PENDUGAAN KEMATANGAN PADI TINJAUAN PUSTAKA

11

6. Awan dan Angin

Awan mempengaruhi suhu udara dengan memantulkan dan memancarkan radiasi matahari dan menyerap radiasi bumi Hidayati, 1995. Awan merupakan produk dari siklus hidrologi yang sangat membantu proses turunnya hujan. Jenis hujan yang turun dari atmosfer bergantung pada kedaan awan. Angin adalah pergerakan udara pada arah horizontal atau hampir horizontal. Angin bergerak dari tempat yang bertekanan tinggi ke tempat yang bertekanan rendah Manan, 1986.

C. PENDUGAAN KEMATANGAN PADI

Telah lama diketahui bahwa sistem harian kalender untuk menentukan kematangan padi mempunyai keterbatasan yang besar, terutama jika digunakan pada daerah iklim yang berbeda. Suatu cara yang lebih akurat adalah bila didasarkan pada faktor lingkungan yang sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Sampai saat ini metode akumulasi panas merupakan cara yang paling praktis dan diterima secara luas untuk menentukan umur dan saat panen. Prinsip satuan panas dikembangkan atas dasar pendekatan antara klimatologi dengan agronomi untuk menaksir laju pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Smith dan Newman 1969 dalam Ismal 1981 mendefinisikan akumulasi panas. Menurutnya metode akumulasi panas adalah suatu metode yang digunakan untuk mempelajari hubungan antara suhu dan pertumbuhan tanaman dengan jalan mengakumulasikan suhu rata-rata harian di atas suhu dasar, selama masa tumbuh. Suhu mempunyai peranan utama dan berkorelasi tinggi dalam proses pertumbuhan karena suhu dapat pula mempengaruhi aktivitas metabolisme tanaman. Metode akumulasi panas merupakan pengembangan dari konsep Reamur yang merupakan pendekatan awal untuk menjelaskan variasi tanggapan tanaman pada daerah iklim yang berbeda dengan menggunakan data temperatur. Konsep ini dapat dijelaskan dengan persamaan berikut: 12 M Σ T m = SP ; T m = 0 untuk T m C P T m adalah temperatur harian rata-rata, mulai penanaman P hingga dewasamature M. Dan SP Satuan Panas adalah konstanta dalam satuan C yang merupakan jumlah T m . Atau lebih umum jika batas pertumbuhan atau perkembangan bukan nol, misalnya a maka: M Σ T m – a = SP ; T m – a = 0 untuk T m a P Dalam penelitiannya pada tanaman jagung, Ismal 1983 membandingkan konsep ini dengan tiga macam metode menghitung jumlah panas, yaitu satuan panas bereduksi rendah, satuan panas bereduksi tinggi dan metode klasik dengan jumlah hari. Satuan panas bereduksi rendah dan satuan panas bereduksi tinggi merupakan koreksi terhadap konsep Reamur. Koreksi hanya dilakukan terhadap suhu rata-rata harian yang melebihi suhu optimum 30 C Gilmore dan Rogers 1958. Selebihnya suhu rata-rata harian akan dikalkulasi dengan konsep Reamur. Persamaan koreksi pada satuan panas bereduksi rendah adalah sebagai berikut: M M SP = Σ { T maks + T min 2 – 10} - Σ T maks – 302 i=1 i=1 untuk T maks 30 C Sedangkan satuan koreksi pada satuan panas bereduksi tinggi adalah sebagai berikut: M M SP = Σ { T maks + T min 2 – 10} - Σ T maks – 30 i=1 i=1 untuk T maks 30 C 13 Dalam penelitiannya Ismal 1983 menemukan bahwa satuan panas bereduksi tinggi sebagai metode paling baik untuk dipakai karena memiliki koefisien keragaman yang nyata lebih kecil. Di Indonesia metode akumulasi panas telah banyak digunakan. Ismal 1989 menganjurkan pemakaian metode ini di Indonesia untuk tanaman industri dan telah menggunakannya untuk menentukan kematangan pada jagung. Rachman 2002 telah menggunakan metode yang sama untuk tanaman padi pada beberapa tempat dengan ketinggian berbeda di wilayah Jawa Barat. Mengingat padi merupakan jenis tanaman yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat sebagai bahan makanan pokok, maka hal tersebut layak untuk dilanjutkan. Handoko 1994 menyusun persamaan dari konsep Reamur untuk mendapatkan persamaan yang berlaku umum pada berbagai tempat penanaman padi di Indonesia sebagai berikut: M SP = Σ { T maks + T min 2 – T d } i=1 di mana : SP = jumlah panas degree day T maks = suhu maksimum harian C T min = suhu minimum harian C T d = suhu dasar i = hari mulai tanam sampai matang fisiologis M 50 black layer Handoko 1994 menerapkan rumusan di atas pada studi kasus tanaman padi varietas IR 64 dan Ciliwung dengan suhu dasar 17 C. Dari parameter perkembangan tanaman tersebut diperlukan panas sebanyak 980 dd untuk mencapai kematangan dan layak panen. Kita dapat menentukan jumlah panas yang dibutuhkan untuk mencapai kematangan pada varietas lain, dengan membandingkan hari panen dalam data deskripsi varietas. 14

D. PENDUGAAN HASIL PADI