Penentuan Minimum Inhibitory Concentration MIC Topoisomerase I

31 dan 7 mm untuk E. coli. Menurut metode CDS Calibrated Dichotomous Sensitivity, jika diameter hambat yang terbentuk lebih besar atau sama dengan 6 mm maka ekstrak dikategorikan memiliki aktivitas antibakteri, sebaliknya jika diameter hambat lebih kecil dari 6 mm atau tidak terbentuk maka ekstrak tersebut tidak memiliki aktivitas sebagai antibakteri Bell 1984. Antibakteri dikategorikan sangat kuat jika daerah hambatnya lebih besar dari 20 mm, kuat jika daerah hambat 10-20 mm, sedang jika daerah hambat 5-10 mm. Daerah hambat lebih kecil dari 5 mm artinya kekuatan antibakteri yang dimiliki zat tersebut sangat lemah Suryawiria 1978. Merujuk pada metode tersebut maka ekstrak kasar metanol batang X. granatum dikategorikan memiliki aktivitas antibakteri sedang. Zona hambat dari kloramfenikol mempunyai diameter lebih besar dibandingkan diameter zona hambat dari ekstrak X. granatum, walaupun konsentrasi yang digunakan lebih rendah dari konsentrasi ekstrak. Kloramfenikol merupakan zat antibakteri murni, sehingga dalam konsentrasi kecil dapat menghambat pertumbuhan bakteri dengan kekuatan tinggi. Sedangkan ekstrak X. granatum yang digunakan masih merupakan ekstrak kasar crude extract. Menurut Raphael 1987, kloramfenikol merupakan antibiotik aminoglikosida, yaitu antibiotik bakteriostatik yang tidak membunuh bakteri melainkan menghambat sintesis protein yang sangat diperlukan dalam perbanyakan dan pembelahan sel bakteri.

4.5. Penentuan Minimum Inhibitory Concentration MIC Topoisomerase I

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak metanol batang X. granatum memberikan rendemen paling besar yaitu 22.42 dan dapat menghambat enzim topoisomerase I serta memiliki aktivitas antibakteri terhadap S. aureus dan E. coli. Dengan alasan tersebut ekstrak metanol batang X. granatum dipilih untuk pengujian lanjut penentuan Minimum Inhibitory Concentration MIC topoisomerase I, penapisan ekstrak kasar untuk target pemurnian senyawa kimia dan pengujian aktivitas antibakteri pada fraksi aktif. Penentuan MIC bertujuan untuk mengetahui konsentrasi terkecil dari ekstrak yang dapat menghambat aktivitas enzim DNA topoisomerase I. Hasil 32 uji MIC ekstrak kasar metanol batang X. granatum terhadap enzim DNA topoisomerase I disajikan pada Tabel 7 dan Gambar 16. Tabel 7 Hasil uji MIC ekstrak kasar metanol batang X. granatum terhadap enzim DNA topoisomerase I Jenis ekstrak Konsentrasi gml Aktivitas inhibisi topoisomerase I 5 - 10 - Metanol batang X. granatum 25 + 50 + 75 + 100 + Gambar 16 Hasil elektroforesis uji MIC ekstrak kasar metanol batang X. granatum terhadap enzim DNA topoisomerase I Hasil pengujian MIC menunjukkan bahwa konsentrasi ekstrak 5 dan 10 gml tidak dapat menghambat kerja enzim topo I, terlihat dengan terbentuknya relaks DNA seperti pada kontrol no 1 dan no 4. Konsentrasi ekstrak 25 gml bersifat poison artinya mampu menstabilkan ikatan enzim dan substrat dan terjadi peningkatan open circular OC DNA pada gel, seperti ditunjukkan pada kontrol no 5. Konsentrasi ekstrak 50, 75 dan 100 gml bersifat katalitik ditunjukkan dengan substrat DNA tetap utuh berbentuk supercoiled DNA dan tidak terbentuk relaxed DNA karena terhambatnya aktivitas relaksasi, seperti pada kontrol no 2. Ikatan inhibitor dengan enzim dapat mengubah kemampuan enzim dalam mengikat substrat, sehingga mengubah kemampuan daya katalisator enzim. Hal ini disebabkan karena struktur enzim yang sudah berikatan dengan inhibitor mengalami perubahan fisik dan kimiawi sedemikian rupa sehingga aktivitas Keterangan : 1. Topo I + DNA, 2. Marker supercoiled DNA, 3. Topo I + DNA + pelarut, 4. Marker relaxed DNA, 5. Topo I + DNA + camptothecin, 6.a Ekstrak metanol batang X. granatum 5 gml, b 10 gml, c 25 gml, d 50 gml, e 75 gml, f 100 gml 1 2 3 4 5 6a b c d e f 33 hayatinya menjadi terhambat. Menurut Yanagihara et al. 2005, inhibitor topoisomerase bekerja sebagai racun topoisomerase yaitu mengubah enzim topoisomerase menjadi toksin yang berpotensi menyebabkan kematian sel. Semua sel membutuhkan topoisomerase tetapi sel kanker tumbuh dengan cepat dan membutuhkan lebih banyak enzim ini. Dengan dihambatnya enzim topoisomerase maka obat kanker akan lebih selektif yaitu lebih banyak menghancurkan sel kanker dari pada sel sehat. Menurut Zahir 1996, senyawa flavonoid dikatakan efektif sebagai inhibitor enzim topoisomerase bila memiliki nilai MIC kurang dari 10 gml. Selanjutnya Menurut Swanson dan Pezzuto 1990 dalam Sukardiman et al. 2002, bila suatu zat memiliki aktivitas inhibisi terhadap enzim DNA topoisomerase, maka zat tersebut berpotensi sebagai antikanker jika nilai MED minimum efficient dose 20 ยต gml. MIC ekstrak metanol batang X. granatum terhadap topoisomerase I adalah 25 gml, hal ini disebabkan ekstrak yang digunakan masih kasar atau belum murni. Untuk konfirmasi perlu dilakukan uji MIC pada konsentrasi 15 dan 20 gml.

4.6. Penapisan Ekstrak Kasar Metanol Batang X. granatum