BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Tampilan Kayu
Pemadatan kayu menghasilkan warna yang berbeda dengan warna aslinya, dimana warnanya menjadi sedikit lebih gelap sebagai akibat dari
pengaruh suhu pengeringan saat proses kayu berlangsung Inoue et al. 1993. Gambar 10 menunjukkan contoh uji dengan perlakuan pendahuluan
pengukusan menggunakan air sebelum dan sesudah pemadatan dengan menggunakan kempa panas.
Gambar 10 Perbandingan tampilan warna kayu kontrol dengan kayu yang diberikan perlakuan
Dari Gambar 10 dapat dibandingkan kondisi kayu sebelum pemadatan
dengan kayu hasil pemadatan. Pemadatan kayu jabon pada suhu 150°C menyebabkan perubahan warna pada permukaan. Kayu yang mengalami
pemadatan berubah menjadi sedikit lebih gelap dari warna aslinya. Hal ini diduga akibat pengaruh suhu yang tinggi pada saat pengukusan dan
pengempaan. Kayu yang terpadatkan memiliki kesan raba yang lebih halus dan kilap yang lebih jelas dibandingkan dengan kayu kontrol.
Dari hasil penelitian Ramdhania 2010 menunjukkan bahwa pemadatan kayu randu dengan perlakuan pengukusan yang menggunakan
jenis bahan pengukus tanin dan pengempaan panas menghasilkan warna yang sedikit berbeda dengan aslinya, yakni di beberapa bagian warnanya
menjadi sedikit lebih gelap. Kayu yang terpadatkan memiliki kesan raba
yang lebih halus dan kilap yang lebih jelas dibandingkan dengan kayu kontrol.
Pemadatan kayu menghasilkan warna yang berbeda dari warna aslinya. Kayu terpadatkan memberikan tampilan warna yang atraktif,
dimana warnanya berubah menjadi sedikit gelap sebagai akibat dari pengaruh suhu pengeringan saat proses pemadatan kayu berlangsung Inoue
et al. 1992.
4.2 Evaluasi Perubahan Dimensi Setelah Pemadatan
Pemadatan dilakukan menggunakan mesin kempa panas dimana untuk mencapai target dimensi ketebalan yang diinginkan diperoleh waktu t = 4 -
5 menit dengan tekanan P = 25 kgcm
2
pada suhu T = 150°C. Hasil pengukuran terhadap ketebalan menunjukkan sedikit perbedaan antara target
awal dengan realisasinya, dimana ketebalan kayu jabon terpadatkan sedikit lebih besar dari yang diinginkan. Hal ini terjadi diduga oleh adanya
fenomena springback, yaitu pemulihan tebal pada waktu tekanan dilepaskan. Tabel 3 Nilai rata-rata perubahan dimensi kayu jabon terpadatkan
Perlakuan Dimensi awal
Dimensi T1 Dimensi T2
Δ dimensi T2-T1 Pengukusan
Tebal Lebar
Tebal Lebar
Tebal Lebar
Tebal Lebar
30 menit 2,450
2,007 2,104
2,037 2,113
2,040 0,43
0,20 60 menit
2,476 1,993
2,150 2,021
2,156 2,025
0,28 0,20
90 menit 2,505
2,022 2,134
2,064 2,141
2,067 0,33
0,15 Keterangan: T1 = dimensi setelah pemadatan
T2 = dimensi setelah kondisi klem
Gambar 11 Histogram nilai perubahan dimensi kayu jabon terpadatkan
Dari Gambar 11 diketahui bahwa hasil dari pemadatan setelah pengkondisian dalam klem mengalami perubahan dimensi pada bagian tebal
0,28 - 0,43
.
Perubahan dimensi tebal terbesar terjadi pada contoh uji pengukusan 30 menit yaitu 0,43, sedangkan yang terendah terjadi pada
pengukusan 60 menit yaitu 0,28. Hal ini diduga terjadi karena kayu sebagai benda mempunyai internal stress sehingga akan memberikan reaksi
apabila ada gaya dari luar yang mempengaruhinya, kayu akan berusaha untuk kembali ke bentuk semula sebagai perlawanan terhadap tekanan pada
waktu pengempaan. Pada tahap pengkondisian klem dengan bantuan fan, dinding sel kayu akan mengikat rantai OH bebas sehingga mengalami
pengembangan tebal kembali. Pada saat proses pengempaan berlangsung, dimensi lebar contoh uji
ikut mengalami peningkatan sebesar 0,15 - 0,20 akibat tekanan yang diberikan dari mesin kempa panas. Perubahan dimensi lebar terbesar terjadi
pada contoh uji pengukusan 60 menit yaitu 0,20, sedangkan yang terendah terjadi pada pengukusan 90 menit yaitu 0,15. Gambar 12 menunjukkan
perubahan dari ketebalan awal 2,5 cm sampai ketebalan target 2 cm.
Gambar 12 Perbandingan kayu jabon kontrol dengan kayu jabon terpadatkan Penelitian Sulistiyono 2001 juga menunjukkan bahwa untuk jenis
papan tangensial kayu agatis yang mengalami perlakuan awal berupa perendaman, perebusan dan pengukusan, pengembangan tebalnya hanya
berkisar antara 2 – 6 . Sementara untuk jenis papan radial antara 2 – 7.
Pengembangan tebal ini terjadi setelah proses pengempaan kayu, yaitu
adanya kondisi suhu dan kelembaban pada lingkungan. Jadi mengembang akibat dikeringanginkan spring back.
Penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa nilai pengembangan tebal yang dihasilkan lebih rendah jika dibandingkan dengan penelitian
Sulistiyono, yaitu hanya berkisar 0,28 - 0,43. Hasil ini memberi gambaran bahwa kayu yang dipadatkan dengan perlakuan pendahuluan yang tepat
akan membuat dimensi kayu lebih stabil. Pemberian perlakuan pendahuluan dengan memanaskan kayu dengan
uap air suhu tinggi steam treatment dalam autoklaf mengakibatkan tercapainya fiksasi permanen yang lebih cepat jika dibandingkan dengan
metode
perlakuan suhu tinggi pada kayu kering
dan tidak banyak mempengaruhi atau menurunkan sifat mekanik kayu. Fiksasi permanen pada
suhu 180°C dapat dicapai dalam waktu sekitar 10 menit Inoue et al. 1993.
4.3 Sifat Fisis