Tingkat Keterlibatan Warga dalam Penghijauan

Siliwangi sebesar 46,67 persen menyatakan adanya kegiatan kelembagaan partisipatoris sungai di daerahnya dinilai warga baik sekali, kemudian sebesar 40 persen lainnya menyatakan baik dan 13,33 persen lainnya responden menyatakan biasa saja. Dari hasil persentase di atas terlihat bahwa Kelurahan Dago tidak terlalu terpengaruh dengan adanya kegiatan-kegiatan kelembagaan partisipatoris Sungai Cikapundung, berbeda halnya dengan warga di Kelurahan Lebak Siliwangi yang memandang adanya kegiatan kelembagaan partisipatoris di daerahnya membawa manfaat yang sangat besar bagi lingkungan, khususnya sungai di daerahnya. Adanya perbedaan tanggapan antara responden di Kelurahan Dago dengan responden di Kelurahan Lebak Siliwangi lebih disebabkan karena kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan lingkungan di Kelurahan Dago sudah sejak dahulu ada di daerah tersebut, sedangkan kegiatan lingkungan di Kelurahan Lebak Siliwangi baru kembali dimunculkan, langsung oleh ketua RW Kelurahan Lebak Siliwangi pada akhir tahun 2010, khususnya kegiatan lingkungan yang berhubungan dengan sungai.

6.3 Tingkat Keterlibatan Warga dalam Penghijauan

Kegiatan lainnya yang telah dilakukan oleh kelembagaan partisipatoris Sungai Cikapundung adalah penghijauan atau penanaman pohon. Untuk kegiatan penghijauan di Kelurahan Lebak Siliwangi, hal ini tidak terlalu sering dilakukan dikarenakan lahan kosong atau lahan kritis di RT 03 RW 08 Kelurahan Lebak Siliwangi, Kecamatan Coblong Bandung Barat, sudah sangat sedikit, serta rumah antar warga sangat berdekatan sehingga untuk menanam pohon atau sekedar menanam tanaman sudah sangat sulit, menurut responden di Kelurahan Lebak Siliwangi penghijauan atau penanaman pohon hanya beberapa kali saja dilakukan dalam satu tahun di daerahnya. “Disini sekarang sudah sulit untuk menanam pohon, lahannya sudah tidak ada, sebagai gantinya warga di sini menanam tanaman atau pohon-pohon kecil di pot-pot, kemudian diletakkan di halaman depan rumah agar lingkungan tidak terlalu gersang” Ujg, 38 thn. Berbeda halnya dengan Kelurahan Dago dimana kegiatan penghijauan atau penanaman pohon memang sudah ada sejak dahulu kala, namun setelah adanya komunitas CRP, kegiatan penghijauan semakin gencar dilaksanakan. Berikut pasrtisipasi masyarakat dalam kegiatan penghijauan yang diadakan oleh kelembagaan partisipatoris Sungai Cikapundung di dua lokasi penelitian. Gambar 6.11 Keterlibatan Warga dalam Penghijauan oleh Kelembagaan Partisipatoris, Sub DAS Cikapundung, Bandung, Jawa Barat, 2011 Pada Gambar 6.11 responden yang mengikuti kegiatan penghijauan di Kelurahan Dago hanya sebesar 16,67 persen, sementara responden yang tidak mengikuti kegiatan penghijauan sangatlah tinggi yaitu sebesar 83,33 persen. Untuk responden di Kelurahan Lebak Siliwangi sebesar 30 persen mengatakan pernah mengikuti kegiatan penghijauan yang diadakan oleh kelembagaan partisipatoris, sementara 70 persen lainnya mengatakan tidak pernah mengikuti kegiatan penghijauan tersebut. Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa partisipasi warga dalam setiap kegiatan penghijauan yang diadakan oleh kelembagaan partisipatoris masih sangat rendah. Namun hal ini dapat dijelaskan dengan alasan sebagai berikut. “Sebenarnya setiap akan diadakan kegiatan penghijauan, kami selalu mensosialisasikannya kepada warga setempat, hal ini biasa kami lakukan dalam upaya penyadaran warga, namun yang terjadi adalah warga yang datang hanya segelintir. Walaupun begitu kegiatan penghijauan masih tetap dilaksanakan oleh warga asli Cikapundung yang merupakan anggota 