29 sebagai senyawa antikanker. Selanjutnya menurut Mangan 2003, quarsetin
berfungsi menghambat proliferasi sel leukimia dan sel ovari manusia secara in vitro.
4.3. Pengujian Fitokimia Ekstrak Kasar Metanol X. granatum
Menurut Suhartini 2003, ekstrak metanol biji X. granatum mengandung bahan antibakteri. Selanjutnya Hardjito dan Kingston 2004 melaporkan bahwa
ekstrak metanol X. granatum memiliki aktivitas sitotoksik terhadap sel kanker rahim A2780. Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya dan rendemen yang
dihasilkan pada penelitian ini paling tinggi maka dipilih ekstrak metanol X. granatum untuk tahap pengujian selanjutnya.
Pengujian fitokimia merupakan uji kualitatif awal terhadap ekstrak kasar untuk mengetahui jenis senyawa metabolit sekundergolongan senyawa yang
terkandung pada ekstrak. Golongan senyawa dalam ekstrak dapat ditentukan dengan mengamati perubahan warna dan terbentuknya endapan setelah
ditambahkan pereaksi yang spesifik untuk setiap uji kualitatif. Uji fitokimia ekstrak kasar metanol X. granatum disajikan pada Tabel 5 dan Lampiran 8.
Tabel 5 Hasil uji fitokimia ekstrak kasar metanol X. granatum Uji fitokimia
Ekstrak kasar metanol X. granatum Akar Batang Daun Biji
Daging buah
1. Alkaloid - Meyer
- Dragendorf - Wegner
- +
- +
+ +
+ +
+ -
+ -
+ +
-
2. Flavonoid
++ ++ + ++ ++
3. Saponin -
- -
+ -
4. Tanin ++ ++ +
+ +
Tabel 5 menunjukkan bahwa uji fitokimia ekstrak kasar metanol akar, batang, daun, biji dan daging buah X. granatum mengandung senyawa kimia
golongan alkaloid, flavonoid dan tanin. Sedangkan senyawa golongan saponin hanya ditemukan pada ekstrak biji X. granatum.
Bioaktivitas tanaman sangat dipengaruhi oleh kandungan senyawa kimia yang terdapat dalam bahan
dan perbedaan kandungan senyawa kimia menunjukan perbedaan aktifitas farmakologis dari tanaman.
30
4.4. Aktivitas Antibakteri Ekstrak Kasar Metanol X. granatum
Uji aktivitas antibakteri bertujuan untuk melihat ada tidaknya aktivitas antibakteri pada semua ekstrak X. granatum.
Pengujian dilakukan dengan membuat larutan stok 0.015 g ekstrak dalam 1 ml pelarutnya metanol. Dari
stok yang dibuat diambil 20 µ
l untuk menghasilkan konsentrasi ekstrak 300
µ gpaper disc.
Kontrol positif yang digunakan dalam pengujian antibakteri adalah kloramfenikol pada konsentrasi 10
µ gpaper disc
dari larutan stok 0.0005 g dalam 1 ml akuades steril. Bakteri uji yang digunakan adalah bakteri non-klinis, koleksi
Lab. Bioteknologi THP, IPB. Inokulum sebanyak 20 µ
l OD
600 nm
= 0.68 untuk S. aureus Gram positif dan OD
600 nm
= 0.59 untuk E. coli Gram negatif, yang diperoleh dari inkubasi selama 18 jam pada suhu 37
o
C. Menurut Schlegel dan Schmidt 1994, aktifitas antibakteri ditandai
dengan terbentuknya zona bening disekitar paper disc yang telah mengandung bahan aktif. Ukuran zona hambat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu
mikroorganisme uji strain dan fisiologi bakteri uji, medium kultur, metode uji serta kecepatan difusi zat. Diameter hambatan ekstrak kasar metanol X. granatum
terhadap bakteri S. aureus dan E. coli non-klinis disajikan pada Tabel 6 dan Lampiran 9.
Tabel 6 Diameter hambatan uji antibakteri ekstrak kasar metanol X. granatum
Ekstrak 300 µ
gpaper disc dan kloramfenikol 10 µ
gpaper disc Bakteri uji
Diameter hambatan mm
Akar K Batang K
Daun K
Biji K D.buah K
S. aureus 20 µ
l OD
600 nm
= 0.68 non-klinis
4 14
6 18
- 19
4 16
3 17
E. coli 20 µ
l OD
600 nm
=0.59 non-klinis
6 21
7 23
- 19
4 19
3 18
Keterangan: K = kloramfenikol
Tabel 6 menunjukkan bahwa ekstrak kasar metanol X. granatum yang dapat menghambat bakteri uji adalah akar, batang, biji dan daging buah sedangkan
pada daun tidak memiliki aktivitas antibakteri. Diameter hambatan uji antibakteri yang terbesar diperoleh pada ekstrak batang yaitu sebesar 6 mm untuk S. aureus
31 dan 7 mm untuk E. coli.
Menurut metode CDS Calibrated Dichotomous Sensitivity, jika diameter hambat yang terbentuk lebih besar atau sama dengan
6 mm maka ekstrak dikategorikan memiliki aktivitas antibakteri, sebaliknya jika diameter hambat lebih kecil dari 6 mm atau tidak terbentuk maka ekstrak
tersebut tidak memiliki aktivitas sebagai antibakteri Bell 1984. Antibakteri
dikategorikan sangat kuat jika daerah hambatnya lebih besar dari 20 mm, kuat jika daerah hambat 10-20 mm, sedang jika daerah hambat 5-10 mm. Daerah hambat
lebih kecil dari 5 mm artinya kekuatan antibakteri yang dimiliki zat tersebut sangat lemah Suryawiria 1978. Merujuk pada metode tersebut maka ekstrak
kasar metanol batang X. granatum dikategorikan memiliki aktivitas antibakteri sedang.
Zona hambat dari kloramfenikol mempunyai diameter lebih besar dibandingkan diameter zona hambat dari ekstrak X. granatum, walaupun
konsentrasi yang digunakan lebih rendah dari konsentrasi ekstrak. Kloramfenikol merupakan zat antibakteri murni, sehingga dalam konsentrasi kecil dapat
menghambat pertumbuhan bakteri dengan kekuatan tinggi. Sedangkan ekstrak X. granatum yang digunakan masih merupakan ekstrak kasar crude extract.
Menurut Raphael 1987, kloramfenikol merupakan antibiotik aminoglikosida, yaitu antibiotik bakteriostatik yang tidak membunuh bakteri melainkan
menghambat sintesis protein yang sangat diperlukan dalam perbanyakan dan pembelahan sel bakteri.
4.5. Penentuan Minimum Inhibitory Concentration MIC Topoisomerase I