1993
3. Alamat : Komp. Pemda DKI G4 No. 13-14 Pondok
Kelapa, Jakarta Timur
4. Agama : Islam
5. Nama Ayah : Marfiades SH, MM
6. Nama Ibu : Dra. Efriyani AS
7. Nomor Telepon : 0852 – 8756 – 9887
8. E-mail : [email protected]
B. Data Pendidikan Formal
1. 2000 – 2006 : SDN Manggarai 05 pagi 2. 2006 – 2009 : SMPN 252 Jakarta 3. 2009 – 2011 :SMAN 71 Jakarta
4. 2011 – 2015 : S1 Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah - Jakarta
(7)
ABSTRAK
Penelitian ini memiliki tujuan: menganalisis Pengaruh Harga, Kesadaran merek, Kepercayaan terhadap Keputusan pembelian KPR BTN. Penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda. Data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh dari jawaban dari responden yang diberikan petanyaan. Pemilihan sampel pada penelitian ini adalah semua nasabah yang menggunakan KPR BTN. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh secara simultan pada variable Harga, Kesadaran merek, dan Kepercayaan terhadap Keputusan pembelian. Hasil penelitian ini menunjukkan variable Harga dan Kesadaran merek berpengaruh signifikan secara parsial terhadap Keputusan pembelian, sedangkan variable Kepercayaan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Keputusan pembelian. Pada uji determinasi terdapat pengaruh sebesar 53,4% yang mempengaruhi Keputusan pembelian yang dijelaskan oleh variable Harga, Kesadaran merek dan Kepercayaan sedangkan sisanya 46,6% dipengaruhi oleh variable lain dan tidak termasuk kedalam analisis regresi ini.
Kata kunci : variable Harga, Kesadaran merek, Kepercayaan, Keputusan pembelian
(8)
ABSTRACT
This research has a purpose: to analyze influence of price, brand awareness, trust against purchasing decision. This research are using multiple linear regression analysis. Data used in this study using primary data obtained from the answer of respondents who provided questions. The sample in this study is that all customer who use KPR BTN. The results of this study indicate that there are significant variables simultaneously on Price, Brand awareness and Trust of Buying Decision. The result of this study also showed a variable Price and Brand Awareness significant effect partially to the purchase decision, while variable Trust had no significant effect on purchase decision.in the test there is determination of the influence of 53,4% which affects the purchasing decision is explained by variables Price, Brand Awareness and Trust while the remaining 46,6% are influenced by other variables and not included in this regression analysis.
(9)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam, karena atas rahmat dan karunia-Nya, penulis akhirnya dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis pengaruh Harga, KesadaranmerekdanKepercayaan terhadap Keputusan PemilihanKPR BTN cabang Bekasi. Shalawat serta salam semoga tetap dan akan terus tercurahkan untuk Nabi Muhammad SAW, manusia pilihan yang pribadinya selalu menjadi tauladan bagi kita semua, kepada keluarganya, kepada sahabatnya sampai kepada para pengikutnya.
Berakhir sudah masa yang indah ini. Peneliti sangat bersyukur atas selesainya penyusunan skripsi ini. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan program Sarjana (S1) pada Program Sarjana Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulis menyadari betul bahwa dalam penulisan skripsi ini tidak dapat disusun tanpa bantuan pihah-pihak lain. Oleh karena itu, pada sedikit paragraf ini penulis akan menyampaikan terima kasih kepada segenap pihak-pihak tersebut, yang diantaranya adalah:
1. Kedua orang tua tercinta, Bapak Marfiades dan Ibu Efriyani yang telah memberikan dukungan baik moril maupun materil serta doa yang tiada henti kepada peneliti.
2. Om Syukri, Tante Tin, Om Tando dan Adek Wahyu serta segenap keluarga yang telah memberi motivasi dan bantuannya dalam menyelesaikan skripsi ini.
3. Bapak Dr. Yahya Hamja, MM selaku Dosen Pembimbing Skripsi I, terima kasih telah berkenan meluangkan waktu membimbing penulisan
(10)
skripsi ini. Semoga cepat sembuh ya pak dan diberikan yang terbaik oleh Allah SWT
4. Ibu Ela Patriana, MM selaku Dosen Pembimbing skripsi II, terima kasih telah berkenan meluangkan waktu membimbing penulisan skripsi ini.
5. Seluruh Bapak/Ibu dosen FEB UIN Syarif Hidayatullah Jakartayang telah memberikan pengetahuan yang sangat bermanfaat selama masa perkuliahan.
6. Seluruh staf dan karyawan FEB UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan masalah administrasi dan lainlainnya
7. Teman-teman Manajemen C Angkatan 2011 dan seluruh Teman-teman Manajemen angkatan 2011 khususnya: Nia, Ina, Mulki, Lila, Tasya, Ela, Tio, Vani, Zen,Eka S, Eka J, Abdul, Adi, Danang, Aji, Agung, Bowo dan yang tidak disebutkan namanya tanpa mengurangi rasa hormat yang selalu menolong, membagi ilmu, serta selalu menemani dalam suka maupun duka.
8. Teman-teman DPP PM 2015 khususnya: Abi, Aska, Wahid, Gita, Cena, Maksum, Mang Saswi, Aji dan sahabat lainnya yang tidak disebutkan namanya yang selalu menghibur dan membantu menemani dalam suka maupun duka.
9. Seluruh staf dan karyawan PT Bank BTN (persero) Tbk khususnya Bapak Rahmad Selaku Wakil kepala cabang Bekasi yang memberikan bantuannya dan restunya dalam penelitian ini.
10.Pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah banyak membantu dan memberi masukan dan inspirasi bagi penulis, suatu kebahagiaan telah dipertemukan dan diperkenalkan dengan kalian semua,terima kasih banyak
11.Chrisna Ambarwati yagn tidak pernah lelah ngingetin skripsian dari yang bawel dan cerewet nyuruh skripsian sampe akhirnya ga percaya
(11)
kalau ini skripsi udah kelar dan ga percaya juga udah bisa dapetin gelar sarjana, makasih ambar sekali lagi
Akhir kata, penulis memahami bawasannya tak ada satupun di dunia ini yang sempurna, tak terkecuali skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kepada pembaca berkenan memberikan saran yang membangun guna memberikan koreksi pada skripsi ini dan diadakan perbaikan untuk penulisan berikutnya.
(12)
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan Skripsi ……….. i
Lembar Pengesahan Ujian Komperhensif ... ii
Lembar Pengesahan Ujian Skripsi ... iii
Lembar Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah ... iv
Daftar Riwayat Hidup ... v
Abstract ... vi
Abstrak ... vii
Kata Pengantar ... viii
Daftar Isi ... x
Daftar Tabel ... xiii
Daftar Gambar ... xiv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A.Latar Belakang Penelitian ... 1
B.Perumusan Masalah ... 8
C.Batasan Masalah ... 8
D.Tujuan Penelitian ... 8
E.Manfaat Penelitian ... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10
A. Landasan teori ... 10
1.Pengertian Rumah ... 10
2.Syarat rumah tinggal ... 11
3.Keterlibatan beberapa pihak dalam pengadaan rumah... 12
4.Harga ... 24
5.Kesadaran Merek ... 28
6.Kepercayaan ... 32
(13)
B. PenelitianTerdahulu ... 43
C. KerangkaPemikiran ... 46
D. Hipotesis ... 47
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 49
A. Ruang Lingkup Penelitian ... 49
B. Metode Penentuan Sampel ... 49
1.Populasi ... 49
2.Sampel ... .. 50
C. Metode Pengumpulan data ... . 50
1.Data Primer ... 50
2.Data Sekunder ... 51
D. Metode Analisis data ... 52
1.Uji kualitas data... 52
2.Uji Asumsi Klasik ... 53
3.Koefisien Determinasi (R2) ... 55
4.AnalisisRegresi Linier Berganda ... 56
5.Pengujian Hipotesis. ... 57
6.Operasional Variabel Penelitian ... 61
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 70
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ... 70
1.Sejarah singkat Bank BTN ... 70
2.Bidang usaha Bank BTN ... 71
3.Struktur Organisasi dan Visi Misi Perusahaan ... 74
B. Analisis dan Pembahasan ... 75
1.Karakteristik Responden ... 75
2.Hasil UjiValiditas dan Reliabilitas ... 79
3.Hasil Uji Asumsi Klasik ... 82
4.Hasil Uji Signifikansi ... 87
(14)
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI ... 97
A.Kesimpulan ... 97
B.Implikasi ... 98
C.Saran ... 99
DAFTAR PUSTAKA ... 100
(15)
DAFTAR TABEL Nomor Keterangan Halaman
1.1 TOP BRAND KPR ... 1
1.2 Tingkat Suku Bunga ... 8
2.1 Target Proyek Rumah Selesai 2015 ... 13
3.1 Skala Likert ... 22
3.2 Operasional Variabel ... 38
4.1 Data Statistik Karakteristik Responden ... 86
4.2 Hasil Uji Validitas... 89
4.3 HasilUji Reliabilitas Variabel Penelitian ... 90
4.4 One-sampel Kolmogrov-Smirnov Test ... 93
4.5 Hasil Uji Multikolinearitas ... 94
4.6 Uji Determinansi (R2) ... 96
4.7 Hasil Uji t ... 98
4.8 Hasil Uji F ... 102
(16)
DAFTAR GAMBAR Nomor Keterangan Halaman
1.1 Piramida Kesadaran Merek ... 15
2.1 Piramida Kesadaran Merek ... 17
2.2 Nilai Kesadaran Merek ... 27
2.3 Empat jenis perilaku pembelian ... 41
2.4 Proses Pembelian Konsumen Model 5 Tahap ... 49
2.5 Tahapan antara Evaluasi Alternatif dan Keputusan Pembelian ... 52
2.6 Kerangka Pemikiran... 53
4.1 Sturktur organisasi Bank BTN ... 56
4.2 Usia Responden ... 60
4.3 Pendidikan responden ... 62
4.4 Pendapatan Responden ... 68
4.5 Pekerjaan Responden ... 92
4.6 Grafik Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual ... 95
(17)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Di era globalisasi sekarang ini dalam segala bidang kehidupan telah terjadi perubahan yang sedemikian rupa . Namun ada beberapa konsekuensi yang harus dihadapi salah satunya adalah keterbukaan dan saling ketergantungan hampir dalam seluruh pergaulan kehidupan di jagat raya ini. Selain itu, yang tidak kalah pentingnya adalah munculnya persaingan atau kompetisi.
