Gambar 16 Beberapa atraksi wisata yang dapat dijumpai pada jalur I. a atraksi
kesenian daerah yang dilaksanakan di Benteng, b jalan setapak dengan panorama pohon kelapa, c pembuatan perahu di
Bontolebang dan d sunset Photo by Irwan.
2. Jalur II : Jalur Selatan Jalur selatan merupakan jalur wisata yang lebih panjang dan lebih kompleks.
Rute dimulai dari Benteng menuju arah selatan ke kampung Matalalang, Desa Bontobangun untuk melihat gong nekara Dongsong yang merupakan
peninggalan zaman perunggu lebih dari 2000 tahun lalu dan nekara terbesar di Asia Tenggara. Dari Matalalang menuju kampung nelayan Padang yang,
terdapat peninggalan sejarah berupa dua buah meriam kuno dan dua buah jangkar raksasa dari abad XVII yang merupakan peninggalan seorang saudagar
Cina yang juga pendiri kampung tersebut. Di kampung Padang juga dapat melihat keramba jaring apung dan pengolahan hasil tangkapan secara
tradisional. Dari kampung Padang, kemudian menyeberang ke Pulau Pasi untuk menikmati suasana pemukiman nelayan yang padat, menyusuri jalan setapak
atau tracking di sisi barat pulau dengan medan berbatu dan pemandangan pantai yang indah. Beberapa panorama pada jalur II dapat dilihat pada Gambar 17.
Untuk lebih memuaskan wisatawan, sebaiknya jalur kedatangan dan kepulangan dibedakan sehingga wisatawan dapat menikmati lebih banyak
keindahan dan panorama yang disediakan oleh alam dan masyarakat.
Gambar 17 Beberapa atraksi wisata yang dapat dijumpai pada jalur II. a gong nekara di Matalalang, b jangkar raksasa dan meriam kuno di
Padang, c suasana desa nelayan di Padang dan d pembuatan terasi di desa Kahu-kahu Photo by Irwan.
5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa : 1
Kondisi biofisik untuk pengelolaan ekowisata selam dan snorkeling masih baik. Rerata penutupan karang hidup sebesar 56,20 dan jumlah spesies
ikan yang ditemukan sebanyak 171 jenis dari 30 famili. 2
Masyarakat Pulau Pasi menyetujui pengelolaan ekowisata bahari dengan jaminan keamanan yang baik di Perairan Pulau Pasi.
3 Ekowisata bahari di Pulau Pasi dapat dikembangkan di sisi utara–barat
pulau stasiun 7, 8, 9 dan 10 seluas 68,68 ha dengan kemampuan menerima kunjungan sebanyak 1.787 oranghari. Strategi utama
pengelolaan ekowisata bahari berdasarkan analisis SWOT, yaitu pembentukan struktur pengelola kawasan ekowisata, penyusunan zonasi
rinci dan regulasi pengelolaan, pelatihan manajemen kepariwisataan bagi pengelola, penyusunan buku panduan pengelolaan berbasis masyarakat dan
pembangunan infrastruktur pendukung wisata di Pulau Pasi.
5.2 Saran
1. Pemerintah Daerah Kabupaten Kepulauan Selayar harus menerapkan kontrol yang ketat terhadap perencanaan program pengembangan wisata
bahari sebagai program prioritas daerah. Dukungan pemerintah yang dituangkan dalam dokumen perencanaan resmi tidak dapat
mengembangkan wisata bahari jika tidak diikuti pelaksanaan kegiatan dan
pembangunan infrastruktur pendukung wisata bahari.
2. Perlu perencanaan zonasi berdasarkan kesesuaian dan daya dukung kawasan sebelum mengembangkan wisata bahari untuk menghindari konflik
dan tekanan berlebihan pada zona tertentu. 3. Pemerintah, swasta, LSM dan Universitas perlu merumuskan strategi dan
implementasi pengelolaan kawasan konservasi dan ekowisata mandiri di Pulau Pasi.
DAFTAR PUSTAKA
[BAPERLIH] Badan Penataan Ruang dan Lingkungan Hidup Kabupaten Kepulauan Selayar. 2003. Laporan Rencana Penyusunan Peninjauan
Kembali RTRW Kabupaten Selayar 2003 – 2013. Benteng. [BAKOSURTANAL] Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional. 2005.
Pedoman Survey dan Pemetaan Terumbu Karang. Pusat Survey Sumberdaya Laut. BAKOSURTANAL. Jakarta.
Beenaerts N, Berghe EV. 2005. Comparative Study of Three Transect Methods to Assess Coral Cover, Richness and Diversity. Western Indian Ocean J.
Mar. Sci. Vol. 4, No. 1, pp. 29–37, 2005. Bentley TA, Cater C, Page SJ. 2010. Adventure and Ecotourism Safety in
Queensland : Operator Experiences and Practice. Tourism Management vol. 31. 563-571.
[BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Kepulauan Selayar. 2010. Profil Wilayah Kabupaten Kepulauan Selayar Tahun 2009. Badan Pusat
Statistik. Benteng. Broad K, Sanchirico JN. 2008. Local perspectives on marine reserve creation in
the Bahamas. Ocean Coastal Management 51 : 763–771. Castellani V, Sala S. 2010. Sustainable Performance Index For Tourism Policy
Development. Tourism Management vol. 31. 871–880. Committee on the Evaluation, Design, and Monitoring of Marine Reserves and
Protected Areas in the United States. 2001. Marine protected Areas : Tools For Sustaining Ocean Ecosystems. Ocean Studies Board
Commission on Geosciences, Environment, and Resources National Research Council. Washington DC.
[CRITC - LIPI] Coral Reef Information and Training Centre. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. 2006a. Studi Baseline Ekologi Kabupaten
Selayar. - Coral Reef Rehabilitation and Management Program Phase II COREMAP II. Jakarta.
[CRITC - LIPI] Coral Reef Information and Training Centre. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. 2006b. Panduan Penelitian BME Sosial-
Ekonomi. - Coral Reef Rehabilitation and Management Program Phase II COREMAP II. Jakarta.
[CRITC - LIPI] Coral Reef Information and Training Centre. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. 2007. Monitoring Kesehatan Terumbu Karang
Kabupaten Selayar tahun 2007. Coral Reef Rehabilitation and Management Program Phase II COREMAP II. Jakarta.
[CRITC - LIPI] Coral Reef Information and Training Centre. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. 2009. Monitoring Kesehatan Terumbu Karang
Kabupaten Selayar tahun 2009. Coral Reef Rehabilitation and Management Program Phase II COREMAP II. Jakarta.