Pada Gambar 6.16 responden Kelurahan Dago yang menyatakan bahwa kehadirannya dalam kegiatan penghijauan atau penanaman pohon penting sekali
sebesar 6,67 persen, sedangkan untuk responden di Kelurahan Lebak Siliwangi sebesar 13,33 persen. Persentase di atas menunjukkan bahwa responden di dua
kelurahan belum mengangggap kehadirannya penting dalam setiap kegiatan penghijauan di daerahnya. Responden mengaku, ada atau tidak ada dirinya dalam
setiap kegiatan penghiijauan tidak akan mempengaruhi kegiatan penghijaun itu sendiri, para responden menganggap cukup anggota kelembagaan partisipatorislah
yang wajib hadir dalam kegiatan penghijauan tersebut. Setiap kegiatan penghijauan, perencanaan penghijauan umumnya dilakukan oleh kelembagaan
partisipatoris Sungai Cikapundung terlebih dahulu yang masih merupakan warga asli Cikapundung. Responden yang mengikuti kegiatan sosialisasi penghijauan
mengaku bahwa pengetahuannya bertambah antara lain mengenai jenis-jenis pohon yang biasa ditanam yang juga dapat dimanfaatkan secara langsung oleh
warga, cara penanaman pohon yang baik dan benar, serta cara perawatan pohon yang telah ditanam agar tumbuh dan tidak cepat mati.
6.4 Tingkat Keterlibatan Warga dalam Kegiatan Gotong Royong
Kegiatan gotong royong merupakan salah satu kegiatan yang begitu penting karena selain menjaga kebersihan lingkungan secara bersama-sama,
kegiatan gotong royong pun dapat mempererat ikatan kekeluargaan diantara warganya. Hal inilah yang sedang dibangun kembali oleh kelembagaan
partisipatoris sungai dimana mereka senantiasa mengajak warganya untuk selalu peduli dengan kebersihan lingkungan khususnya kelestarian Sungai Cikapundung.
Kegiatan-kegiatan seperti bersih-bersih sungai pun kini selalu disisipkan oleh kelembagaan partisipatoris dalam setiap agenda gotong royong atau kebersihan
lingkungan. Berikut pengaruh adanya kegiatan kelembagaan partisipatoris terhadap kegiatan gotong royong di daerah warga.
Gambar 6.17 Pengaruh Kelembagaan Partisipatoris, Sub DAS Cikapundung, Bandung, Jawa Barat, 2011
Gambar 6.17 memperlihatkan dengan adanya kegiatan kelembagaan partisipatoris di Sungai Cikapundung dapat memicu kegiatan gotong royong
khususnya di Kelurahan Lebak Siliwangi dimana sebesar 100 persen responden menjawab kegiatan-kegiatan kelembagaan partisipatoris telah memicu kegiatan
gotong royong di daerahnya. Berbeda halnya dengan Kelurahan Dago yang berlokasi di hulu Sungai Cikapundung, dimana 93,33 persen responden menjawab
adanya kelembagaan partisipatoris tidak mempengaruhi atau sama sekali tidak memicu adanya kegiatan gotong royong di daerahnya, hal ini dikarenakan ketua
RT maupun RW serta komunitas CRP di Kelurahan Dago tidak mengagendakan kegiatan gotong royong secara rutin bersama warga setempat, dimana kegiatan-
kegiatan lingkungan terutama terkait kelestarian Sungai Cikapundung hanya dilimpahkan kepada anggota komunitas CRP saja. Berbeda halnya dengan asas
gotong royong di Kelurahan Lebak Siliwangi yang sebelumnya telah lama ada, setelah adanya komunitas Zero, kegiatan semacam gotong semakin gencar
dilaksanakan atas inisiatif warga sendiri. Sebelumnya, di Kelurahan Lebak Siliwangi tidak ada semacam komunitas-komunitas pegiat lingkungan, namun