Kebutuhan papan merupakan kebutuhan yang mendasar dari sebuah keluarga setelah kebutuhan sandang dan papan terpenuhi. Sehingga setelah kebutuhan pangan dan sandang orang terpenuhi maka seseorang akan berusaha memenuhi kebutuhan papannya. Fungsi dasar papan adalah untuk berlindung dari gangguan alam dan binatang buas. Tetapi sejalan dengan perkembangan peradaban manusia, fungsi rumah berkembang sebagai sumber rasa aman dan kenyamanan dan secara sosial rumah berfungsi sebagai simbol atau status dan ukuran kemakmuran.(Marfiades, 2005)
Pengertian Perumahan dan Permukiman dalam Undang-Undang Nomor 4 tahun 1992 tentang perumahan dan permukiman, perumahan diartikan sebagai kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana.Setelah di perluas pengertiannya menjadi, Rumah adalah bangunan gedung yang
(18)
berfungsi sebagai tempat tinggal yang layak huni, sarana pembinaan keluarga, cerminan harkat dan martabat penghuninya, serta aset bagi pemiliknya (UU RI No . 1, 2011). Sedangkan Menurut WHO, rumah adalah struktur fisik atau bangunan untuk tempat berlindung, dimana lingkungan berguna untuk kesehatan jasmani dan rohani serta keadaan sosialnya baik demi kesehatan keluarga dan individu (WHO,2001).
Menurut Kepmenkes RI Nomor : 829/MENKES/SK/VII/1999 tentang Persyaratan Kesehatan Perumahan, rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga. Rumah sehat adalah proporsi rumah yang memenuhi kriteria sehat minimum komponen rumah dan sarana sanitasi dari 3 komponen (rumah, sarana sanitasi dan perilaku) di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.(perpustakaan.menlh.go.id)
Dalam upaya pengembangan system pemukiman yang sehat perlu adanya satu koordinasi dari masing – masing institusi dalam rangka mewujudkan tata ruang dan peningkatan kualitas hidup yang lebih baik. Peran mewujudkan rumah yang sehat dan ideal memang bertumpu masyarakat serta perorangan, namun dalam kondisi saat ini, dimana lahan untuk membangun rumah sudah mulai habis dan letaknya sudah mulai jauh di luar kota (Bekasi dan Kabupaten Bekasi) maka peran ini juga merupakan tanggung jawab perbankan, pengembang dan pemerintah.
Bekasi akan mengadakan kegiatan akad KPR 1000 unit untuk 1 (satu) developer dalam 1 (hari) dengan nilai KPR mencapai Rp. 110.000 juta. Pada
(19)
bulan Desember tahun 2014 realisasi KC. Bekasi sebesar Rp. 254.000 juta dan total realisasi selama kurun waktu tahun 2014 realisasi KPR KC. Bekasi sebesar Rp. 1,4 Triliyun. (wawancara dengan pihak BTN)
Sejalan dengan perkembangan pemasaran menghadapi era globalisasi terutama dalam bisnis perumahan, harus ada perubahan paradigma dalam pemasaran pengembang perumahan yang dikaitkan dengan fasilitas pembiayaan perumahan oleh perbankan. Dari yang tadinya pengembang hanya berfikiran untuk mendapatkan profit sebesar – besarnya tanpa memikirkan status konsumen yang membeli rumahnya ke membangun rumah untuk menolong para konsumennya yang menengah ke bawah bekerja sama dengan pemerintah dan pihak perbankan agar tata ruang kota lebih tertata dan tak ada lagi pemukiman kumuh yang ada disekitaran bantaran kali yang bisa berkibat bencana (banjir dan tanah longsor). (Marfiades, 2005)
Keputusan untuk membeli rumah merupakan sesuatu yang harus dipikirkan secara matang karena di butuhkan biaya yang tidak sedikit saat ingin membeli rumah. Pembiayaannya pun harus dipikirkan secara matang apakah ingin langsung di bayar tunai atau secara kredit. Pilihan yang paling tepat adalah dengan kredit karena pembiayaannya pun ringan dan bisa dicicil dalam jangka panjang.
Oleh karena itu banyak dunia perbankan yang sekarang telah menyediakan pembiayaan rumah secara kredit yang salah satu produknya adalah KPR (Kredit Pemilikan Rumah). Pihak perbankan pun mulai
(20)
menawarkan penawaran menarik untuk produknya tersebut yang salah satunya adalah bunga yang tetap tiap tahunnya.
Tabel 1.1
PERKEMBANGAN MARKET SHARE KPR/KPA BANK Outstanding
(Rp. Milyar)
NO. BANK 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
1 B. LAIN 44,844 140,599 182,639 222,351 281,452 317,354 333,488 2 BTN 14,387
18,246 21,409 32,922 43,636 49,956 56,039 3 BCA 13,117
18,263 28,032 41,806 52,949 54,652 57,951 4 BNI 8,243
11,664 18,064 25,273 31,733 33,341 33,723 5 MANDIRI 10,017
17,457 21,666 26,289 30,176 29,805 29,903 6 CIMB
NIAGA 13,300
15,460 17,830 21,110 22,410 22,490 23,060
7 BRI
11,898 14,427 15,304 8 TOTAL
BANK 123,721 140,599 182,639 222,351 281,452 317,354 333,488 Sumber : Strategy Performance Division (SIPD) Bank BTN(2015)
Terlihat pada table 1.1 di atas bahwa Bank BTN pada tahun 2009 mengungguli Bank lain yang namun setelah itu hingga tahun 2015 Bank BCA mengungguli Bank BTN dalam Perkembangan market share KPR/KPA Bank, namun pada tabel 1.2 terlihat bahwa Bank BTN menempati posisi pertama pada hasil survey sesi pertama 2015 oleh TOP-Brand.com
Kepercayaan didefinisikan sebagai kesediaan untuk bergantung kepada pihak lain yang telah di percaya (Moorman et al, 1993 dalam Sayed eisa et al 2015). Sebagai peringkat pertama dalam top survey yang dikeluarkan oleh
(21)
lembaga survey yang ternama dan terpercaya yaitu top brand-award.com (frontier.co.id)
Gambar 1.1 Diagram TOP-Brand
Sumber : Frontier.co.id(2005)
Yang mana hasil ini di keluarkan untuk periode survei sesi ke-1 pada tahun 2015. Terlihat bahwa Bank BTN dengan KPRnya menempati urutan paling atas di antara produk KPR dari Bank – bank ternama lainnya.
Tabel 1.2 TOP BRAND KPR
KPR (KREDIT KEPEMILIKAN RUMAH) BANK
MEREK TBI TOP
KPR BTN 54.8% TOP
KPR BCA 13.2% TOP
Mandiri KPR 8.2%
BNI Griya 7.8%
KPR BRI 7.2%
Mega KPR 1.9%
(22)
Banyak faktor yang mempengaruhi ini diantaranya adalah harga dalam hal ini yaitu tingkat bunga, kesadaran merek dan kepercayaan terhadap keputusan konsumen untuk mengambil KPR-BTN dari. PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk., Bank BTN memiliki sejarah yang sangat panjang di industri perbankan di Indonesia. Bank BTN telah berdiri sejak tahun 1897, kemudian Pada tahun 1974, Bank BTN ditunjuk Pemerintah sebagai satu-satunya institusi yang menyalurkan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) bagi golongan masyarakat menengah ke bawah, sejalan dengan program Pemerintah yang tengah menggalakkan program perumahan untuk rakyat. Sejak saat itu BTN memiliki core business yaitu KPR, hingga pada tahun 1994 menduduki peringkat 10 besar dan mempertahankan posisi sebagai satu dari 10 bank terbesar di Indonesia dari segi aset serta penyaluran kredit (www.btn.co.id).
Kesadaran merek adalah kesanggupan seorang calon pembeli untuk mengenali, mengingat kembali suatu merek sebagai bagian dari suatu kategori produk tertentu (Durianto dkk, 2004: 57). Kesadaran merek diciptakan dan ditingkatkan dengan cara meningkatkan keakraban merek melalui paparan berulang sehingga konsumen merasa mengenal merek tersebut Kotler (2010). Tersebarnya beberapa pengembang yang bekerja sama dengan Bank BTN dalam pembiayaan perumahan dalam hal ini KPR di wilayah Bekasi khususnya membuat para calon nasabah terus berulang – ulang terpapar oleh informasi tentang KPR BTN sehingga dalam pemikiran
(23)
konsumen saat ingin memilih KPR, yang keluar adalah KPR BTN. Sesuai dengan konsep piramida kesadaran kosumen pada level top of mind.
Merek yang di sebut pertama dalam suatu tugas pengingatan kembali tanpa bantuan berarti telah meraih kesadaran puncak pikiran (top of mind awareness), suatu posisi istimewa. Dalam pengertian yang sangat sederhana, merek tersebut menjadi pimpinan dari berbagai merek yang ada dalam pikiran seseorang. Tentu saja, ada merek lain yang berdekatan dengan itu.
Kemudian penunjukan Bank BTN pada tahun 1974 sebagai satu-satunya institusi yang menyalurkan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) membuat bank ini sarat dengan pengalaman sebagai penyedia KPR bagi para nasabahnya membuat kepercayaan terhadap Bank BTN menjadi tinggi. Kepercayaan sendiri menunjukkan kondisi dimana konsumen percaya atau bergantung kepada produk atau jasa untuk kondisi terburuk karena adanya harapan kepada prduk atau jasa tersebut yang akan memberikan hasil yang positif kepada konsumen tersebut (Tjiptono 2014 : 192).
Kemudian dalam hal ini harga pada tiap – tiap rumah mungkin hampir sama namun pada saat pembayarannya melalui KPR yang membuatnya berbeda. Tingkat suku bunga yang tidak terlalu tinggi dan tetap (fixed rate) membuat harga rumah tersebut tidak akan jauh beda bila dibandingkan saat membayarnya secara tunai. Bank BTN dengan produknya KPR BTN menawarkan tingkat bunga yang rendah dan tetap dibanding dengan bank – bank penyedia produk KPR lainnya.seperti di tunjukkan pada tabel berikut ini.
(24)
Tabel 1.3 Tingkat suku bunga
Nama Bank Tingkat suku bunga
Bank BTN 1. 5,00 % FLPP
2. 9,80% Komersil
Bank BCA 10% (fixed rate)
Bank Mandiri 10%(fixed rate)
OCBC NISP 10,73%(fixed rate) selama tiga tahun
Bank BNI 11%(fixed rate)
Sumber : bisnis.news.viva.co.id(2014)
Data diatas menjadi alternatif pilihan bagi konsumen saat ingin memilih produk KPR. Sehingga saat konsumen akan menentukan pilihan mereka tidak kecewa di tengah jalan, sehingga konsumen pun merasa pasti saat menentukan pilihannya.