0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00 90.00 Mengikuti Tidak Mengikuti 16.67 83.33 30 70 Kelurahan Dago CRP Kelurahan Lebak Siliwangi Zero komunitas, jadi, warga yang tidak tergabung dalam keanggotaan komunitas berdalih sudah banyak orang yang membantu kegiatan penghijauan tersebut sehingg a tidak perlu datang” Arf, 46 thn, Anggota Komunitas CRP. Rata-rata responden yang mengikuti kegiatan penghijauan dikarenakan kesadaran akan ruang terbuka hijau saat ini yang sudah sangat memprihatinkan. Responden di kedua lokasi penelitian mengaku bahwa dalam setiap kegiatan penghijauan baik yang diadakan oleh komunitas CRP dan komunitas Zero senantiasa selalu mengajak warga untuk turut berperan serta dan melakukan aksi penghijauan langsung di tempat. Untuk Kelurahan Dago, rata-rata penghijauan yang dilakukan lima hingga sepuluh kali dalam satu tahun. Sementara untuk di Kelurahan Lebak Siliwangi frekuensi kegiatan penghijauan lebih rendah dibandingkan dengan di Kelurahan Dago dimana responden menjawab penghijauan yang dilakukan di daerahnya hanya sebanyak tiga hingga tujuh kali dalam satu tahun. Selanjutnya pada Gambar 6.12 memperlihatkan apakah kegiatan penghijauan yang diadakan oleh kelembagaan partisipatoris dapat memicu kegiatan yang serupa di dua lokasi penelitian. Gambar 6.12 Pengaruh Kegiatan Kelembagaan Partisipatoris Terhadap Kegiatan Penghijauan di Daerah Warga, Sub DAS Cikapundung, Jawa Barat, 2011 0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00 90.00 Memicu Kegiatan Penghijauan Tidak Memicu Kegiatan Penghijauan 16.67 83.33 76.67 23.33 Kelurahan Dago CRP Kelurahan Lebak Siliwangi Zero Pada Gambar 6.12 diperlihatkan bahwa kegiatan penghijauan yang dilakukan oleh kelembagaan partisipatoris kurang memicu kegiatan serupa di Kelurahan Dago dimana responden yang menyatakan kegiatan penghijauan yang diadakan oleh komunitas CRP memicu kegiatan serupa di daerahnya hanya sebesar 16,67 persen. Berbeda halnya dengan Kelurahan Lebak Siliwangi dimana responden menjawab 76,67 persen kegiatan-kegiatan komunitas Zero memicu dan menginisiasi warga untuk melakukan kegiatan serupa di daerahnya. Berikut pernyataan responden dari kedua kelurahan yang berbeda. “Memang lokasi kita dekat dengan sekret komunitas CRP dan juga setelah adanya komunitas CRP disini, kegiatan penghijauan semakin banyak, tapi tidak terlalu berpengaruh terhadap warga di sini, sama keadaanya seperti dahulu, biasa- biasa aj” Rka, 30 thn, Ketua RT 02RW 01, Kelurahan Dago. Menurut salah seorang anggota komunitas CRP yang juga merupakan warga RT 02RW 01, walaupun dengan adanya keberadaan komunitas CRP di lingkungannya berpengaruh terhadap kelestarian Sungai Cikapundung dan ruang terbuka hijau, namun partisipasi warga RT 02RW 01 di hampir setiap kegiatan lingkungan yang diadakan oleh komunitas CRP sangat rendah. Selain solidaritas yang tidak begitu kuat, warga RT 02RW 01 memang memiliki permasalahan dengan komunitas CRP terkait persoalan septic tank komunal. Kegiatan-kegitan komunitas CRP lebih banyak diminati dan digemari oleh anak remaja dibandingkan oleh orang dewasa di RT 02 RW 01. Umumnya remaja-remaja tersebut merupakan remaja yang telah putus sekolah serta tidak memiliki pekerjaan apapun. Remaja-remaja tersebut sangat membantu anggota komunitas CRP dalam mengambil sampah-sampah dari sungai dan sebagai tenaga tambahan dalam setiap kegiatan yang diadakan oleh komunitas. Berbeda dengan pernyataan salah seorang warga RT 03RW 08 Kelurahan Lebak Siliwangi dimana sudah mulai terlihat perubahan sikap dan perilaku warganya dalam kegiatan penghijauan. “Sekarang setelah adanya komunitas Zero banyak perubahan yang terjadi, dahulu