setelah masuknya komunitas CRP ke daerah Lebak Siliwangi, kini sudah ada beberapa komunitas pegiat sungai di Kelurahan Lebak Siliwangi. Dari delapan
0.00 10.00
20.00 30.00
40.00 50.00
60.00 70.00
80.00 90.00
100.00
Memicu Kegiatan Gotong Royong
Tidak Memicu Kegiatan Gotong Royong
6.67 93.33
100
0.00
Kelurahan Dago CRP Kelurahan Lebak Siliwangi Zero
RW di Kelurahan Lebak Sliwangi kini telah ada lima komunitas pegiat Sungai Cikapundung dengan berbagai nama yang berbeda yang ditempatkan di beberapa
RW. Berikut frekuensi kegiatan gotong royong di dua lokasi penelitian sebelum dan setelah adanya kelembagaan partisipatoris Sungai Cikapundung sebagaimana
Gambar 6.18 di bawah ini:
Gambar 6.18 Kegiatan Gotong Royong di Daerah Warga Sebelum dan Setelah Adanya Kelembagaan Partisipatoris, Sub DAS Cikapundung,
Bandung, Jawa Barat, 2011
Kegiatan gotong royong sebelum adanya kelembagaan partisipatoris Sungai Cikapundung di Kelurahan Dago umumnya dilakukan secara insidentil
dimana responden menjawab sebesar 83,33 persen, sisanya sebesar 20 persen responden menjawab bahwa gotong royong di daerahnya dilakukan secara
berkala. Untuk Kelurahan Lebak Siliwangi responden yang menjawab gotong royong di daerahnya dilakukan secara insidentil sebesar 63,33 persen dan yang
menjawab berkala ada sebanyak 37 persen. Setelah adanya kegiatan kelembagaan partisipatoris di Sungai Cikapundung terjadi perubahan frekuensi kegiatan gotong
royong dimana dimana 100 persen responden di RT 03 RW 08 Kelurahan Lebak Siliwangi menjawab bahwa kegiatan gotong royong di daerahnya dilakukan
secara rutin yaitu seminggu sekali tepatnya dilaksanakan pada hari sabtu pagi.
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
Berkala Insidentil
Rutin Berkala
Insidentil Sebelum Adanya
Kelembagaan Partisipatoris
Setelah Adanya Kelembagaan Partisipatoris
20 83.33
26.67 73.33
37 63
100
Kelurahan Dago CRP Kelurahan Lebak Siliwangi Zero
Berbeda dengan Kelurahan Dago yang hampir tidak ada perubahan dari sebelum adanya kegiatan kelembagaan partisipatoris, dimana sebanyak 73,33 persen
responden menyatakan kegiatan gotong royong di daerahnya bersifat insidentil dan sebesar 26,67 persen menjawab gotong royong dilakukan secara berkala
hanya menjelang hari-hari besar saja. Berikut pernyataan salah seorang anggota komunitas Zero di Kelurahan Lebak Siliwangi yang juga warga asli RT 03RW
08.
“Dahulu kegiatan gotong royong di sini diadakan hanya jika menjelang hari-hari besar saja, seperti puasa, 17 agustus, atau hanya jika ada masalah
lingkungan seperti saluran-saluran yang tersumbat oleh sampah-sampah yang datang dari hulu sungai dan sebagainya. Namun saat ini, kegiatan
gotong royong setelah adanya komunitas Zero menjadi bervariasi dimana kegiatan bersih-bersih kali menjadi agenda utama, jadwal gotong royong
disni pun rutin menjadi seminggu sekali yaitu pada hari sabtu atau
minggu”Aan, 33 thn, Humas Zero.
Partisipasi responden dalam setiap kegiatan gotong royong dikategorikan menjadi empat kategori yaitu selalu, kadang-kadang, jarang dan tidak pernah,
berikut persentase warga yang mengikuti kegiatan gotong royong di daerahnya dipaparkan dalam Gambar 6.19.