Berdasarkan latar belakang seperti yang di jelaskan diatas, penulis menganggap perlu diadakannya analisa lebih lanjut mengenai analisis pengaruh Harga, Kesadaran merek dan Kepercayaan terhadap keputusan pembelian.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang tersebut. Berikut adalah perumusan masalah dalam penelitian ini :
1. Apakah terdapat pengaruh Harga secara parsial terhadap Keputusan pembelian?
2. Apakah terdapat pengaruh Kesadaran merek secara parsial terhadap Keputusan pembelian?
(25)
3. Apakah terdapat pengaruh Kepercayaan secara parsial terhadap Keputusan pembelian?
4. Apakah terdapat pengaruh Harga, Kesadaran Merek dan Kepercayaan secara simultan terhadap Keputusan pembelian?
C. Batasan Masalah
Dalam penelitian ini penulis memiliki beberapa batasan masalah dengan tujuan agar pembahasan dari penelitian ini tetap pada koridor penelitian. Adapun batasan permasalahan yang diberikan yaitu bahwa penelitian ini hanya membahas tentang pengaruh Harga, kesadaran merek dan kepercayaan terhadap Keputusan pembelian pada nasabah Bank BTN Cabang Bekasi yang akan mengambil produk KPR BTN
D. Tujuan Penelitian
Sehubungan dengan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh bukti empiris tentang:
1. Untuk menganalisis apakah Harga mempengaruhi Keputusan pembelian secara parsial
2. Untuk menganalisis apakah Kesadaran merek mempengaruhi Keputusan pembelian secara parsial
3. Untuk menganalisis apakah Kepercayaan mempengaruhi Keputusan pembelian secara parsial
4. Untuk menganalisis apakah Harga, Kesadaran merek dan kepercayaan mempengaruhi Keputusan Pembelian secara simultan
(26)
E. Manfaat Penelitian
Dengan dilaksanakannya penelitian ini, maka hasil penelitian ini diharapkan dapat memperoleh manfaat bagi banyak pihak antara lain:
1. Bagi peneliti
Dapat menambah pengetahuan dan wawasan serta dapat menerapkan pengalaman dan ilmu yang telah didapat di bangku kuliah ke dalam praktek, khususnya yang ada hubungannya dengan masalah penelitian tersebut.
2. Bagi akademisi
Dapat memberikan tambahan informasi yang berguna terhadap dunia ilmu pendidikan khususnya pengetahuan di bidang pemasaran, selain itu dapat digunakan sebagai bahan referensi untuk penelitian selanjutnya.
3. Bagi perusahaan
Adanya input informasi bagi perusahaan yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan, dan jika memungkinkan dapat dijadikan pedoman untuk melakukan perbaikan dalam mengambilan keputusan saat ini maupun masa yang akan datang.
(27)
BAB II
LANDASAN TEORI A. Landasan teori
1. Pengertian Rumah
Pengertian Perumahan dan Permukiman dalam Undang-Undang Nomor 4 tahun 1992 tentang perumahan dan permukiman, perumahan diartikan sebagai kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana.Setelah di perluas pengertiannya menjadi, Rumah adalah bangunan gedung yang berfungsi sebagai tempat tinggal yang layak huni, sarana pembinaan keluarga, cerminan harkat dan martabat penghuninya, serta aset bagi pemiliknya (UU RI No . 1, 2011). Sedangkan Menurut WHO, rumah adalah struktur fisik atau bangunan untuk tempat berlindung, dimana lingkungan berguna untuk kesehatan jasmani dan rohani serta keadaan sosialnya baik demi kesehatan keluarga dan individu (WHO, 2001).
Menurut Kepmenkes RI Nomor : 829/MENKES/SK/VII/1999 tentang Persyaratan Kesehatan Perumahan, rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga. Rumah sehat adalah proporsi rumah yang memenuhi kriteria sehat minimum komponen rumah dan sarana sanitasi dari 3 komponen (rumah, sarana sanitasi dan perilaku) di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu(perpustakaan.menlh.go.id). Secara umum rumah dapat dikatakan sehat apabila memenuhi kriteria sebagai berikut:
(28)
a. Memenuhi kebutuhan fisiologis antara lain pencahayaan, penghawaan, dan ruang gerak yang cukup, terhindar dari kebisingan yang mengganggu.
b. Memenuhi kebutuhan psikologis antara lain privasi yang cukup, komunikasi yang sehat antar anggota keluarga dan penghuni rumah. c. Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antar
penghuni rumah dengan penyediaan air bersih, pengelolaan tinja dan limbah rumah tangga, bebas vector penyakit dan tikus, kepadatan hunian yang tidak berlebihan, cukup sinar matahari pagi, terlindungnya makanan dan minuman dari pencemaran, disamping pencahayaan dan penghawaan yang cukup.
d. Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan baik yang timbul karena keadaan luar maupun dalam rumah antara lain persyaratan garis sempadan jalan, konstruksi yang tidak mudah roboh, tidak mudah terbakar, dan tidak cenderung membuat penghuninya jatuh tergelincir.
e. Memenuhi persyaratan terhadap pencegahan bahaya kebakaran. 2. Syarat Rumah Tinggal
a. Aksebilitas
1) Kebutuhan transportasi terpenuhi dengan mudah dan murah. 2) Jarak tempat ke fasilitas umum mudah dan cepat
3) Jalan menuju lokasi kualitasnya cukup baik, aman, dan nyaman hendaknya lancar.
(29)
1) Kesehatan lingkungan terpenuhi. misalnya : Jauh dari polusi ( Pabrik maupun kendaraan umum )
2) Penataan lingkungan cukup asri dan alami
3) Cukup ruang terbuka. misalnya : taman atau komunitas
4) Sarana dan Prasarana memadai. misalnya : jalan lingkungan, tempat-tempat ibadah, olahraga, taman, sekolah dll.
c. Secara fisik rumah itu sendiri harus memiliki klasifikasi sebagai berikut
1) Sesuai dengan organisasi keluarga 2) Sehat
3) Nyaman 4) Aman
Sumber : www.pnpm-perkotaan.org(2010)
3. Keterlibatan beberapa pihak dalam pemenuhan kebutuhan perumahan
a. Pemerintah
Ada 3 (tiga) kebijakan dan strategi nasional perumahan dan permukiman yang dituangkan dalam S.K. Menteri Kimpraswil Nomor 217/2002 tentang Kebijaksanaan dan Strategi Nasional Perumahan dan Permukiman (KSNPP), yaitu:
1) Melembagakan sistem penyelenggaraan perumahan dan permukiman dengan melibatkan masyarakat (partisipatif) sebagai pelaku utama, melalui strategi:
(30)
a) Penyusunan, pengembangan dan sosialisasi berbagai produk peraturan perundangundangan dalam penyelenggaraan perumahan dan permukiman.
b) Pemantapan kelembagaan perumahan dan permukiman yang handal dan responsif.
c) Pengawasan konstruksi dan keselamatan bangunan gedung dan lingkungan.
2) Mewujudkan pemenuhan kebutuhan perumahan bagi seluruh lapisan masyarakat, melalui strategi:
a) Pengembangan sistem pembiayaan dan pemberdayaan pasar perumahan (primer dan sekunder), meliputi
(1) Peningkatan kualitas pasar primer melalui penyederhanaan perijinan, sertifikasi hak atas tanah, standarisasi penilaian kredit, dokumentasi kredit, dan pengkajian ulang peraturan terkait;
(2) Pelembagaan pasar sekunder melalui SMF (Secondary Mortgage Facilities), asuransi kredit, lembaga pelayanan dokumentasi kredit; dan lembaga sita jaminan.
b) Pengembangan pembangunan perumahan yang bertumpu keswadayaan masyarakat, meliputi
(1) Pelembagaan pembangunan perumahan bertumpu pada kelompok masyarakat (P2BPK);
(2) Pengembangan dan pendayagunaan potensi keswadayaan masyarakat;
(31)
(3) Pemberdayaan para pelaku kunci perumahan swadaya; serta
(4) Pengembangan akses pembiayaan perumahan swadaya. (5) Pengembangan berbagai jenis dan mekanisme subsidi
perumahan, dapat berbentuk subsidi pembiayaan; subsidi prasarana dan sarana dasar lingkungan perumahan dan permukiman; ataupun kombinasi kedua subsidi tersebut.
c) Pemberdayaan usaha ekonomi masyarakat miskin, meliputi (1) Pemberdayaan masyarakat untuk mengembangkan
kemampuan usaha dan hidup produktif;
(2) Penyediaan kemudahan akses kepada sumber daya serta prasarana dan sarana usaha bagi keluarga miskin, serta (3) Pelatihan teknologi tepat guna, pengembangan
kewirausahaan, serta keterampilan lainnya.
d) Pemenuhan kebutuhan perumahan dan permukiman akibat dampak bencana alam dan kerusuhan sosial, meliputi (1) Penanganan tanggap darurat;
(2) Rekonstruksi dan rehabilitasi bangunan, prasarana dan sarana dasar perumahan dan permukiman;
e) Pemukiman kembali pengungsi. Penanganan tanggap darurat merupakan upaya yang harus dilakukan dalam rangka penanganan pengungsi, penyelamatan korban dampak bencana alam atau kerusuhan sosial, sebelum
(32)
proses lebih lanjut seperti pemulangan, pemberdayaan, dan pengalihan (relokasi).
f) Pengelolaan bangunan gedung dan rumah negara, melalui pembinaan teknis penyelenggaraan dan pengelolaan aset bangunan gedung dan rumah negara.
