Persepsi Masyarakat tentang Pengembangan Ekowisata
Objek wisata yang sering dikunjungi di Pulau Pasi adalah Liang Kareta, dan Jenne’iyya. Keseluruhan nama tersebut adalah nama pantai yang berada di
sisi barat pulau, namun memiliki keunikan dan daya tarik masing-masing. Liang kareta berada di sisi selatan Pulau Pasi yang masuk dalam wilayah administrasi
Desa Bontoborusu dengan panjang pantai hanya sekitar 50 meter, namun berbentuk unik karena terdapat tebing setinggi 4 meter yang melengkung dan
membuat teluk melindungi pasir putih halus. Masyarakat banyak yang memanfaatkan lokasi ini untuk berwisata bersama bersama keluarga di musim
libur karena akses yang cukup mudah dari Benteng dan dapat pula menikmati terumbu karang hanya dengan melakukan snorkeling. Di pantai ini, wisatawan
dapat pula menikmati sunset dikala senja. Jenneiyya adalah pantai pasir putih sepanjang 3 km yang membentang di sisi barat Pulau Pasi dan masuk dalam
wilayah administrasi Desa Bontolebang. Pantai Jenneiyya dapat ditempuh dengan menggunakan perahu dari Benteng. Keunikan pantai ini adalah pasir
putih halus dan perairan dangkal sehingga cocok untuk rekreasi keluarga. Di belakang pantai, terdapat rimbunan pohon kelapa milik penduduk sekitar
sehingga dapat menjadi lokasi yang baik untuk sejenak beristirahat. Seiring perkembangan waktu dan kemajuan sarana informasi, banyak
masyarakat yang memanfaatkan pulau Pasi untuk berwisata bahari seperti snorkeling, berenang dan menyelam meskipun masih terbatas pada komunitas
tertentu dan wisatawan yang datang dari luar kabupaten. Kedatangan wisatawan membuat interaksi baru antara pengunjung dengan masyarakat penghuni pulau.
Salah satu faktor pendukung keberhasilan pengembangan ekowisata bahari adalah tingkat dukungan masyarakat. Masyarakat Pulau Pasi pada
umumnya menyetujui jika dikembangkan ekowisata bahari di Pulau Pasi. 85,06 responden menyatakan setuju, 11,49 menyatakan tidak setuju dan
3,45 tidak mengetahui dengan pasti atau belum memiliki sikap yang jelas antara menyetujui atau menolak. Data persepsi masyarakat terhadap
pengembangan ekowisata bahari di Pulau Pasi dapat dilihat pada Gambar 14. Sebanyak 72,41 responden menyatakan bahwa Pulau Pasi memiliki
prospek yang baik untuk pengembangan ekowisata bahari, 20,69 menyatakan tidak memiliki cukup sumberdaya untuk pengembangan ekowisata bahari seperti
kesiapan masyarakat, keterbatasan fasilitas wisata jika dibanding dengan daerah lain. 6,90 responden memiliki sikap yang kurang jelas tentang prospek
pengembangan wisata bahari. Keyakinan tentang prospek yang cerah terhadap
3,45 6,90
8,05 0,00
10,34
11,49 20,69
74,71 0,00
72,41
85,06 72,41
17,24 100,00
17,24
20 40
60 80
100 120
5. Presepsi masyarakat terhadap pengembangan ekowisata bahari
4. P. Pasi memiliki prospek pengembangan wisata
3. Penerimaan masyarakat tdp wisatawan
2. Masyarakat dapat menjamin keamanan
1. Terdapat potensi konflik
persentase
Setuju Tidak biasa untuk no. 3
Tidak Tahu
pengembangan wisata bahari disebabkan kondisi alam yang masih terjaga dengan baik serta kemauan pemerintah dan masyarakat untuk mendukung
kegiatan kepariwisataan.
Gambar 14 Persepsi masyarakat Pulau Pasi terhadap pengembangan ekowisata bahari.
Penerimaan masyarakat adalah sikap masyarakat terhadap kehadiran orang asing atau wisatawan ke pulau mereka. Berdasarkan hasil pengamatan,
74,71 masyarakat tidak merasa terganggu dengan kedatangan wisatawan, 17,24 menyatakan akan menyambut dengan baik wisatawan dan bahkan jika
diminta, mereka bersedia berbagi tempat tinggal dan fasilitas umum dengan wisatawan. Dukungan keamanan juga diberikan oleh masyarakat terhadap
kegiatan wisata bahari. 100 responden menyatakan bahwa Pulau Pasi adalah daerah aman yang jauh dari konflik SARA, huru-hara dan arogansi masyarakat.
Mereka menyatakan siap menjaga keamanan daerah dan wisatawan yang berkunjung. Larsen et al. 2009 melakukan penelitian di Norwegia tentang hal-
hal yang menjadi kekhawatiran utama turis ketika berkunjung di suatu tempat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat keamanan seperti ancamana teror
merupakan ancaman utama bagi wisatawan Dalam pengembangan ekowisata bahari, potensi konflik merupakan hal
yang perlu dikelola dengan baik. Berdasarkan hasil wawancara, 17,24 masyarakat menyatakan bahwa terdapat potensi konflik seperti konflik pemilikan
lahan, persaingan usaha, konflik antar pengguna lahan dll. 72,41 menyatakan bahwa potensi konflik tidak ada dan 10,34 menyatakan bahwa mereka tidak
tahu atau belum
memiliki keputusan
dalam memandang
masalah. Dredge 2010 menyatakan bahwa pengembangan lahan untuk keperluan wisata
rentan terhadap konflik jika pengembangan tersebut mengurangi atau menghalangi kepentingan masyarakat terhadap lahan tersebut. Namun dalam
hal ini, budaya pemerintahan harus mampu menetapkan nilai dan struktur yang dapat mengatur dan mengelola konflik di lapangan.