Pengujian fitokimia Pengujian antibakteri Penapisan ekstrak kasar

21 3 ekstrak yang diperoleh dicuci ulang dengan menambahkan pelarutnya kembali dan langkah selanjutnya sama dengan pencucian pertama, pencucian dilakukan minimal 3 kali,

3.3.3. Pengujian aktivitas inhibitor topoisomerase I

Ekstrak X. granatum akar, batang, daun, daging buah dan biji dalam pelarut heksana, etil asetat dan metanol dilakukan uji inhibisi enzim DNA topoisomerase I. Pengujian antikanker secara in vitro bertujuan untuk melihat kemampuan sitotoksik ekstrak dalam menghambat enzim DNA topoisomerase I. Prosedur pengujian aktivitas inhibitor topoisomerase I disajikan pada Lampiran 2 dan visualisasi gel agarose dengan marker serta kontrol pada Lampiran 3.

3.3.4. Pengujian fitokimia

Uji fitokimia merupakan salah satu cara untuk mengetahui kandungan metabolit sekunder pada suatu ekstrak tanaman atau merupakan uji pendahuluan untuk mengetahui keberadaan senyawa kimia spesifik seperti senyawa alkaloid, fenol termasuk flavonoid, tanin, dan saponin. Prinsip dan prosedur pengujian alkaloid, flavonoid, tanin dan saponin disajikan pada Lampiran 4.

3.3.5. Pengujian antibakteri

Pengujian aktivitas antibakteri ekstrak metanol X. granatum akar, batang, daun, daging buah dan biji terdiri dari tahap persiapan dan pembuatan media, penyegaran bakteri uji dan uji aktivitas antibakteri. Metode yang digunakan pada pengujian aktivitas antibakteri adalah metode difusi agar dengan teknik agar tuang. Prinsip metode ini, yaitu ekstrak akan berdifusi langsung dalam media agar yang telah mengandung bakteri uji. Bakteri uji yang digunakan adalah S. aureus bakteri Gram positif dan E. coli bakteri Gram negatif. Uji aktivitas antibakteri ekstrak metanol X. granatum pada Gambar 11 dan tahapan pengujian antibakteri disajikan pada Lampiran 5. 22 Divortex hingga homogen Dimasukkan dalam cawan petri Dibiarkan memadat ± 15 menit Disimpan dalam pendingin 30 menit Penambahan ekstrak 20 µ l 300 µ g paper disc, kloromfenikol 10 µ gpaper disc, ampisilin 25 µ gpaper disc Diinkubasi pada suhu 37 O C 12-18 jam Disimpan dalam lemari Pendingin 30 menit Pengamatan dengan mengukur Zona bening yang terbentuk Paper disc diletakkan pada cawan petri berisi bakteri Bakteri sebanyak 20 µ l, OD 600 nm = 0.68 S. aureus dan 0.59 E. coli, dimasukan dalam 15 ml media agar Gambar 11 Pengujian aktivitas antibakteri Schlegel dan Schmidt 1994