3) Mewujudkan permukiman yang sehat, aman, harmonis dan berkelanjutan guna mendukung pengembangan jatidiri, kemandirian, dan produktivitas masyarakat, melalui strategi: a) Peningkatan kualitas lingkungan permukiman, dengan
prioritas kawasan permukiman kumuh di perkotaan dan pesisir, meliputi
(1) Penataan dan rehabilitasi kawasan permukiman kumuh; (2) Perbaikan prasarana dan sarana dasar permukiman;
serta
(3) Pengembangan rumah sewa, termasuk rumah susun sederhana sewa (rusunawa).
b) Pengembangan penyediaan prasarana dan sarana dasar permukiman, meliputi
(1) Pengembangan kawasan siap bangun (Kasiba) dan lingkungan siap bangun (Lisiba); dan
(2) Pengembangan lingkungan siap bangun yang berdiri sendiri, yang berdasarkan RT/RW Kabupaten atau Kota, dan Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman di Daerah (RP4D) yang telah ditetapkan melalui peraturan daerah. Kasiba dan
(33)
Lisiba tersebut dimaksudkan untuk mengembangkan kawasan permukiman skala besar secara terencana dan terpadu dalam manajemen kawasan yang efektif. Dalam pengembangan Kasiba dan Lisiba serta kaitannya dengan pengelolaan tata guna tanah, juga perlu dipertimbangkan pengembangan Bank Tanah untuk lebih mengendalikan harga tanah.
c) Penerapan tata lingkungan permukiman, meliputi
(1) Pelembagaan RP4D, yang merupakan pedoman perencanaan, pemrograman, pembangunan dan pengendalian pembangunan jangka menengah dan panjang secara sinergi melibatkan kemitraan pemerintah, dunia usaha dan masyarakat;
(2) Pelestarian bangunan bersejarah dan lingkungan permukiman tradisional;
(3) Revitalisasi lingkungan permukiman strategis; serta (4) Pengembangan penataan dan pemantapan standar
pelayanan minimal lingkungan permukiman untuk mencegah perubahan fungsi lahan, menghindari upaya penggusuran, mengembangkan pola hunian berimbang, menganalisis dampak lingkungan melalui Analisa Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL), Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL), serta Upaya Pengelolaan Lingkungan
(34)
(UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL) secara konsisten.
Perubahan kondisi sosial, ekonomi, dan politik yang sangat fundamental menuntut perlunya sistem perencanaan pembangunan yang komprehensif dan mengarah kepada perwujudan transparansi, demokratisasi, desentralisasi, dan partisipasi masyarakat, yang pada akhirnya dapat menjamin pemanfaatan dan pengalokasian sumber dana pembangunan yang semakin terbatas menjadi lebih efisien dan efektif serta berkelanjutan.(www.landasanteori.com)
Salah satu upaya untuk merespon tuntutan tersebut, pemerintah telah mengundangkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN), yang didalamnya diatur sistem perencanaan pembangunan yang baru yang terdiri dari empat tahapan, yaitu: a. Penyusunan rencana;
b. Penetapan rencana;
c. Pengendalian pelaksanaan rencana;
d. Evaluasi pelaksanaan rencana. Perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, dan evaluasi pelaksanaan rencana merupakan bagian-bagian dari fungsi manajemen yang saling terkait dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain.
(35)
b. Perbankan
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) meminta kepada bank pelaksana Kredit Pemilikan Rumah (KPR) melalui Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) untuk serius menjalankan tugasnya. Khususnya untuk mengejar target pembangunan 1 juta rumah. Direktur Jenderal Pembiayaan Perumahan Kementerian PUPR Maurin Sitorus juga meminta dukungan dari perbankan lainnya untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan perumahan. Selama ini pembangunan 1 juta rumah, selain karena masalah pengadaan lahan dan perizinan, juga dari sisi pendanaan dinilai cukup bermasalah. Dengan dukungan pembiayaan dari perbankan diharapkan para pengembang tidak lagi segan untuk membangun perumahan, khususnya bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR).
"Program Sejuta Rumah merupakan kinerja dan tanggung jawab kita semua sebagai pemain utama. Tapi tanpa dukungan perbankan dan pengembang tak mungkin Program Sejuta Rumah dapat tercapai. Kami minta pengertian bank pelaksana agar menyiapkan dana untuk skim selisih suku bunga. Pasalnya, kalau bank pelaksana tidak melaksanakannya tentunya akan ada kompensasi,” kata Maurin, Kamis (2/7). Sebagai upaya untuk memaksimalkan peranan bank pelaksana dan bank lainnya, Maurin mengajak perbankan dan pengembang untuk menyamakan persepsi terkait bantuan pembiayaan perumahan. Menurutnya, hal ini penting untuk tetap menjaga komitmen antara stake holder dalam upaya
(36)
mewujudkan Program Sejuta Rumah. Pihaknya kini secara intensif aktif melakukan koordinasi untuk mengetahui seberapa jauh hasil kerja sama antara perbankan pengembang dan pemerintah dalam program ini.
Lebih lanjut, Maurin menjelaskan bahwa kementeriannya memberikan subsidi KPR–FLPP bagi MBR yang ingin memiliki rumah dengan suku bunga 5% dari semula 7,25%. Untuk tahun 2015 ini dana untuk FLPP ini tersedia sebesar Rp 5,1 triliun. Skim KPR FLPP, lanjutnya, nantinya akan dikombinasikan dengan skim subsidi selisih bunga (SSB) yang rencananya akan diberlakukan mulai bulan Juli tahun ini. Kebijakan tersebut tentunya harus selalu dikoordinasikan dengan perbankan selaku pelaksana dan juga pengembang agar benar-benar dapat berjalan. Sehingga pada akhirnya nanti MBR dapat merasakan manfaatnya. Maurin menambahkan, untuk tahun 2016 nantii dana FLPP yang diusulkan oleh pemerintah adalah sebesar 9,3 triliun. "Apabila suku bunga komersial sebesar 12%, maka yang akan ditanggung oleh pemerintah adalah sebesar 7% setelah dikurangi FLPP sebesar 5%. Skim KPR FLPP dan skim subsidi selisih bunga akan ditetapkan sebagai suatu kebijakan oleh pemerintah untuk tahun 2016,” ulasnya.
Sementara, Direktur Mortgage dan Consumer Banking PT. Bank BTN (persero) Tbk Mansyur Nasution menegaskan, pihaknya telah siap mendukung program pembangunan perumahan bagi MBR. Menurutnya, area ini merupakan mata pencaharian BTN sehingga tidak perlu diragukan lagi kesiapannya sebagai bank pelaksana.
(37)
“Kami siap untuk melaksanakan KPR bersubsidi. Karena tahun lalu pun ketika dananya sudah habis tapi programnya jalan terus. Jadi, tidak ada masalah. Kalau pun dana di Bank BTN habis, masih ada bank lain yang bersedia,” tegas Mansyur.
Baginya, lanjut Mansyur, program KPR merupakan bisnis yang menguntungkan bagi perbankan. Dia mengajak bank-bank lainnya untuk tidak ragu dalam memberikan dukungannya pada program sejuta rumah. "Program KPR Bersubsidi merupakan bisnis yang menjanjikan jadi tidak perlu ada kekhawatiran," imbuhnya. (radarpena.com)
Menurut Rahmad Budi S wakil kepala cabang BTN Bekasi Berikut Strategi Pemenuhan Kebutuhan Rumah dalam Program Sejuta Rumah 2015 :
1. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) selaku koordinator di tingkat pusat perlu didukung sepenuhnya oleh Pemerintah Daerah, stakholders, khususnya dalam hal perijinan dan fasilitasi penyediaan lahan. Pemda diminta untuk memberikan kemudahan dalam hal perijinan dan penyediaan lahan buat pengembang, karena kedua hal tersebut yang menjadi kendala utama pengembang selama ini.
2. Perlunya sinergi semua pihak untuk berpartisipasi dalam pembangunan rumah untuk masyarakat di Indonesia (Perumnas, APERSI, REI, BTN, Taperum, BPJS Ketenagakerjaan, dll). 3. Pemerintah melalui Program Sejuta Rumahtelah mengalokasikan
(38)
Triliun (untuk 98.300 unit). Disamping itu, untuk memfasilitasi MBR memiliki rumah yang dibangun oleh Pengembang (Perumnas, REI, APERSI, ASPERI, dan pengembang lainnya), Pemerintah juga telah menyediakan dana KPR-FLPP sebesar Rp 5,1 Triliun. Berdasarkan data Kementrian PUPERA kekurangan pasokan rumah yang hingga kini angkanya diperkirakan sudah mencapai 15 juta pada 2013 lalu, pertumbuhan kebutuhan perumahan kurang lebih 800 ribu unit/tahun, sedangkan suplai perumahan dari pengembang hanya 150 ribu unit/ tahun dengan pertumbuhan property nasional dalam lima tahun terakhir rata-rata 21 persen per tahun
4. Dari sisi regulasi pemerintah setidaknya sudah dan atau sedang melakukan revisi terhadap 10 peraturan perundang-undangan yang akan mendukung program pembangunan satu juta rumah 5. Dari sisi demand, Kementerian PUPR telah menerbitkan berbagai kebijakan antara lain ditetapkannya tingkat suku bunga pinjaman KPR-FLPP sebesar 5% per tahun dengan pemberian jangka waktu pinjaman maksimal selama 20 tahun
6. Untuk menggenjot realisasi KPR Bank BTN juga telah membantu Pemerintah dengan meluncurkan program 1% Uang Muka KPR..
7. Pembangunan rusunami merupakan salah satu cara menyelesaikan permasalahan hunian MBR di perkotaan. Konsep rusunami kedepan harus mempertimbangkan konsep hunian yang terpadu dengan fasilitas umum dan penunjang bagi
(39)
penghuninya. Hal itu untuk meredam mobilitas masyarakat sehingga berimbas pada penurunan cost of living
Sebagai wujud komitmen Bank BTN dalam rangka pembangunan 1 juta unit rumah, pada tahun 2015 terdapat beberapa proyek perumahan yang akan direalisasi di tahun 2015, antara lain :
Proyek rumah yang akan selesai tahun 2015 di antaranya: Tabel 2.1
Target proyek rumah selesai 2015
No. Nama perumahan Lokasi Provinsi Tipe
1. DUREN BARU
PERMAI Bogor West Java Hunian
2. GALUH
PAKUAN Sumedang West Java Hunian
3. GARDEN VIEW
SUBANG Subang West Java Hunian
4.
GOLF ESTATE BOGOR RAYA -
TERRAKOTA CLUSTER
Bogor West Java Hunian
5.
GRAND MEKARSARI
RESIDENCE
Bogor West Java Hunian
6. GREEN PARK
RESIDENCES Medan
North
Sumatera Hunian
7.
GRIYA KONDANG
ASRI
Karawang West Java Hunian
8. ISTANA BUAH
BATU Bandung West Java Hunian
9.