di RT 03 jarang sekali warga yang manaman tanaman di depan rumahnya, karena disini sudah tidak ada tanah atau halaman yang dapat ditanam, tetapi sekarang hal tersebut sudah disiasati dengan menggunakan pot-pot. coba saja lihat di sepanjang jalan RT 03 semua warga menanam pot di depan rumahnya agar tidak lagi gersang” Hrd, 35 thn, Ketua RT 03RW 08 Kelurahan Lebak Siliwangi, Kecamatan Coblong. Penanaman tumbuhan hijau dengan menggunakan pot tersebut merupakan instruksi langsung yang diberikan ketua RW 08 yang juga merupakan ketua komunitas Zero kepada seluruh warganya khususnya warga RT 03RW 08. Selanjutnya berikut disajikan data mengenai partisipasi warga dalam setiap kegiatan penghijauan atau penanaman pohon di daerahnya yang dikategorikan menjadi empat kategori yaitu selalu melakukan kegiatan penghijauan di daerahnya, kadang-kadang saja mengikuti penghijauan, jarang mengikuti kegiatan penghijauan, dan terakhir tidak pernah mengikuti kegiatan penghijauan di daerahnya. Gambar 6.13 Partisipasi Warga dalam Kegiatan Penghijauan, Sub DAS Cikapundung, Bandung, Jawa Barat, 2011 Gambar 6.13 memperlihatkan bahwa partisipasi warga di kedua kelurahan dalam setiap kegiatan penghijauan dapat dikatakan tergolong rendah dimana sebanyak 56,67 persen warga Kelurahan Dago menjawab tidak pernah ikut kegiatan penghijauan atau penanaman pohon di daerahnya, sementara 30 persen lainnya menjawab jarang dan 13,33 persen lainnya menjawab kadang-kadang saja mengikuti kegiatan penghijauan. Untuk Kelurahan Lebak Siliwangi responden 10 20 30 40 50 60 Selalu Kadang-Kadang Jarang Tidak Pernah 13.33 30 56.67 6.67 20 50 23.33 Kelurahan Dago CRP Kelurahan Lebak Siliwangi Zero yang menjawab tidak pernah mengikuti kegiatan penghijauan di daerahnya yaitu sebanyak 23,33 persen, menjawab jarang sebesar 50 persen, kadang-kadang sebesar 20 persen dan yang menjawab selalu sebesar 6,67 persen. Dapat disimpulkan bahwa partisipasi warga yang berlokasi sudah ke tengah Sungai Cikapundung lebih baik dalam kegiatan penghijauan dibandingkan dengan warga di Kelurahan Dago yang berada di daerah hulu dan masih memiliki banyak lahan kosong. Hal ini dikaitkan kembali dengan rasa solidaritas dan gotong royong diantara warga di setiap kelurahan. Umumnya warga di Kelurahan Lebak Siliwangi yang sudah memasuki kawasan tengah Sungai Cikapundung memiliki rasa solidaritas dan gotong royong yang lebih kuat dibandingkan dengan warga di Kelurahan Dago yang merupakan kawasan hulu Sungai Cikapundung, diakarenakan para elit politik seperti RT, RW, komunitas, karang taruna dan lain sebagainya saling bekerjasama dalam setiap permasalahan lingkungan yang muncul di daerahnya. Kegiatan pemeliharaan pepohonan atau tanaman hijau di kedua kelurahan dikategorikan menjadi dua kategori yaitu sangat baik dan kurang baik. Berikut disajikan kondisi kegiatan pemeliharaan pepohonan atau tanaman hijau di daerah warga di dua lokasi penelitian pada Gambar 6.14. Gambar 6.14 Kegiatan Pemeliharaan PepohonanTanaman Hijau di Daerah Warga, Sub DAS Cikapundung, Bandung, Jawa Barat, 2011 10 20 30 40 50 60 70 80 90 Baik Kurang Baik 90 10 30 70 Kelurahan Dago CRP Kelurahan Lebak Siliwangi Zero Pada Gambar 6.14 kegiatan pemeliharaan pepohonan atau tanaman hijau di Kelurahan Dago lebih baik dibandingkan dengan kegiatan pemeliharaan pepohonan atau tanaman hijau di Kelurahan Lebak Siliwangi, dimana 90 persen responden menjawab baik dalam kegiatan pemeliharaan pepohonan atau tanaman hijau di daerahnya. Sementara di Kelurahan Lebak Siliwangi sebesar 70 persen responden menyatakan pemeliharaan pepohonan atau tanaman hijau di daerahnya kurang baik. Berbeda dengan warga RT 02 