tentang Pemerintahan Daerah, maka menjadi tanggung jawab pemerintah daerah kabupaten untuk mengelolanya. Dalam pengelolaan KKLD, pemerintah
daerah mengeluarkan peraturan setingkat PERDA agar memiliki kekuatan hukum dalam perencanaan dan pengelolaan kawasan.
Pengelolaan KKLD sebagai bagian upaya penyelamatan lingkungan harus memperhatikan kesejahteraan masyarakat yang bermukim atau mencari nafkah
di kawasan tersebut. Kontrol terhadap lingkungan akan semakin baik jika masyarakat dapat mengambil manfaat dari keberadaan KKLD. Pengelolaan
KKLD berdasarkan sistem zonasi akan memberikan ruang bagi masyarakat pemanfaat untuk tetap dapat memanfaatkan sumberdaya yang ada berdasarkan
peruntukannya. Selain zona inti sebagai zona tabungan ikan, juga terdapat beberapa zona yang dapat dimanfaatkan diantaranya zona pemanfaatan
kawasan ekowisata bahari. Zona pemanfaatan untuk wisata bahari diharap dapat memberikan manfaat lain dari KKLD bagi masyarakat. Kunjungan wisatawan
dapat membuka peluang kerja dan peningkatan ekonomi kepada masyarakat lokal. Survey yang dilakukan oleh Broad dan Sanhirico 2008 di Bahamas, 30 –
40 responden memiliki keterkaitan kerja dengan kegiatan ekowisata di kawasan konservasi dan 10 dari mereka mengakui jika terdapat keluarga lain
yang memiliki pekerjaan yang berhubungan dengan ekowisata. Petrosillo et al. 2006 menyatakan kawasan konservasi laut bertujuan
untuk melindungi seluruh sistem sosial-ekologi, mempromosikan penelitian ilmiah dan pendidikan lingkungan, meningkatkan status sosial-ekonomi masyarakat
lokal, mengembangkan ekowisata dan mendorong pelestarian budaya tradisional. Drumm and Moore 2005 menyatakan bahwa ekowisata merupakan
strategi dalam pengembangan kawasan konservasi, dimana terdapat dua kekuatan hubungan simbiosis mutualisme yaitu: ekowisata memerlukan kawasan
konservasi dan kawasan konservasi memerlukan ekowisata. Untuk mengembangkan ekowisata bahari sebagai salah satu bentuk
pemanfatan dalam KKLD di Kabupaten Kepulauan Selayar, maka diperlukan kajian potensi, daya dukung lingkungan dan strategi pengembangan ekowisata
bahari di Pulau Pasi Kabupaten Kepulauan Selayar.
1.2 Perumusan Masalah
Kawasan konservasi merupakan kawasan yang dilindungi dan dimanfaatkan secara terkontrol berdasarkan sistem pembagian wilayah atau
zonasi sesuai dengan potensi sumberdaya yang ada. Pemilihan lokasi KKLD harus melalui kajian dan perencanaan yang matang sehingga tidak menimbulkan
dampak buruk bagi masyarakat dan lingkungan itu sendiri. Dalam penerapan KKLD, dapat dibentuk berbagai zona peruntukan
berdasarkan potensi yang dimilikinya, termasuk pengembangan ekowisata bahari DKP, 2007. Ekowisata bahari dalam kawasan konservasi banyak dilakukan di
berbagai tempat seperti di Great Barrier Reef Australia Harriott, 2002, Bagalangit, Mabini Oracion et al. 2005 dan Pulau Calamianes di Philipina
Fabinyi, 2008, Torre Guaceto di Italy Petrosillo et al. 2007, Montego Bay di Jamica Reid-Grant dan Bhat, 2009 dan beberapa Negara Asia Selatan seperti
Pakistan, India, Srilanka, Maldives dan Bangladesh IUCN, CORDIO dan ICRAN, 2008.
Ekowisata yang dikembangkan di kawasan koservasi laut dapat menjadi salah satu sumber pendanaan bagi kelangsungan kawasan konservasi Reid-
Grant dan Bhat, 2009. Hal ini dapat terjadi dengan menyisihkan sebagian pendapatan yang diperoleh dari kegiatan ekowisata untuk membiayai
operasional kawasan konservasi atau melibatkan masyarakat secara langsung dalam pengelolaan kawasan konservasi dan ekowisata bahari tersebut.
Pengelolaan KKLD dan ekowisata bahari di Pulau Pasi juga dapat berjalan seiring sejalan dan berkembang jika didukung oleh basis data yang kuat,
perencanaan yang matang, target dan tujuan yang terukur, sumberdaya manusia yang handal, dan aturan yang tegas. Penelitian yang dilakukan oleh PPTK
2007 untuk menganalisa potensi KKLD di Pulau Pasi menyebutkan bahwa zona inti berada di sisi selatan pulau dan zona wisata selam berada di sisi barat pulau.
Dalam laporan tersebut, PPTK tidak menyajikan analisis yang menyeluruh terhadap penetapan kawasan wisata selam dan snorkeling sehingga dalam
pengelolaan dan pengembangan ekowisata di Pulau Pasi, masyarakat, pmerintah maupun pengembang belum memiliki pijakan yang jelas dan kuat.
Dalam pengembangan program yang bersentuhan langsung dengan masyarakat, maka tingkat penerimaan atau persepsi masyarakat perlu diketahui
sebelum program berlangsung maupun selama program berlangsung. Hal tersebut penting untuk mengetahui tingkat resistensi masyarakat terhadap
program yang akan atau sementara dilaksanakan di suatu kawasan. Informasi mengenai tingkat persepsi masyarakat terhadap KKLD dan ekowisata bahari
perlu diketahui untuk melihat seajuh mana kesiapan dan dukungan masyarakat terhadap pelaksanaan program konservasi di perairan Pulau Pasi.
Berdasarkan hal tersebut maka perlu dilakukan kajian yang lebih dalam terhadap potensi ekologis dan sosial yang ada di Pulau Pasi untuk memperkaya
referensi bagi pengambil kebijakan dalam perencanaan dan pengelolaan ekowisata bahari di KKLD Pulau Pasi.
1.3 Tujuan Penelitian