JATIWANGI
SQUARE –
RESIDENCE
Majalengka West Java Hunian
10. MARGONDA
RESIDENCE Depok Jakarta Hunian
(40)
Data Dukungan Bank BTN KC. Bekasi dalam rangka pembangunan 1 juta rumah tahun 2015
Berdasarkan jumlah supply rumah yang dibangun oleh pengembang di wilayah Bekasi dan sekitarnya, sampai dengan Bulan November 2015, Bank BTN KC. Bekasi sudah menyalurkan KPR sebesar Rp.1.736.330 juta dengan jumlah unit sebanyak 12.189. Berdasarkan data kinerja Kantor Cabang Bekasi, realisasi KPR per bulan rata-rata sebesar Rp. 157.848 juta dengan jumlah unit rata-rata sebanyak 1000 unit per bulan. Dari total realisasi Rp. 1.736.330 juta didominasi oleh KPR Subsidi sebesar Rp. 960.670 juta, sedangkan realisasi KPR Non Subsidi sebesar Rp. 775.780 juta. Pada bulan Desember target realisasi sebesar Rp. 250.000 juta, dengan asumsi pada tgl 12 Desember 2015 BTN KC. Bekasi akan mengadakan kegiatan akad KPR 1000 unit untuk 1 (satu) developer dalam 1 (hari) dengan nilai KPR mencapai Rp. 110.000 juta. Pada bulan Desember tahun 2014 realisasi KC. Bekasi sebesar Rp. 254.000 juta dan total realisasi selama kurun waktu tahun 2014 realisasi KPR KC. Bekasi sebesar Rp. 1,4 Triliyun.
4. Harga
a. Pengertian Harga
Menurut Kotler (2009) harga adalah sejumlah uang yang dibayar untuk sebuah produk atau jasa atau sejumlah nilai yang harus di tukar konsumen untuk keuntungan yang telah di pakai atau
(41)
di gunakan dari sebuah produk atau jasa. Sedangkan Stanton (2004) mendefinisikan harga sebagai besaran uang atau barang yang dibutuhkan untuk memperoleh beberapa kombinasi selain barang dan jasa yang dibutuhkan.
Menurut Tjiptono (2014 : 192) mendefinisikan harga dari dua sudut pandang, yaitu dari sudut pandang pemasaran, harga merupakan satuan moneter atau ukuran lainnya (termasuk barang dan jasa lainnya) yang ditukarkan agar memperoleh hak kepemilikan atau penggunaan suatu barang atau jasa.
Sementara itu, dari sudut pandang konsumen, harga seringkali digunakan sebagai indikator nilai bilamana harga tersebut dihubungkan dengan manfaat yang dirasakan atas suatu barang atau jasa. Nilai dapat didefinisikan sebagai rasio antara manfaat yang dirasakan terhadap harga. Stanton (2004) menyatakan harga adalah sejumlah nilai yang ditukarkan konsumen dengan manfaat dari memiliki dan menggunakan produk atau jasa yang ditetapkan oleh pembeli atau penjual untuk suatu harga yang sama terhadap semua pembeli.
Alasan ekonomis akan menunjukkan bahwa harga yang rendah atau harga yang selalu berkompetisi merupakan salah satu pemicu penting untuk meningkatkan kinerja pemasaran, tetapi alasan psikologis dapat menunjukkan bahwa harga justru merupakan indikator kualitas dan karena itu dirancang sebagai salah satu
(42)
instrumen penjualan sekaligus sebagai instrument kompetisi yang menentukan.
b. Strategi Penetapan harga
Penetapan harga harus diarahkan demi tercapainya tujuan. Sasaran penetapan harga dibagi menjadi tiga (Stanton,2004):
1) Berorientasi pada laba untuk :
a) Mencapai target laba investasi atau laba penjualan perusahaan.
b) Memaksimalkan laba.
2) Berorientasi pada penjualan untuk: a) Meningkatkan penjualan
b) Mempertahankan atau meningkatkan pangsa pasar. 3) Berorientasi pada status quo untuk :
a) Menstabilkan harga. b) Menangkal persaingan.
Menurut Alma (1992) dalam menentukan kebijaksanaan harga ada 3 kemungkinan:
1) Penetapan harga diatas harga saingan
Cara ini dapat dilakukan kalau perusahaan dapat meyakinkan konsumen bahwa barang yang dijual mempunyai kualitas lebih baik, bentuk yang lebih menarik dan mempunyai kelebihan lain dari barang yang sejenis yang telah ada di pasaran.
(43)
2) Penetapan harga dibawah harga saingan
Kebijakan ini dipilih untuk menarik lebih banyak langganan untuk barangyang baru diperkenalkan dan belum stabil kedudukannya di pasar.
3) Mengikuti harga saingan
Cara ini dipilih untuk mempertahankan agar langganan tidak beralih ketempat lain.
c. Dimensi harga
Tjiptono (2014: 195) harga merupakan salah satu bauran pemasaran yang membutuhkan pertimbangan cermat. Ini dikarenakan adanya sejumlah dimensi strategik harga dalam hal :
1) Harga merupakan pernyataan nilai dari suatu produk. Nilai adalah rasio atau perbandingan antara persepsi terhadap manfaat dengan biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan produk. 2) Harga merupakan aspek yang tampak jelas bagi para pembeli.
Bagi konsumen yang tidak terlalu paham hal – hal teknis pada pembelian produk Otomotif dan elektronik, kerap kali harga menjadi faktor yang dapat mereka mengerti. Tidak jarang pula harga dijadikan indikator kualitas.
3) Harga adalah determinan utama permintaan. Berdasarkan hukum permintaan, besar kecilnya harga mempengaruhi kuantitas produk yang dibeli konsumen. Semakin mahal harga, semakin sedikit jumlah permintaan atas produk bersangkutan dan sebaliknya.
(44)
4) Harga berkaitan langsung dengan pendapatan dan laba. Harga adalah satu – satunya bauran pemasaran yang mendatangkan pemasukan bagi perusahaan yang pada gilirannya berpengaruh pada besar kecilnya laba dan pangsa pasar yang diperoleh
5) Harga mempengaruhi citra dan strategi posittioning. Dalam pemasaran produk prestisius yang mengutamakan citra kualitas dan ekslusivitas, harga menjadi unsur yang penting
Disisi lain Kotler (2008: 345) menyatakan bahwa indikator yang mencirikan harga adalah sebagai berikut:
1) Keterjangkauan harga
2) Kesesuaian harga dengan kualitas produk 3) Daya saing harga
4) Kesesuaian hara dengan manfaat produksi 5) Harga mempengaruhi daya beli konsumen
6) Harga dapat mempengaruhi konsumen dalam mengambil keputusan
5. Kesadaran Merek (brand awareness) a. Pengertian Kesadaran Merek
Kesadaran merek adalah kesanggupan seorang calon pembeli untuk mengenali, mengingat kembali suatu merek sebagai bagian dari suatu kategori produk tertentu (Durianto dkk, 2004: 57). Brand awareness (kesadaran merek) meru¬pakan kemampuan konsumen untuk mengiden-tifikasi suatu merek pada kondisi yang berbeda, dapat dilakukan dengan pengenalan merek dan pengingatan kembali
(45)
terhadap suatu merek ter¬tentu. Kesadaran merek diciptakan dan ditingkat¬kan dengan cara meningkatkan keakraban merek melalui paparan berulang sehingga konsumen merasa mengenal merek tersebut Kotler (2010)
b. Pembentukan Kesadaran Merek
Bagian dari suatu kategori produk perlu ditekankan karena terdapat suatu hubungan yang kuat antara kategori produk dengan merek yang dilibatkan. Misalnya publikasi tentang penerbangan Garuda Indonesia tidak akan membantu kesadaran merek dari Kacang Garuda. Kesadaran merek membutuhkan continum ranging (jangkauan kontinum) dari perasaan yang tidak pasti bahwa merek tertentu telah dikenal sebelumnya, sehingga konsumen yakin bahwa produk tersebut merupakan satu-satunya merek dalam suatu kelompok produk (Durianto dkk, 2004: 55).
Oleh karena itu konsumen cenderung membeli suatu merek yang sudah dikenal, karena dengan membeli merek yang sudah dikenal, mereka merasa aman, terhindar dari berbagai resiko pemakaian dengan asumsi bahwa merek yang sudah dikenal lebih dapat diandalkan, (Durianto dkk, 2004: 54).Kontinum ini dapat terwakili dalam tingkatan kesadaran merek yang berbeda yang dapat digambarkan dalam suatu piramida berikut ini
(46)
Gambar 2.1
Piramida Kesadaran Merek
Sumber: Durianto dkk (2004:55).
Gambar di atas menunjukan adanya empat tingkatan kesadaran merek yang disebut piramida kesadaran merek. Piramida kesadaran merek dari tingkat terendah sampai tingkat tertinggi adalah sebagai berikut:
a. Brand unaware (tidak menyadari merek) adalah tingkatan paling rendah dalam piramida kesadaran merek, dimana konsumen tidak menyadari adanya suatu merek.
b. Brand recognition (pengenalan merek) adalah tingkat minimal kesadaran merek, dimana pengenalan suatu merek muncul lagi setelah dilakukan pengingatan kembali lewat bantuan (aided recall).
c. Brand Recall (pengingatan kembali terhadap merek) adalah pengingatan kembali terhadap merek tanpa bantuan (unaided recall).
(47)
d. Top of Mind (puncak pikiran) adalah merek yang disebutkan pertama kali oleh konsumen atau yang pertama kali muncul dalam benak konsumen. Dengan kata lain, merek tersebut merupakan merek utama dari berbagai merek yang ada dalam benak konsumen.
Merek yang di sebut pertama dalam suatu tugas pengingatan kembali tanpa bantuan berarti telah meraih kesadaran puncak pikiran (top of mind awareness), suatu posisi istimewa. Dalam pengertian yang sangat sederhana, merek tersebut menjadi pimpinan dari berbagai merek yang ada dalam pikiran seseorang. KPR BTN pada periode survei sesi ke-1 pada tahun 2015 menempati peringkat pertama pada survey yang dilakukan oleh top-brandaward.com (2015)
Tabel 2.2 TOP BRAND KPR
KPR (KREDIT KEPEMILIKAN RUMAH) BANK
MEREK TBI TOP
KPR BTN 54.8% TOP
KPR BCA 13.2% TOP
Mandiri KPR 8.2%
BNI Griya 7.8%
KPR BRI 7.2%
Mega KPR 1.9%
(48)
Sehingga terlihat bahwa KPR BTN memiliki kapasitas sebagai kesadaran puncak pikiran (top of mind awareness).
c. Tujuan Kesadaran Merek
Pengakuan merek merupakan langkah dasar pertama dalam tugas komunikasi. Peran kesadaran merek dalam membantu merek dapat dipahami dengan mengkaji bagaimana kesadaran merek menciptakan suatu nilai (Durianto dkk, 2004:7). Kesadaran merek memberikan nilai melalui empat cara.
Gambar 2.2 Nilai Kesadaran Merek
Sumber: Durianto dkk (2004: 7).
Penjelasan dari ke empat nilai tersebut adalah sebagai berikut:
a. Jangkar tempat tautan berbagai asosiasi: suatu merek yang kesadarannya tinggi dibenak konsumen akan membantu asosiasi-asosiasi melekat pada merek tersebut karena, daya jelajah merek tersebut menjadi sangat tinggi dibenak konsumen. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa jika kesadaran suatu merek rendah, maka asosiasi yang diciptakan oleh pemasar akan sulit melekat pada merek tersebut.
