Inhibitor Topoisomerase I TINJAUAN PUSTAKA 1. Deskripsi X. granatum

15 penyusupan ke jaringan sekitar, 4 metastatis yaitu penyebaran melalui pembuluh darah dan pembuluh getah bening. Tahap penyebaran sel kanker dimulai ketika sel individu memisah dan memasuki aliran darah untuk menemukan tempat berkembang di dalam tubuh.

2.6. Inhibitor Topoisomerase I

Penggunan komponen kimia yang memiliki aktivitas antitumor dapat berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan sel tumor. Mekanisme aktivitas antitumor melalui dua cara yaitu 1 langsung membunuh sel, dilakukan secara in vitro, dan 2 secara tidak langsung yaitu dengan menggertak sistem imum, dilakukan secara in vivo. Menurut Suffnes dan Pezzuto 1991, uji antikanker secara in vitro bertujuan untuk melihat kemampuan sitotoksik, antara lain dengan melihat interaksinya dengan DNA. Salah satu uji yang didasarkan pada interaksi dengan DNA dilakukan dengan cara melihat kemampuan senyawa uji untuk menghambat enzim topoisomerase I yang digunakan pada replikasi DNA. Hsiang 1995 Pommier 1993 dalam Sukardiman et al. 2002 menyatakan bahwa enzim DNA topoisomerase I adalah enzim yang mempunyai fungsi cukup penting dalam proses intraseluler dari sel kanker antara lain berperan dalam proses replikasi, transkripsi, rekombinasi DNA dan proses proliferasi dari sel kanker. Pencegahan kanker dengan senyawa alami diharapkan dapat mencegah tahap awal karsinogenesis dan relatif bebas dari efek samping. Herba 2003 menyatakan bahwa tanaman obat dengan sifat alamiahnya akan meningkatkan daya tahan tubuh penderita terutama sel-sel yang berada di sekitar kanker. Senyawa-senyawa aktif tanaman obat juga akan meredam keganasan racun-racun yang dikeluarkan sel-sel kanker antitoksik, menghambat pertumbuhan sel kanker sitostatika, memutus pasokan zat-zat makanan dan oksigen ke jaringan kanker dengan cara menghentikan aliran darah ke sel kanker. Dan jika sudah terjadi pendarahan pada kanker maka zat aktif yang terdapat pada tanaman obat dapat menghentikan pendarahan hemostatik. Selain itu tanaman obat juga memiliki sifat anti inflamasi, antipiretik dan analgesik. Senyawa-senyawa aktif tanaman obat akan bekerja serentak dalam memerangi kanker sehingga lama kelamaan jaringan kanker akan melemah kemudian mati. 16 Menurut Murakami et al. 1998, suatu senyawa bioaktif yang bersifat sitotoksik umumnya bersifat nukleofilik, sehingga dapat memblok ikatan kovalen antara derivat karsinogen yang elektrofilik dengan DNA. Hsiang 1989 dan Joseph 1989 menyatakan bahwa dengan dihambatnya aktivitas enzim DNA topoisomerase oleh senyawa inhibitor, maka proses terjadinya ikatan antara enzim dengan DNA sel kanker semakin lama, sehingga akan terbentuk Protein Linked DNA Breaks PLDB akibatnya terjadi kerusakaan DNA sel kanker dan selanjutnya berpengaruh terhadap proses replikasi sel yang diakhiri dengan kematian sel kanker. Selanjutnya menurut Volk dan Wheeler 1988 gangguan terhadap pembentukan asam nukleat disebabkan oleh komponen bioaktif berinteraksi dengan, 1 benang helik ganda DNA sehingga mencegah replikasi dan transkripsi, 2 polimerase yang mengakibatkan hambatan terhadap aktivitas enzim yang berperan pada biosintesis DNA dan RNA, sehingga menghambat pertumbuhan dan pembelahan sel. Yanagihara et al. 2005 menyatakan bahwa enzim DNA topoisomerase I adalah target molekuler dari beberapa zat antikanker yang potensial, dengan demikian inhibitor dari enzim ini potensial untuk obat antikanker. Comptothecin dan Topotecan merupakan contoh inhibitor enzim DNA topoisomerase I dan strukturnya disajikan pada Gambar 7. Gambar 8 Struktur inhibitor topoisomerase I Brutlag 2000 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan tempat Penelitian Penelitian telah dilaksanakan dari bulan Agustus 2006 sampai Juli 2007, bertempat di Laboratorium Bioteknologi Hasil Perairan Departemen Teknologi Hasil Perairan Institut Pertanian Bogor. 3.2. Bahan dan Peralatan 3.2.1. Bahan Bahan utama yang digunakan pada penelitian ini adalah tanaman X. granatum terdiri dari akar, batang, daun, daging buah dan biji yang diperoleh dari Pulau Bakau, desa Muara Kintap Kabupaten Tanah Laut Kalimantan Selatan. Bahan kimia yang digunakan dalam penelitian ini adalah heksana, etil asetat dan metanol untuk ekstraksi senyawa bioaktif X. granatum. Pengujian aktivitas antibakteri menggunakan bakteri S. aureus dan E. coli klinis dan non klinis, media Mueller Hinton, paper disc, ekstrak metanol X. granatum, kloramfenikol dan ampisilin sebagai kontrol positif. Uji fitokimia meliputi uji alkaloid menggunakan kloroform, amonia, pereaksi Dragendorff kalium tetraiodobismutat, Meyer kalium tetraiodomerkurat dan Wagner iodium dalam kalium iodida. Uji saponin menggunakan akuades, uji flavonoid menggunakan H 2 SO 4 pekat dan uji tanin menggunakan FeCl 3 . Penapisan ekstrak kasar menggunakan CHCl 3 , H 2 SO 4, MeOH dan NH 3 OH. Penapisan alkaloid menggunakan EtOH, NH 3 OH, CHCl 3 dan HCl. Flavonoid penapisannya menggunakan akuades panas, heksana, CHCl 3, Et 2 O, dan butanol. Penapisan tanin menggunakan heksana, aseton, akuades, asam askorbat, CHCl 3 dan EtOAc. Pengujian aktivitas inhibitor topoisomerase I menggunakan gel agarosa dan pewarnaan dengan etidiumbromida, buffer TAETris Acid EDTA, MgCl 2 , Enzim DNA topoisomerase I dari TopoGen, serta comptothecin sebagai kontrol positif inhibitor topoisomerase I .