3.3.6. Penapisan ekstrak kasar

Penapisan ekstrak kasar metanol batang X. granatum untuk target pemurnian senyawa kimia, dengan metode spesifik yaitu penggunaan pelarut yang tepat dengan tujuan untuk menghilangkan komponen pengotor dan mendapatkan fraksi murni. Pemurnian atau isolasi senyawa target untuk memperoleh senyawa yang memiliki bioaktifitas terbaik dari 3 golongan senyawa target yaitu alkaloid, flavonoid dan tanin. Alasan pemilihan metode isolasi spesifik karena kesulitan mendapatkan eluen yang cocok untuk memisahkan ekstrak dengan metode kromatografi lapis tipis dan kolom serta fraksinasi dengan metode ini 23 memerlukan waktu isolasi yang lama. Diagram alir penapisan, pemurnian alkaloid, flavonoid dan tanin ekstrak metanol batang X. granatum disajikan pada Gambar 12, 13 dan 14. Ekstrak kasar Maserasi selama 24 jam dalam metanol dan air 4:1 Penyaringan Filtrat Evaporasi suhu 40 o C sampai 110 volume awal Pengasaman dengan asam sulfat 2M pH 3-4 Ekstraksi 3x dengan kloroform Lapisan kloroform Lapisan air-asam Evaporasi Pembasaan dengan amoniak pH 10 Ekstrak pertengahan polar Ekstraksi 2x EPPFraksi alkaloid kloroform-metanol 3:1 Lapisan kloroform dan metanol Lapisan air-basa Evaporasi Ekstraksi dengan metanol Ekstrak basaEB Ekstrak polarEP Gambar 12 Penapisan ekstrak kasar Harborne 1987 dan Pemurnian alkaloid Martono 1983 24 Ekstrak metanol batang Pelarutan dengan akuades panas Penyaringan Residu Filtrat Partisi dengan heksana Partisi dengan kloroform Partisi dengan etanol Partisi dengan etil asetat Partisi dengan butanol Fraksi butanol Fraksi flavonoid Evaporasi Gambar 13 Pemurnian flavonoid Budzianowski 1985 Ekstrak metanol batang Partisi dengan heksana Fraksi heksana Ekstraksi dengan aseton dan air 7:3 + asam askorbat 0,1 Filtrat Residu Evaporasi Ekstrak Partisi dengan kloroform Partisi dengan etil asetat Fraksi etil asetat Evaporasi Fraksi tanin Gambar 14 Pemurnian tanin Makker dan Becker 1995 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Ekstraksi X. granatum Ekstraksi terhadap bahan tanaman bertujuan untuk memisahkan senyawa bioaktif tanaman biasanya dari senyawa tunggal atau kelompok senyawa. Sebelum dilakukan proses ekstraksi sampel dikecilkan ukurannya untuk memudahkan kontak dengan pelarut sehingga diharapkan semakin banyak senyawa bioaktif yang dapat terekstrak. Sampel X. granatum yang telah mengalami pengecilan ukuran disajikan pada Lampiran 6. Rendemen merupakan perbandingan berat ekstrak yang diperoleh dengan berat awal sampel yang digunakan. Rendemen menyatakan efektivitas pelarut tertentu terhadap bahan dalam suatu sistem ekstraksi, tetapi tidak menunjukkan tingkat aktivitas ekstrak tersebut. Hasil ekstraksi akar, batang, daun, biji dan daging buah X. granatum dalam pelarut heksana, etil asetat dan metanol disajikan pada Tabel 3 dan filtrat yang diperoleh pada Lampiran 7. Tabel 3 Hasil ekstraksi X. granatum Jenis sampel berat kering Pelarut Jumlah pelarut ml Berat ekstrak gram Rendemen Warna filtrat heksana 150 0.08 0.15 kuning muda etil asetat 150 0.18 0.36 hijau muda 1. Akar 50 gram metanol 150 6.27 12.5 merah tua pekat heksana 150 0.23 0.46 hijau pucat etil asetat 150 0.60 1.20 hijau 2. Batang 50 gram metanol 150 11.21 22.42 merah tua pekat heksana 150 0.64 1.28 hijau muda etil asetat 150 0.69 1.37 hijau tua 3. Daun 50 gram metanol 150 3.38 6.75 hijau tua pekat heksana 75 0.25 0.49 hijau pucat etil asetat 75 0.81 1.61 hijau gelap 4. Biji 50 gram metanol 75 7.80 15.60 merah tua heksana 75 0.27 0.54 coklat etil asetat 75 0.15 0.29 coklat kemerahan 5. Daging buah 50 gram metanol 75 1.99 3.97 merah tua Tabel 3 menunjukkan bahwa berat ekstrak yang diperoleh dipengaruhi oleh jenis pelarut yang digunakan. Menurut Markham 1988, komponen yang terbawa pada proses ekstraksi adalah komponen yang berpolaritas sesuai dengan pelarutnya. Jenis pelarut yang digunakan mempengaruhi jumlah rendemen yang dihasilkan. Rendemen ekstrak metanol polar didapatkan lebih besar