Jangkar tempat tautan berbagai asosiasi
Familiar/rasa suka
Substansi/komitmen
Mempertimbangkan merek Kesadaran Merek
(49)
b. Familiar atau rasa suka: jika kesadaran atas merek sangat tinggi, konsumen akan sangat akrab dengan merek tersebut dan lama-kelamaan akan timbul rasa suka yang tinggi terhadap merek tersebut. c. Substansi atau komitmen: kesadaran merek dapat menandakan keberadaan, komitmen, dan inti yang sangat penting bagi perusahaan. Jadi jika kesadaran atas merek tinggi, kehadiran merek itu akan selalu dapat kita rasakan. Sebuah merek dengan kesadaran konsumen tinggi biasanya disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu diiklankan secara luas, eksistensi yang telah teruji oleh waktu, jangkauan distribusi yang luas, dan merek tersebut di kelola dengan baik.
d. Mempertimbangkan merek: langkah pertama dalam suatu proses pembelian adalah menyeleksi merek-merek yang di kenal dalam usaha suatu kelompok untuk dipertimbangkan dan diputuskan merek mana yang akan dibeli. Merek dengan top of mind yang tinggi mempunyai nilai pertimbangan yang tinggi. Jika suatu merek tidak tersimpan dalam ingatan, merek tersebut tidak akan dipertimbangkan dalam benak konsumen.
6. Kepercayaan
a. Pengertian kepercayaan
Kepercayaan didefinisikan sebagai kesediaan untuk bergantung kepada pihak lain yang telah di percaya (Moorman et al, 1993). Kepercayaan mengandung dua aspek yang berbeda yaitu
(50)
kredibilitas yang merujuk kepada keyakinan bahwa pihak lain mempunyai keahlian dalam menjalankan tugasnya dan benovelence yang merujuk kepada kesungguhan pihak lain bahwa dia mempunyai kesungguhan untuk melaksanakan yang sudah di sepakati (Ganesa, 1994). Definisi tersebut mengindikasikan bahwa kepercayaan merupakan komponen fundamental dari strategi pemasaran dalam menciptakan hubungan sejati dengan konsumen. Perusahaan yang beroperasi di pasar industri membangun hubungan kerjasama dengan pelanggannya sebagai salah satu strategi bersaing.
Dengan hubungan kerjasama jangka panjang, perusahaan dapat meningkatkan daya saing. Kepercayaan sendiri menunjukkan kondisi dimana konsumen percaya atau bergantung kepada produk atau jasa untuk kondisi terburuk karena adanya harapan kepada produk atau jasa tersebut yang akan memberikan hasil yang positif kepada konsumen tersebut (Tjiptono 2014 : 193)
b. Faktor – faktor pembentuk kepercayaan
Menurut Tjiptono (2014 : 194), terdapat tiga faktor yang mempengaruhi kepercayaan terhadap merek. Ketiga faktor ini berhubungan dengan tiga entitas yang tercakup dalam hubungan antara merek dan konsumen. Adapun ketiga faktor tersebut adalah merek itu sendiri, perusahaan pembuat merek dan konsumen.
1) Karakteristik merek mempunyai peran yang sangat penting dalam menentukan pengambilan keputusan konsumen untuk mempercayai suatu merek. Hal ini disebabkan oleh konsumen
(51)
melakukan penilaian sebelum membeli. Karakteristik yang berkaitan dengan kepercayaan merek ,meliputi : dapat diramalkan, mempunyai reputasi dan kompeten
2) Karakteristik perusahaan yang ada di balik suatu merek juga dapat mempengaruhi tingkat kepercayaan konsumen terhadap merek tersebut. Pengetahuan konsumen tentang perusahaan yang ada di balik merek suatu produk merupakan dasar awal pemahaman konsumen terhadap merek suatu produk atau jasa. Karakteristik ini meliputi reputasi perusahaan, motivasi perusahaan yang diinginkan dan integritas suatu perusahaan.
3) Karakteristik konsumen – merek merupakan dua kelompok yang saling mempengaruhi. Oleh sebab itu, karakteristik konsumen – merek dapat mempengaruhi kepercayaan terhadap merek. Karakteristik ini meliputi kemiripan antara konsep emosional konsumen dengan kepribadian merek, kesukaan terhadap merek dan pengalaman terhadap merek.
c. Dimensi Kepercayaan
Menurut Mayer (dalam ainurofiq, 2007) factor yang mempengaruhi kepercayaan seseorang terhadap suatu produk ada 3, yaitu:
1) Kemampuan, kepercayaan adalah ranah khusus, sehingga individu membutuhkan keyakinan akan seberapa baik seseorang memperlihatkan performanya. Faktor pengalaman dan pembuktian performanya akan mendasari munculnya kepercayaan orang lain terhadap individu. Kim (dalam ainurofiq, 2007) menyatakan bahwa ability meliputi kompetensi,
(52)
pengalaman, pengesahan institusional, dan kemampuan dalam ilmu pengetahuan.
2) Integritas, integritas terlihat dari konsistensi antara ucapan dan perhatian dengan nilai – nilai dari seseorang. Kejujuran saja tidak cukup untuk menjelaskan integritas, namun integritas memerlukan keteguhan hati dalam menerima tekanan. Kim (dalam ainurofiq, 2007) mengemukakan bahwa integrity dapat dilihat dari sudut kewajaran (fairness), keterkaitan(fulfillment), kesetiaan(loyalty), keterus terangan (honestly), keterkaitan (dependability), dan kehandalan (realibity).,
3) Kebaikan hati. Kebaikan hati berkaitan dengan intense (niat). Ada keterkaitan dalam diri seseorang ketika berinteraksi dengan orang lain. Hal tersebut akan mengarahkannya untuk memikirkan orang tersebut dan memberikan intense untuk percaya atau tidak dengan orang tersebut. Menurut Kim (dalam ainurofiq, 2007), benelovence meliputi perhatian, empati, keyakinan, dan daya terima.
7. Keputusan pembelian
a. Pengertian keputusan pembelian
Pengambilan keputusan konsumen adalah proses pengintegrasian yang mengkombinasikan pengetahuan untuk mengevaluasi dua atau lebih perilaku alternatif, dan memilih salah satu diantaranya. Hasil dari proses pengintegrasian ini adalah suatu pilihan, yang disajikan secara kognitif sebagai keinginan berperilaku
(53)
(Peter dan Olson, 2010). Keputusan pembelian adalah beberapa tahapan yang dilakukan oleh konsumen sebelum melakukan keputusan pembelian suatu produk (Kotler 2009:223). Pengertian mengenai perilaku konsumen oleh perusahaan selaku produsen sangat penting dan perlu diperhatikan lebih lanjut. Menurut Kotler (2009) perilaku konsumen merujuk pada perilaku membeli konsumen akhir-individu dan rumah tangga yang membeli barang dan jasa untuk konsumsi pribadi. Seluruh konsumen akhir yang digabungkan akan membentuk pasar konsumen. Para pemasar harus melihat lebih jauh bermacam-macam faktor yang mempengaruhi para konsumen dan mengembangkan pemahaman mengenai cara konsumen melakukan keputusan pembelian (Kotler, 2009). Kita dapat membedakan lima peran yang dimainkan orang dalam keputusan pembelian:
1. Pencetus: Orang yang pertama kali mengusulkan gagasan untuk membeli produk atau jasa.
2. Pemberi pengaruh: Orang yang pandangan atau sarannya mempengaruhi keputusan.
3. Pengambil keputusan: Orang yang mengambil keputusan mengenai setiap komponen keputusan pembelian-apakah membeli, tidak membeli, bagaimana cara membeli, dan dimana akan membeli.
(54)
5. Pemakai: Seseorang yang mengkonsumsi atau menggunakan produk atau jasa tertentu.
b. Tipe perilaku keputusan dalam membeli
Ada beberapa tipe perilaku keputusan dalam membeli. Semakin kompleks keputusan biasanya akan melibatkan semakin banyak pihak yang terkait dan semakin banyak pertimbangan. Empat jenis perilaku pembelian menurut Kotler (2009) antara lain:
Gambar 2.3
1) Perilaku pembelian yang rumit
Konsumen terlibat dalam perilaku pembelian yang rumit bila mereka sangat terlibat dalam pembelian dan sadar akan adanya perbedaan besar antar merek.
2) Perilaku pembelian pengurangan ketidaknyamanan
Kadang-kadang konsumen sangat terlibat dalam pembelian namun melihat sedikit perbedaan antar merek. Keterlibatan yang tinggi disadari oleh fakta bahwa pembelian tersebut mahal, jarang dilakukan, dan berisiko.
(55)
3) Perilaku pembelian karena kebiasaan
Banyak produk dibeli pada kondisi rendahnya keterlibatan konsumen dan tidak adanya perbedaan antar merek yang signifikan.
4) Perilaku pembelian yang mencari variasi
Beberapa situasi pembelian ditandai oleh keterlibatan konsumen yang rendah tetapi perbedaan antar merek signifikan. Dalam situasi ini, konsumen sering melakukan peralihan merek. Peralihan merek terjadi karena mencari variasi dan bukannya karena ketidakpuasan.