RW 01 Kelurahan Dago yang tempat tinggal sebagian warganya berjarak dekat dengan area penanaman pohon dan tumbuhan hijau. Warga RT 03RW 08 Kelurahan Lebak Siliwangi tidak memiliki lahan tempat untuk menanam pohon, jika komunitas atau warga melakukan kegiatan penanaman bibit pohon maka itu kembali dilakukan di taman hutan kota Lebak Siliwangi, sehingga tempat pemeliharaan pepohonan atau tumbuhan hijau memiliki jarak yang cukup jauh dari pemukiman warga RT 03 RW 08 Kelurahan Lebak Siliwangi. Selanjutnya, berikut kegiatan penanaman pohon atau tanaman hijau di pekarangan responden di dua lokasi penelitian setelah adanya kegiatan kelembagaan partisipatoris. Gambar 6.15 Kegiatan Penanaman PohonTanaman Hijau di Pekarangan Warga, Sub DAS Cikapundung, Bandung, Jawa Barat, 2011 0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00 Menanam Tidak Menanam 26.67 73.33 36.67 63.33 Kelurahan Dago CRP Kelurahan Lebak Siliwangi Zero Pada Gambar 6.15 sebanyak 26,67 persen responden di Kelurahan Dago menjawab menanam pepohonan atau tanaman hijau di daerah pekarangan rumahnya, sisanya sebanyak 73,33 persen responden tidak memelihara atau menanam tanaman hijau di pekarangan rumahnya. Untuk kegiatan menanam pohon atau tanaman hijau di pekarangan rumah sebanyak 36,67 persen responden Kelurahan Lebak Siliwangi melakukan penanaman di pekarangan rumahnya dan sebanyak 63,33 persen responden tidak melakukan penanaman tanaman hijau atau pepohonan di pekarangan rumahnya. Rata-rata warga RT 03RW 08 Kelurahan Lebak Siliwangi yang menanam tumbuhan hijau di pekarangan rumahnya adalah warga yang rumahnya menghadap langsung ke jalan raya dan tidak berada di dalam gang-gang kecil, dimana responden yang tinggal di dalam gang kecil mengaku tidak memiliki lahan yang cukup bahkan hanya untuk menyimpan pot. Warga RT 02RW 01 Kelurahan Dago secara kasat mata melihat memang jarang sekali ada yang menanam tumbuh-tumbuhan atau tanaman hias di pekarangannya. Selanjutnya, berikut diperlihatkan tanggapan mengenai kehadiran responden di dua lokasi penelitian dalam kegiatan penghijauan atau penananaman pohon. Gambar 6.16 Kehadiran Warga dalam Kegiatan PenghijauanPenanaman Pohon di Daerahnya, Sub DAS Cikapundung, Bandung, Jawa Barat, 2011 0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00 90.00 100.00 Penting Sekali Tidak Begitu Penting 6.67 93.33 13.33 86.67 Kelurahan Dago CRP Kelurahan Lebak Siliwangi Zero Pada Gambar 6.16 responden Kelurahan Dago yang menyatakan bahwa kehadirannya dalam kegiatan penghijauan atau penanaman pohon penting sekali sebesar 6,67 persen, sedangkan untuk responden di Kelurahan Lebak Siliwangi sebesar 13,33 persen. Persentase di atas menunjukkan bahwa responden di dua kelurahan belum mengangggap kehadirannya penting dalam setiap kegiatan penghijauan di daerahnya. Responden mengaku, ada atau tidak ada dirinya dalam setiap kegiatan penghiijauan tidak akan mempengaruhi kegiatan penghijaun itu sendiri, para responden menganggap cukup anggota kelembagaan partisipatorislah yang wajib hadir dalam kegiatan penghijauan tersebut. Setiap kegiatan penghijauan, perencanaan penghijauan umumnya dilakukan oleh kelembagaan partisipatoris Sungai Cikapundung terlebih dahulu yang masih merupakan warga asli Cikapundung. Responden yang mengikuti kegiatan sosialisasi penghijauan mengaku bahwa pengetahuannya bertambah antara lain mengenai jenis-jenis pohon yang biasa ditanam yang juga dapat dimanfaatkan secara langsung oleh warga, cara penanaman pohon yang baik dan benar, serta cara perawatan pohon yang telah ditanam agar tumbuh dan tidak cepat mati.

6.4 Tingkat Keterlibatan Warga dalam Kegiatan Gotong Royong