34
2. Tahapan Pembangunan Sistem
Tahapan pengembangan sistem informasi panen dan produksi padi dirancang menggunakan metode System Development Life Cycle SDLC.
Tahapan pembangunan sistem dengan metode SDLC terdiri dari tahap investigasi sistem, analisis sistem, desain sistem, implementasi sistem, dan
pemeliharaan sistem informasi tersebut.
a. Investigasi Sistem
Pada tahap investigasi, setelah perumusan masalah ditentukan dan solusi alternatif ditemukan, dilakukan studi kelayakan terhadap
solusi alternatif tersebut. Dalam hal ini, pembangunan sistem informasi panen dan produksi padi menjadi solusi alternatif.
b. Analisis Sistem
Tahap analisis sistem dilakukan untuk menentukan kebutuhan informasi dari pengguna, dalam hal ini yang menjadi pengguna
informasi adalah petani, kelompok tani, penyuluh lapangan dan pemerintah.
c. Desain Sistem
Pada tahap ini aktivitas yang dilakukan adalah merancangmendesain input, output, serta user interface secara
keseluruhan. Selain itu perlu ditentukan juga bagaimana cara berinteraksi antara sistem dengan database. Sistem informasi
dirancang fleksibel agar mudah mudah untuk melakukan pengeditan data baik menambah data, menghapus, dan mengubah data.
d. Implementasi Sistem
Pada tahap implementasi, dilakukan pemrograman dengan desain sistem yang sudah ditentukan sebelumnya. Sistem dibangun
35 menggunakan perangkat lunak Microsoft Visual Studio 2005 dan
bahasa pemrograman Visual Basic.NET. Setelah sistem informasi selesai dibangun, dilakukan pengujian sistem untuk mengetahui
kinerja dan performansi sistem.
e. Perawatan Sistem
Tahap perawatan atau pemeliharaan sistem bertujuan untuk memonitor, mengevaluasi, dan memodifikasi sistem informasi yang
telah dibangun. Produk akhir dari tahap perawatan sistem adalah sistem informasi yang lebih baik. Tahapan ini juga dilakukan untuk
mendapatkan informasi yang up to date, sehingga kebutuhan pengguna mengenai informasi waktu panen dan produksi padi akan
terpenuhi.
36
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. INVESTIGASI SISTEM
Pada tahap investigasi sistem dilakukan perumusan masalah sehingga kebutuhan untuk membangun sistem informasi panen dan produksi padi
Sipaprodi menjadi jelas. Dari rumusan masalah yang menggambarkan kondisi di lapangan dapat ditentukan solusi yang tepat dalam sistem informasi
panen dan produksi padi yang akan dibangun. Di samping faktor agronomis dan fisiologis, pertumbuhan tanaman padi
sangat bergantung pada faktor lingkungan berupa iklim. Indonesia dengan wilayah yang sangat luas memiliki iklim yang bervariasi, pun demikian
dengan produksi padi di berbagai wilayahnya. Provinsi Jawa Barat sebagai penghasil padi terbanyak menjadi daerah yang sangat diandalkan dalam
produksi padi nasional. Pendugaan produksi padi di Jawa Barat menjadi hal yang sangat penting untuk diketahui, guna menjamin ketersediaan pangan
nasional. Meski dirancang berdasarkan data kabupaten dan kota, Sipaprodi dapat memberikan informasi pendugaan potensi hasil panen tanaman padi
berdasarkan akumulasi biomassa yang dipengaruhi data iklim di masing- masing wilayah.
Bila dilihat dari sisi pengguna, Sipaprodi yang dikembangkan oleh penulis dapat dibagi ke dalam dua aspek, yaitu aspek petani dan pemerintah.
Terkait dengan rencana kegiatan operasional selama masa penanaman padi dan pemenuhan kebutuhan pada tahap persiapan panen, petani sangat
membutuhkan referensi informasi yang tepat dan akurat untuk menentukan kapan saat panen optimum pada lahan yang sedang diolah. Juga informasi
akan seberapa besar perkiraan potensi produksi padi yang ditanam. Dalam lingkup yang lebih luas, informasi akan pendugaan produksi padi merupakan
hal yang sangat menentukan kebijakan pemerintah terkait dengan pemenuhan kebutuhan pangan penduduk Indonesia.
Sistem lama yang digunakan untuk menduga produksi padi adalah dengan mendatangkan pakar dalam bidang produksi padi untuk memberi
penyuluhan dan informasi kepada petani dan memperlihatkan simulasi