Pembangunan Daerah Aliran Sungai Berkelanjutan

yang diinisiasi dan dibangun oleh pemerintah setempat Hadi et al. 2006. Hal ini dikarenakan posisi LSM dan NGO tersebut adalah untuk meningkatkan kapasitas dan posisi tawar-menawar masyarakat lokal agar setara dengan para pemangku kepentingan yang ada. Berdasarkan studi kasus geo-ekologis dan sosial ekonomi DAS Citanduy, maka dapat diidentifikasi bahwa wilayah hilir adalah wilayah yang memiliki tingkat keberlanjutan kelembagaan komunitas lokal tertinggi, sedangkan kelembagaan konservasi merupakan kelembagaan dengan tingkat keberlanjutan tertinggi di wilayah hulu dan tengah DAS Citanduy Dharmawan et al. 2005

2.1.3 Pembangunan Daerah Aliran Sungai Berkelanjutan

Definisi tentang pembangunan berkelanjutan yang dikemukakan oleh komisi dunia tentang lingkungan hidup dan pembangunan World Commission on Environment and Development WCED adalah “pembangunan yang dapat memenuhi kebutuhan generasi sekarang tanpa harus mengorbankan kemampuan generasi mendatang dalam memenuhi kebutuhannya sendiri” Arifin 2001. Menurut Sugandhy 2007, pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup adalah upaya sadar dan terencana yang memadukan lingkungan hidup, termasuk sumberdaya, ke dalam proses pembangunan untuk menjamin kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa depan. Paradigma pembangunan yang terjadi selama ini oleh beberapa pihak bahwa lingkungan adalah untuk pembangunan ekonomi eco-developmentalism, lingkungan untuk manusia eco-humanis, dan lingkungan untuk lingkungan eco- environmentalism. Namun apa yang terjadi selama tiga dekade adalah pemanfaatan sumberdaya alam untuk pembangunan ekonomi. Paradigma pembangunan yang berkelanjutan merupakan perpaduan dari tiga pandangan di atas, dimana pembangunan hendaknya ditujukkan untuk kesejahteraan masyarakat termasuk di dalamnya pembangunan di dalam bidang ekonomi dan kelestarian lingkungan hidup Purba 2002. Dilihat dari sudut pandang DAS, hal yang menjadi dasar pemikiran pengelolaan DAS adalah “Sustainable Resources Use Management ” atau Pengelolaan yang Berkelanjutan, artinya, setiap upaya perlindungan, rehabilitasi, dan adaptasi yang dilakukan, hendaknya dapat dilembagakan dalam bentuk organisasi masyarakat community organization. Bentuk ini sudah mulai muncul dalam wujud forum-forum DAS dan terbentuknya kelompok masyarakat yang bertindak langsung melakukan perlindungan dan rehabilitasi lahan DAS Sumampouw et al. t.t. Prinsip penting dari pengelolaan sumberdaya yang berkelanjutan adalah: 1. Pentingnya Modal Sosial social capital, dalam bentuk pendanaan mandiri ataupun pendanaan bersama antara publik dengan pemerintah; 2. Modal Organisasi Masyarakat modality in community organization dalam bentuk pengorganisasian masyarakat yang mandiri; 3. Adanya alih pengetahuan transfer of knowledge dari pelaku-pelaku yang memiliki cerita sukses dan kreatif dalam penanganan satuan kelola daerah aliran sungai; 4. Pentingnya kehendak politik political will dari pemerintah daerah serta lintas sektoral yang tidak lagi didasarkan atas pertimbangan batas wilayah melainkan lebih bertumpu pada pertimbangan batas ekosistem. Menurut Kartodihardjo et al. 2004, pengelolaan DAS dikatakan telah efektif jika tujuan manajemen dapat dicapai bersamaan dengan peningkatan kesejahteraan sosial masyarakat penghuninya. Keberhasilan pengelolaan DAS akan lebih mudah jika: 1. Sumberdaya di dalam DAS menghasilkan manfaat yang besar; 2. Peluang pendapatan masyarakat lokal sejalan dengan aktivitas rehabilitasi DAS; 3. Hak atas lahan tenureship jelas, terjamin dan terdistribusi secara adil; 4. Ada insentif bagi mereka yang bersedia mengorbankan manfaat jangka pendeknya manfaat individu untuk memperoleh manfaat jangka panjang manfaat sosial; dan 5. Ada kerjasama antar pemangku kepentingan pengelolaan DAS. Pengelolaan DAS harus dilihat sebagai suatu kesatuan alamiah yang terdiri dari wilayah hulu, tengah dan hilir, dalam konteks pengelolaan “One River, One Plan, One Management”. Sejarah perkembangan konsep Pengelolaan Pembangunan keberlanjutan dalam konteks DAS adalah bagaimana antara sub hulu, tengah, hilir DAS terdapat kesamaan visi dan misi, dimana tidak hanya hulu saja yang berperan dalam menjaga kelestarian DAS namun sub tengah maupun hilir pun berkontribusi dalam menjaga kelestarian DAS melalui kolaborasi yang dilakukan aktor-aktor terkait yaitu pemerintah, swasta, masyarakat, LSM, maupun akademisi turut dilibatkan. Prinsip keberlanjutan sustainability menjadi acuan dalam mengelola DAS, yakni fungsi ekologis, ekonomi, dan sosial budaya dari berbagai sumberdaya dalam DAS dapat terjamin secara berimbang.

2.2 Kerangka Pemikiran