Berat Jenis Sifat Fisis

Peningkatan kerapatan kayu diduga akibat pemadatan pada suhu tinggi yang menyebabkan kayu menjadi lunak plastis. Plastisasi dengan pengukusan pada suhu diatas 120°C menyebabkan hemiselulosa dan lignin yang berperan sebagai pengikat dan pengisi selulosa akan elastis pada suhu tersebut. Kondisi elastis dari kayu ini akan lebih memudahkan pada waktu pengempaan. Dwianto et al., 1996 menyatakan bahwa mekanisme perubahan bentuk akibat pengempaan pada saat dibawah titik proporsional deformasi mendekati elastis

4.3.3 Berat Jenis

Pada Gambar 15 menyajikan peningkatan berat jenis kayu jabon terpadatkan. Berat jenis kayu jabon terpadatkan mengalami peningkatan sebesar ±18 dari kondisi sebelum pengempaan 0,36 sampai 0,39 menjadi 0,43 sampai 0,46 pada kayu jabon terpadatkan. Sama halnya dengan kerapatan, hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin lama waktu pengukusan sebelum pengempaan semakin tinggi nilai berat jenis yang dihasilkan setelah pengempaan. Contoh uji dengan pengukusan 90 menit mengalami peningkatan berat jenis yang paling tinggi. Peningkatan berat jenis ini disebabkan oleh pemampatan volume sebagai akibat dari adanya tekanan oleh plat kempa. Tomme et al. 1998 menyatakan bahwa pemadatan kayu dengan suhu tinggi dapat meningkatkan kerapatan kayu. Gambar 15 Histogram nilai berat jenis kayu jabon pada kondisi sebelum dan sesudah pemadatan Peningkatan ini terjadi karena rongga sel dan dinding sel menjadi padat. Peningkatan nilai berat jenis kayu terpadatkan ada kaitannya dengan perubahan bentuk sel-sel penyusunnya. Sel-sel kayu terpadatkan cenderung memipih sehingga mengurangi volume rongga, yang sekaligus mengurangi volume kayunya, sementara beratnya tetap. Hal ini berdampak pada meningkatnya nilai BJ. Analisis sidik ragam pada selang kepercayaan 95 Tabel 5 yang dilakukan menunjukkan bahwa tidak ada interaksi yang nyata antara kedua faktor perlakuan posisi horizontal kayu dan lama pengukusan terhadap berat jenis kayu jabon terpadatkan. Namun, faktor tunggal perlakuan pengukusan berpengaruh nyata terhadap berat jenis kayu jabon terpadatkan. Sedangkan untuk faktor tunggal posisi kayu tidak memberikan pengaruh yang nyata. Hasil uji lanjut Duncan menunjukkan nilai terbaik untuk BJ terjadi pada perlakuan pengukusan 90 menit. Pada penelitian ini menunjukkan bahwa semakin lama waktu pengukusan sebelum pemadatan mampu meningkatkan nilai BJ kayu jabon yang dipadatkan. Meningkatnya BJ berbanding lurus dengan meningkatnya kerapatan kayu sehingga kekuatan kayunya juga meningkat. Penelitian Darwis 2008 menunjukkan berat jenis kayu agatis dan gmelina yang terpadatkan lebih tinggi dibandingkan dengan berat jenis kayu kontrolnya. Peningkatan berat jenis kayu agatis akibat tingkat pemadatan 12,5, 25 dan 37,5 berturut-turut mencapai 7,14 0,45, 30,95 0,55, dan 52,83 0,64 dibandingkan dengan berat jenis kontrolnya 0,42. Sedangkan pada kayu gmelina berat jenis meningkat secara berurutan mencapai 6,82 0,47, 27,27 0,56, dan 50 0,66 dibanding dengan berat jenis kayu kontrolnya 0,44. Sementara itu pada penelitian yang dilakukan dengan tingkat pemadatan 20 mampu meningkatkan BJ mencapai 18,46 0,46. Peningkatan nilai berat jenis terkait dengan meningkatnya tingkat pemadatan, sedangkan lamanya pemanasan tidak mempengaruhi nilai berat jenis pada masing-masing tingkat pemadatan. Semakin tinggi tingkat pemadatan, maka volume sel yang terpadatkan akan semakin besar sehingga volume kayu semakin berkurang. Berat jenis kayu jabon terpadatkan pada penelitian ini berkisar antara 0,43 – 0,46. Berdasarkan pembagian kelas kuat kayu Indonesia menurut PKKI Tabel 6, nilai berat jenis kayu jabon terpadatkan pada penelitian ini tergolong kelas kuat III yaitu 0,40 – 0,60 meningkat dari sebelum pemadatan yang hanya tergolong kelas kuat IV. Tabel 6 Kelas kuat kayu menurut PKKI NI 5-1961 Kelas Kuat Berat Jenis Tegangan Lentur Mutlak kgcm 2 Tegangan Tekan Mutlak kgcm 2 I 0,9 1100 650 II 0,6-0,9 725-1100 425-650 III 0,4-0,6 500-725 300-425 IV 0,3-0,4 360-500 215-300 V 0,3 360 215 Sumber : PKKI NI-5 1961 4.3.4 Kecepatan Gelombang Ultrasonik Vus Berdasarkan hasil penelitian seperti yang disajikan pada Gambar 16 diketahui bahwa nilai rata-rata kecepatan gelombang ultrasonik Vus kayu jabon kontrol pada pengukusan 30 menit sebesar 6096 mdetik, pengukusan 60 menit sebesar 6223 mdetik dan pengukusan 90 menit sebesar 5974 mdetik. Setelah kayu jabon terpadatkan nilai Vus mengalami penurunan 3- 5, yaitu untuk pengukusan 30 menit sebesar 5981 ms, 60 menit sebesar 5799 ms dan 90 menit sebesar 5780 ms. Penurunan kecepatan gelombang ultrasonik diduga karena telah terjadi perubahan struktur sel di dalam kayu yang menyebabkan hambatan untuk perambatan gelombang ultrasonik. Dari Gambar 16 dapat dilihat bahwa pada contoh uji untuk pengukusan 90 menit memiliki nilai Vus yang paling rendah. Hal ini diduga karena adanya perubahan struktur sel akibat pengukusan yang lama pada suhu tinggi di dalam autoklaf yang bertekanan. Pada penelitian ini menunjukkan bahwa semakin lama waktu pengukusan mampu menurunkan nilai kecepatan gelombang ultrasonik Vus kayu jabon terpadatkan. Gambar 16 Histogram nilai Vus kayu jabon pada kondisi sebelum dan sesudah pemadatan Dari Tabel 5 diketahui analisis sidik ragam pada selang kepercayaan 95 yang dilakukan menunjukkan bahwa faktor tunggal posisi horizontal kayu, faktor tunggal perlakuan pengukusan dan interaksi keduanya tidak ada pengaruh yang nyata terhadap kecepatan gelombang ultrasonik Vus kayu jabon terpadatkan.

4.4 Sifat Mekanis