Hal ini menyimpulkan bahwa ada beberapa jenis perilaku dalam keputusan pembelian, yang masing-masing perilaku konsumen dipengaruhi oleh kebiasaan, merek, situasi, dan juga banyaknya pilihan alternatif yang ada. Perilaku pembelian untuk produk makanan cenderung masuk ke dalam tipe perilaku yang ketiga yaitu membeli karena kebiasaan, tetapi bisa juga masuk tipe perilaku membeli yang mencari keragaman.
c. Dimensi Keputusan pembelian Gambar 2.4
(56)
Menurut Kotler (2009), ada lima tahap yang dilalui konsumen dalammengambil suatu keputusan pembelian, yaitu:
1) Pengenalan Masalah
Proses pembelian dimulai ketika pembeli mengenali masalah atau kebutuhan. Kebutuhan tersebut dapat dicetuskan oleh rangsangan internal atau eksternal. Biasanya berupa Kebutuhan dasar dan Kebutuhan Psikologis
2) Pencarian Informasi
Konsumen yang terangsang kebutuhannya akan terdorong untuk mencari informasi yang lebih banyak. Kita dapat membaginya ke dalam dua level rangsangan. Situasi pencarian informasi yang lebih ringan dinamakan penguatan perhatian. Pada level itu orang hanya sekedar lebih peka terhadap informasi produk. Pada level selanjutnya, orang itu mungkin masuk ke pencarian informasi secara aktif: Mencari bahan bacaan, menelepon teman, dan mengunjungi toko untuk mempelajari produk tertentu. Biasanya berupa Promosi / insentif, sumber informasi dari rekan atau lingkungan
3) Evaluasi Alternatif
Pasar harus tahu tentang evaluasi alternatif, yaitu bagaimana konsumen mengolah informasi merek yang bersaing dan membuat penilaian akhir. Tidak ada proses evaluasi tunggal sederhana yang digunakan oleh semua konsumen atau oleh satu
(57)
konsumen dalam semua situasi pembelian. Bagaimana cara konsumen mengevaluasi alternatif bergantung pada konsumen pribadi dan situasi pembelian tertentu. Biasanya berupa pertimbangan tertentu dan resiko yang kecil
4) Keputusan Pembelian
Dalam tahap evaluasi, para konsumen membentuk preferensi atas merek-merek yang ada di dalam kumpulan pilihan. Konsumen tersebut juga dapat membentuk niat untuk membeli merek yang paling disukai. Namun, dua faktor berikut dapat berada di antara niat pembelian dan keputusan pembelian. Faktor pertama adalah sikap orang lain, sejauh mana sikap orang lain mengurangi alternatif yang disukai seseorang. Faktor kedua adalah faktor situasi yang tidak terantisipasi yang dapat muncul dan mengubah niat pembelian. Biasanya berupa jenis bentuk produk, cara pembayaran
5) Perilaku Pascapembelian
Setelah membeli produk, konsumen akan mengalami level kepuasan atau ketidakpuasan tertentu. Tugas pemasar tidak berakhir begitu saja ketika produk dibeli. Para pemasar harus memantau kepuasan pasca pembelian, tindakan pasca pembelian dan pemakaian produk pasca pembelian. Jika kinerja produk lebih rendah daripada harapan,pelanggan akan kecewa; jika ternyata sesuai harapan, pelanggan akan puas; jika melebihi
(58)
harapan, pembeli akan sangat puas. Biasanya berupa kepuasan dan kesesuaian keinginan
Gambar 2.5
Model pada Gambar di atas menunjukkan bahwa para konsumen harus melalui seluruh lima urutan tahap ketika membeli produk, namun tidak selalu begitu. Para konsuman dapat melewati atau membalik beberapa tahap. Sebagian besar bergantung pada sifat dasar pembeli, produk, dan situasi pembelian. Dalam Kotler (2009) menyatakan bahwa produk baru (newproduct) adalah barang, jasa, atau ide yang dianggap baru oleh sejumlah pelanggan potensial. Proses adopsi (adoption process) didefinisikan sebagai “proses mental yang harus dilalui seseorang untuk mempelajari sebuah inovasi untuk pertama kalinya sampai adopsi akhir,” dan adopsi adalah keputusan seseorang untuk menjadi pengguna tetap sebuah produk.
(59)
Konsumen melewati lima tahap dalam proses mengadopsi produk baru:
a. Kesadaran: Konsumen menyadari adanya produk baru, tetapi kekurangan informasi tentang produk tersebut. b. Minat: Konsumen mancari informasi tentang produk baru. c. Evaluasi: Konsumen mempertimbangkan apakah mencoba
produk baru itu merupakan tindakan yang masuk akal. d. Mencoba: Konsumen mencoba produk baru dalam skala
kecil untuk meningkatkan estimasinya tentang nilai produk itu.
e. Adopsi: Konsumen memutuskan untuk memakai produk baru itu secara penuh dan teratur.
Menurut Stanton (2004), dalam proses beli para pemasar berusaha untuk menentukan motif beli pelindung dari konsumen. Motif beli pelindung adalah alasan-alasan seorang konsumen berbelanja di toko atau tempat tertentu. Motif ini berbeda dengan motif beli produk (product buying motives) yang berarti alasanalasan seorang konsumen membeli sebuah produk tertentu.
(60)
Beberapa motif beli pelindung yang penting dikemukakan adalah:
a. Kenyamanan lokasi b. Kecepatan pelayanan
c. Kemudahan dalam mencari barang d. Kondisi toko yang tidak hiruk-pikuk e. Harga
f. Aneka pilihan barang g. Pelayanan yang ditawarkan h. Penampilan toko yang menarik B. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu merupakan suatu acuan yang akan digunakan dalam menganalisis suatu penelitian yang menjadi sebuah perbandingan, sehingga akan menghasilkan analisis pada saat ini. Penelitian terdahulu merupakan bentuk analisis dari suatu penelitian, beberapa penelitian terdahulu akan dijelaskan pada paragraf berikutnya.
Penelitian yang dilakukan oleh Wulan Suciningtyas, SE(2012), dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Brand Awareness, Brand Image dan Media Comunication terhadap Keputusan Pembelian”( studi kasus pada pembelian sepeda motor Yamaha Mio Sporty pada Yamaha Agung Motor Brebes). Analisis yang digunakan dalam penelitian menggunakan analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian menyatakan
(61)
bahwa secara parsial maupun secara simultan Brand awareness, Brand Image dan Media Comunication berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Rindang Lista S, dkk (2014), dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Citra Merek, Harga dan Promosi Terhadap Keputusan Pembelian”(Studi Kasus pada Pegadaian (Persero) Cabang Manado Utara).Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah Citra Merek, Harga dan Promosi berpengaruh terhadap keputusan membeli emas di PT. Pegadaian (Persero) Cabang Manado Utara dan menganalisis faktor yang paling dominan dalam mempengaruhi keputusan membeli emas di PT. Pegadaian (Persero) Cabang Manado Utara. Populasi dalam penelitian ini adalah para pelanggan PT. Pegadaian (Persero) Cabang Manado Utara yang akan membeli emas. Populasi dalam penelitian ini 286, dengan sampel 74 responden. Teknik analisis data menggunakan regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukan secara simultan citra merek, harga dan promosi berpengaruh terhadap keputusan pembelian perhiasan emas pada PT. Pegadaian (Persero) Cabang Manado Utara. Secara parsial citra merek tidak berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian sedangkan harga dan promosi berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian. Dalam penerapan strategi pemasarannya sebaiknya lebih memperhatikan citra merek, mengingat citra merek perhiasan emas pada konsumen belum tertanam dengan baik.
(62)
Hal ini dapat dilakukan misalnya dengan cara meningkatkan program pemasaran dan komunikasi pemasaran untuk mengedukasi konsumen akan manfaat dan pencitraan merek, melalui strategi iklan yang tepat.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Prof. D. Khalil Md Nor, dkk (2013), dalam penelitiannya yang berjudul “Factors Influencing Individuals’ Trust in Online Purchase through Social Networking Sites”.Dalam penelitian ini, empat faktor diperiksa yang kecenderungannya pada percaya, pengalaman dalam pembelian online, testimonial, dan risiko keuangan. Sampel dari penelitian ini adalah 129 pengguna Facebook. Kuesioner didistribusikan melalui email dan posting di Facebook peneliti. Analisis regresi berganda digunakan untuk menguji hubungan yang diusulkan dalam penelitian ini. Studi ini mengungkapkan kecenderungan pada faktor percaya dan testimonial dua faktor penting yang mempengaruhi kepercayaan individu dalam pembelian online melalui Social Network Site
Penelitian yang dilakukan oleh Amir Piraman, dkk (2011) dalam penelitiannya yang berjudul “ a Analysis of Factors Affecting the Consumer’s Attitude of Trust and Their Impact on Internet Purchasing Behaviour”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji faktor-faktor yang mempengaruhi kepercayaan pembentukan dan dampaknya terhadap perilaku pembelian dalam proses pengambilan keputusan. Penelitian ini didasarkan pada data yang diperoleh melalui studi survei. Dalam
(63)
penelitian ini, hipotesis yang disajikan mempertimbangkan variabel yang terkait dengan kepercayaan dan penerimaan teknologi dan model difusi yang pada tahun 2009 oleh Yu dan Tao. Dalam hal ini, faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam format keseluruhan dari wali amanat, trustor dan faktor lingkungan dalam rangka pendekatan tiga-langkah untuk membangun kepercayaan, pembelian dan pembelian ulang. Hipotesis diuji dengan software Spss dan akhirnya menjadi jelas bahwa beberapa faktor memiliki dampak yang kuat di mana tingkat perilaku pelanggan.
Penelitian yang dilakukan oleh Dessy Amalia F (2012) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis pengaruh Citra Merek dan Harga terhadap terhadap Keputusan pembelian”(Studi Kasus pada Ramai swalayan Peterongan Semarang). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh citra merek dan harga terhadap keputusan pembelian pada Ramai Swalayan Peterongan Semarang. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh konsumen Ramai Swalayan Peterongan tetapi tidak diketahui jumlah pastinya. Sampel yang diambil adalah 100 orang sesuai yang disarankan oleh Hair. Penyebarannya menggunakan dengan purposive sampling. Skala pengukurannya menggunakan skala Likert. Pada analisis data menggunakan uji regresi linear sederhana dan uji regresi berganda dengan program aplikasi SPSS 16.0. Dari hasil analisis data diketahui bahwa kategori citra merek sebesar 70 persen menyatakan baik. Kategori harga diketahui sebesar 46 persen menyatakan murah. Kategori
(64)
keputusan pembelian diketahui sebesar 57 persen adalah tinggi. Variabel citra merek berpengaruh terhadap keputusan pembelian sebesar 15 persen. Variabel harga berpengaruh terhadap keputusan pembelian sebesar 43,2 persen. Variabel citra merek dan harga berpengaruh terhadap keputusan pembelian sebesar 17,4 persen. Hal ini berarti semakin baik citra merek, dan semakin murah harga yang ditawarkan diharapkan dapat meningkatkan keputusan pembelian. Berdasarkan hasil penelitian, untuk meningkatkan keputusan pembelian sebaiknya Ramai Swalayan Peterongan menjaga citra mereknya khususnya dalam kenyamanan dan pelayanan, dan mempertahankan harga yang murah.