Gambar 6.19 Partisipasi Warga dalam Kegiatan Gotong Royong, Sub DAS Cikapundung, Bandung, Jawa Barat, 2011
10 20
30 40
50 60
Selalu Kadang-Kadang
Jarang Tidak Pernah
30 23.33
40
6.67 23.33
56.67
20
Kelurahan Dago CRP Kelurahan Lebak Siliwangi Zero
Pada Gambar 6.19 partisipasi responden dalam kegiatan gotong royong di dua lokasi penelitian tidaklah jauh berbeda dimana sebesar 30 persen responden di
Kelurahan Dago menjawab selalu mengikuti kegiatan gotong royong di daerahnya, sementara 23,33 persen lainnya menjawab kadang-kadang saja
mengikuti kegiatan gotong royong, 40 persen lainnya menjawab jarang mengikuti kegiatan gotong royong dan 6,67 persen responden menyatakan tidak pernah
mengikuti kegiatan gotong royong di daerahnya. Untuk tingkat partisipasi di Kelurahan Lebak Siliwangi, responden yang menjawab selalu dalam setiap
kegiatan gotong royong sebesar 23,33 persen, kadang-kadang sebesar 56,67 persen dan menjawab jarang sebesar 20 persen. Ketidakhadiran responden di dua
lokasi penelitian memiliki berbagai macam alasan, namun pada umumnya dua alasan responden tidak mengikuti kegiatan gotong royong adalah karena
disibukkan dengan pekerjaannya serta berbagai acara keluarga sehingga berbentrokan dengan waktu dilaksanakannya gotong royong dan juga karena
masalah informasi dimana banyak warga yang tidak tahu bahwa akan diadakan kegiatan gotong royong di daerahnya. Berikut alasan responden yang mengikuti
kegiatan gotong royong di daerahnya, adalah sebagai berikut:
Gambar 6.20 Alasan Warga Mengikuti Kegiatan Gotong Royong, Sub DAS Cikapundung, Bandung, Jawa Barat, 2011
10 20
30 40
50 60
70 80
Menjaga Kebersihan Lingkungan serta
Menghindari Penyakit
Agar Lingkungan Terlihat Bersih dan
Indah Ikut-Ikutan
Tetangga 70
30 73.33
20 6.67
Kelurahan Dago CRP Kelurahan Lebak Siliwangi Zero
Pada Gambar 6.20 sebesar 70 persen responden di Kelurahan Dago menjawab bahwa mereka mengikuti kegiatan gotong royong adalah untuk
menjaga kebersihan lingkungannya serta agar terhindar dari berbagai penyakit yang dapat ditimbulkan dari sampah yang tidak dibersihkan, sisanya sebesar 30
persen responden menjawab alasan mereka mengikuti kegiatan gotong royong adalah agar lingkungan terlihat bersih dan indah saja. Responden Kelurahan
Lebak Siliwangi yang mengikuti kegiatan gotong royong dengan alasan untuk menjaga kebersihan lingkungan serta terhindar dari penyakit sebesar 73,33 persen,
yang menjawab agar lingkungan terlihat bersih, nyaman dan indah ada sebesar 20 persen, dan yang hanya ikut-ikutan tetangga sebesar 6,67 persen. Salah satu
pernyataan responden warga Kelurahan Lebak Siliwangi yang mengikuti kegiatan gotong royong dengan alasan mengikuti tetangganya adalah sebagai berikut.
“Saya mengikuti kegiatan gotong-royong jika teman-teman saya yang lainnya juga ikut, bila hanya saya sendiri saja yang ikut, saya tidak
mau ”Jun, 52 thn.
Pada umumnya warga di dua kelurahan sudah sangat mengetahui manfaat dan pentingnya kegiatan gotong royong diadakan di daerahnya. Namun dalam
kenyataannya masih saja terdapat warga yang tidak ikut berpartisipasi dalam kegiatan gotong-royong tersebut. Selanjutnya, dipaparkan bagaimana pandangan
serta tanggapan responden terhadap kegiatan gotong royong di daerahnya.
Gambar 6.21 Tanggapan Warga Terhadap Kegiatan Gotong Royong di Daerahnya, Sub DAS Cikapundung, Bandung, Jawa Barat, 2011
Responden di Kelurahan Dago yang menyatakan kegiatan gotong royong di daerahnya baik ada sebesar 36,67 persen, dan yang menyatakan kurang baik
sebesar 63,33 persen. Sementara di Kelurahan Lebak Siliwangi responden yang menyatakan kegiatan gotong royong di daerahnya sangat baik ada sebesar 30
persen, serta yang menyatakan baik sebesar 70 persen. Dari persentase di atas terlihat bahwa pandangan responden terhadap kegiatan gotong royong di
daerahnya jauh lebih baik di Kelurahan Lebak Siliwangi dibandingkan dengan kegiatan gotong royong di Kelurahan Dago. Hal ini terjadi karena kegiatan gotong
royong di Kelurahan Dago diadakan hanya pada saat-saat tertentu saja atau bersifat insidentil. Komunitas CRP dan komunitas Zero yang berada di dua lokasi
penelitian selalu melakukan aksi bersih-bersih Sungai Cikapundung, hal ini diterapkan komunitas sebagai salah satu bentuk kegiatan gotong royong bersama-
sama dengan warga. Berikut partisipasi warga dalam kegiatan bersih-bersih sungai yang biasanya dilakukan secara rutin setiap hari oleh komunitas.