C. Kerangka Pemikiran
Berdasarkan landasan teori diatas, maka diperlukan sebuah analisa mengenai bagaimana pengaruh Harga, kesadaran merek dan kepercayaan terhadap keputusan pengambilan KPR BTN pada nasabah BTN di KC Bekasi. Dimana analisis yang digunakan adalah metode regresi linier berganda. Maka kerangka pemikiran dalam penelitian dapat digambarkan sebagai berikut:
(65)
Gambar 2.6 Kerangka Pemikiran
D. Hipotesis
Berdasarkan rumusan permasalahan, tujuan penelitian dan landasan teori, maka dapat diajukan suatu hipotesis yang masih memerlukan pengujian untuk membuktikan kebenarannya, yaitu:
1 Ho : β1 = 0
Ha : β1 ≠ 0 :
:
tidak terdapat pengaruh antara Harga terhadap Keputusan pembelian.
terdapat pengaruh antaraHarga terhadap Keputusan pembelian
Kepercayaan (X3)
Harga (X1) Kesadaran merek (X2)
Uji Analisis : Analisis Regresi Berganda Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya
Uji t
Kesimpulan dan Saran Uji F
Uji Adjusted R2 Keputusan Pembelian (Y)
(66)
2 Ho : β2 = 0
Ha : β2 ≠ 0 :
:
tidak terdapat pengaruh antara Kesadaran merek terhadap Keputusan pembelian
terdapat pengaruh antara Kesadaran merek terhadap Keputusan pembelian
3 Ho : β3 = 0
Ha : β3≠ 0 :
:
tidak terdapat pengaruh antara Kepercayaan terhadap Keputusan pembelian.
terdapat pengaruh antara Kepercayaan terhadap Keputusan pembelian.
4 Ho:β1,β2,β3 = 0
Ho:β1,β2,β3 ≠ 0 :
:
tidak terdapat pengaruh antara Harga, Kesadaran merek dan Kepercayaan terhadap Keputusan pembelian.
terdapat pengaruh antara Harga, Kesadaran merek dan Kepercayaan terhadap Keputusan pembelian.
(67)
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini termasuk dalam ruang lingkup penelitian Manajemen Pemasaran, dimana Harga, Kesadaran merek dan Kepercaayaan merupakan beberapa faktor yang mempengaruhi Keputusan pembelian. Dalam melaksanakan penelitian penulis memerlukan data-data untuk melengkapi penulisan proposal ini. Data-data tersebut bertujuan untuk mendukung dan memperkuat teori-teori yang ada untuk diaplikasikan. Dalam penelitian ini yang digunakan sebagai penelitian adalah Nasabah Bank BTN Bekasi yang mengambil KPR BTN di Bekasi
B. Metode penentuan sampel 1. Populasi
Menurut sugiyono (2012:117) populasi adalah suatu wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti supaya dapat dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi penelitian ini adalah responden yang memutuskan untuk memakai produk KPR BTN pada wilayah Bekasi.
2. Sampel
Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Metode ini bertujuan dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan didasarkan atas strata, random atau daerah tetapi
(68)
didasarkan atas adanya tujuan tertentu (Suharsini,2010). Teknik ini dipilih atas dasar pertimbangan peneliti bahwa informasi yang dibutuhkan dapat diperoleh dari satu kelompok sasaran tertentu yang mampu memberikan informasi bagi penelitian.
Sedangkan untuk ukuran sampel penelitian menurut Roscoe dalam buku research methods for business (Sugiyono, 2012:52) menyatakan bahwa ukuran sampel yang layak untuk penelitian adalah antara 30 sampai 500. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan sampel sebanyak 60 responden.
C. Metode Pengumpulan Data
Menurut Sekaran (2006:31) penelitiaan ini menggunakan dua sumber data, yaitu data primer dan data sekunder :
1. Data Primer
Data primer yaitu data yang langsung didapat oleh penelitian melalui kuesioner yang disebarkan langsung ke pada nasabah KPR BTN. Adapun jenis skala yang digunakan untuk menjawab pertanyaan dalam kuesioner adalah metode skala Ordinal yang didesain untuk menelaah seberapa kuat subjek setuju atau tidak setuju dengan pertanyaan pada skala 5 titik dengan susunan sebagai berikut:
(69)
Tabel 3.1 Skala Likert
No. Jenis Jawaban Bobot
1 SS = Sangat setuju 5
2 S = Setuju 4
3 R = Ragu – ragu 3 4 TS = Tidak Setuju 2 5 STS = Sangat Tidak Setuju 1
2. Data Sekunder
Peneliti mendapatkan dari data yang sudah diolah oleh pihak ketiga, dengan melalui buku, literature,jurnal yang terkait dengan penelitian dan sumber internet serta data lainnya.
D. Metode Analisis Data 1. Uji Kualitas Data
a. Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengetahui sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuisioner tersebut. Jadi validitas digunakan untuk mengukur apakah pertanyaan dalam kuesioner yang sudah kita buat betul-betul dapat mengukur apa yang hendak kita ukur. Validitas suatu butir pertanyaan dapat dinilai pada hasil output program SPSS pada tabel dengan judul Item-Total Statistic. Menilai validitas masing-masing butir pertanyaan dapat dilihat dari nilai correted item total
(70)
correalation > r tabel atau suatu butir pertanyaan dianggap valid jika koefisien korelasi productmoment melebihi 0,3 (Suliyanto, 2011:42). b. Uji Reliabilitas
Reliabilitas merupakan alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Pengukuran reliabilitas yang akan digunakan dalam penelitian ini dilakukan dengan cara One Shot atau pengukuran sekali saja. Disini pengukuran hanya sekali dan kemudian hasilnya dibandingkan dengan pertanyaan lain atau mengukur korelasi antar jawaban pertanyaan. SPSS memberikan fasilitas untuk mengukur reliabilitas dengan uji statistik Cronbach Alpha(α). Suatu konstruk atau variabel dikatakan
reliabel jika memberikan nilai Cronbach Alpha (α) > 0,70. (Ghozali, 2011).
2. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas
Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Kita dapat melihatnya dari normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dengan distribusi normal. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal (Santoso, 2015). Kriteria pengambilan keputusan adalah Jika
(71)
penyebaran data pada grafik normal P-P Plot mengikuti garis normal (45 derajat), maka data berdistribusi normal. Distribusi normal membentuk suatu garis lurus diagonal, dan ploting data residual akan dibandingkan dengan garis diagonalnya. Jika distribusi data normal, maka garis yang menggambarkan data sebenarnya akan mengikut garis normalnya (Ghozali, 2011). Dasar pengambilan keputusan untuk uji normalitas adalah :
1) Jika data menyebar disekitar garis-garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.
2) Jika data menyebar jauh dari diagonal atau tidak mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan distribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
b. Uji Multikolinearitas
Uji multikoliniearitas dilakukan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan terdapat problem Multikolinieritas. Pengujian ada tidaknya gejala multikolinearitas dilakukan dengan memperhatikan nilai matriks korelasi yang dihasilkan pada saat pengolahan data serta nilai VIF (Variance Inflation Factor) dan Tolerance-nya. Nilai dari VIF antara 0 sampai dengan 10 menandakan tidak adanya gejala multikolinearitas.
(72)
Sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi tersebut tidak terdapat problem multikolinieritas (Santoso, 2015).
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, terjadi ketidaksamaan varians residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut Homoskedastisitas. Dan jika varians tersebut berbeda, maka terjadi Heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas (Santoso, 2015). Pengujian ada tidaknya gejala heteroskedastisitas memakai metode grafik dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada scatterplot dari variabel terikat, dimana jika tidak terdapat pola tertentu maka tidak terjadi heteroskedastisitas dan begitu pula sebaliknya (Santoso, 2015).
3. Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. Secara umum koefisien determinasi untuk data silang (crossection) relatif rendah karena
(1)
Lampiran (3) Uji Validitas dan Realibitas
Hasil Uji Validitas
Butir Pertanyaan
Corrected Item
–
Total Correlation
Keterangan
Harga (X1)
H_1
0,730
VALID
H_2
0,721
VALID
H_3
0,709
VALID
H_4
0,718
VALID
H_5
0,715
VALID
H_6
0,736
VALID
H_7
0,419
VALID
Kesadaran merek (X2)
BA_1
0,435
VALID
BA_2
0,557
VALID
Kepercayaan (X3)
TR_1
0,708
VALID
TR_2
0,804
VALID
TR_3
0,748
VALID
TR_4
0,598
VALID
TR_5
0,630
VALID
TR_6
0,830
VALID
TR_7
0,717
VALID
Keputusan Pembelian (Y)
KP_1
0,678
VALID
KP_2
0,686
VALID
KP_3
0,704
VALID
KP_4
0,602
VALID
KP_5
0,577
VALID
KP_6
0,520
VALID
(2)
KP_10
0,585
VALID
KP_11
0,525
VALID
Hasil Uji Reliabilitas
Variabel
Cronbach
Alpha
N of
Item
Keterang
an
Harga (X1)
0,886
7
Reliabel
Kesadaran merek (X2)
0,750
2
Reliabel
Kepercayaan (X3)
0,906
7
Reliabel
Keputusan Pembelian (Y)
0,896
11
Reliabel
Lampiran (4) Uji regresi linier berganda
Correlations
Harga Kesadaran_Merek Kepercayaan
Harga Pearson
Correlation 1 .069 -.058
Sig. (2-tailed) .601 .658
N 60 60 60
Kesadaran_Merek Pearson
Correlation .069 1 .025
Sig. (2-tailed) .601 .849
N 60 60 60
Kepercayaan Pearson
Correlation -.058 .025 1
Sig. (2-tailed) .658 .849
N 60 60 60
Keputusan_Pembelian Pearson
Correlation .633
**
.417** .105
Sig. (2-tailed) .000 .001 .423
(3)
Correlations
Keputusan_Pembelian
Harga Pearson Correlation .633**
Sig. (2-tailed) .000
N 60
Kesadaran_Merek Pearson Correlation .417**
Sig. (2-tailed) .001
N 60
Kepercayaan Pearson Correlation .105
Sig. (2-tailed) .423
N 60
Keputusan_Pembelian Pearson Correlation 1
Sig. (2-tailed)
N 60
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the Estimate
Durbin-Watson
1 .747a .558 .534 3.57016 2.409
a. Predictors: (Constant), TRUST, BRAND_AWARENESS, HARGA b. Dependent Variable: KEPUTUSAN_PELANGGAN
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1
Regression 899.473 3 299.824 23.523 .000b
Residual 713.777 56 12.746
Total 1613.250 59
a. Dependent Variable: KEPUTUSAN_PELANGGAN
(4)
Coefficients
aModel Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) 4.274 5.616 .761 .450
HARGA .815 .118 .615 6.887 .000
BRAND_AWARENESS 1.541 .370 .371 4.165 .000
TRUST .184 .124 .132 1.482 .144
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 60
Normal Parametersa,b Mean 0E-7
Std. Deviation 3.47820686
Most Extreme Differences
Absolute .091
Positive .064
Negative -.091
Kolmogorov-Smirnov Z .704
Asymp. Sig. (2-tailed) .705
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
(5)
(6)