10 20
30 40
50 60
70
Sangat Baik Baik
Kurang Baik 36.67
63.33
30 70
0.00
Kelurahan Dago CRP Kelurahan Lebak Siliwangi Zero
Gambar 6.22 Partisipasi Warga dalam Kegiatan Bersih-Bersih Sungai, Sub DAS Cikapundung, Bandung, Jawa Barat, 2011
Gambar 6.22 memperlihatkan bahwa sebesar tujuh persen responden di Kelurahan Dago menjawab kadang-kadang saja mengikuti kegiatan bersih-bersih,
responden yang menjawab jarang sebesar 20 persen dan yang tidak pernah sama sekali mengikuti kegiatan bersih-bersih sungai yaitu 73,33 persen. Responden di
Kelurahan Lebak Siliwangi yang selalu mengikuti kegiatan bersih-bersih sungai, sebesar 13,33 persen, 23,33 persen menjawab kadang-kadang saja mengikuti
kegiatan bersih-bersih sungai, 20 persen lainnya menjawab jarang dan sebesar 43,33 persen mengaku tidak pernah mengikuti kegiatan bersih-bersih sungai di
daerahnya. Persentase yang rendah di dua kelurahan ini terjadi karena kegiatan bersih-bersih sungai merupakan kegiatan yang wajib dilaksanakan hanya bagi
anggota komunitas CRP dan komunitas Zero saja. Bagi warga biasa kegiatan bersih-bersih sungai bukan merupakan hal yang wajib diikuti dalam setiap
kegiatan gotong royong serta pada umumnya kegiatan bersih-bersih atau susur sungai kebanyakan dilakukan oleh bapak-bapak dan para pemuda. Hal ini
sebagaimana pernyataan humas komunitas Zero.
“Jadi sebenarnya, kegiatan susur sungai ini hanya diwajibkan kepada para anggota komunitas saja, biasanya anggota komunitas yang sudah beberapa kali
10 20
30 40
50 60
70 80
Selalu Kadang-Kadang
Jarang Tidak Pernah
7 20
73.33
13.33 23.33
20 43.33
Kelurahan Dago CRP Kelurahan Lebak Siliwangi Zero
absen dari kegiatan susur sungai akan mendapat teguran atau sanksi, namun dalam kegiatan gotong royong kami selalu mengajak bapak-bapak dan para
pemuda untuk turut serta dalam kegiatan ini. Memang warga disini masih merasa jijik untuk turun langsung ke sungai karena warna air sungainya yang
coklat keruh, namun jika terus menerus dibiasakan maka lama-kelamaan warga akan ketagihan untuk ikut susur sungai lagi
”Adr, 33 thn
Baik komunitas CRP dan komunitas Zero senantiasa mengajak warga khususnya para ibu-ibu agar turut serta berpartisipasi dalam kegiatan susur
sungai. Biasanya para ibu-ibu rumah tangga yang tidak turun ke sungai menyiapkan makanan dan minuman untuk disuguhkan kepada para pemuda dan
kepada bapak-bapak yang baru pulang dari kegiatan susur sungai. Selain perubahan perilaku pada warga yang tidak lagi membuang sampah ke Sungai
Cikapundung, adanya kelembagaan partisipatoris membuat para warga RT 03RW 08 menjadi lebih memperhatikan keberadaan dan keberfungsian Sungai
Cikapundung, hal ini dikarenakan setiap selesai melakukan monitoring, bersih- bersih ataupun hanya sekedar bermain di Sungai Cikapundung, banyak warga
yang antusias melihat, atau sekedar menunggu kepulangan suami atau anak-anak mereka yang turut ikut turun ke Sungai Cikapundung. Sebagaimana penuturan
Ketua RT 03RW 08 Kelurahan Lebak Siliwangi, Kecamatan Coblong.
“Setiap Bapak RW bersama komunitas Zero pulang sore setelah melakukan monitoring Sungai Cikapundung dengan menggunakan boat atau ban, di
sepanjang jembatan kuning ini, pasti warga RW 08 sudah banyak yang menunggu mulai dari ibu-ibu, nenek-nenek, bapak-bapak, anak muda hingga
anak kecil semuanya bersorak. Hal ini termasuk salah satu bentuk penyadaran terhadap warga secara tidak langsung dan bentuk perhatian warga terhadap
Sungai Cikapundung” Hrd, 35 tahun, Ketua RT 03RW 08 Kelurahan Lebak Siliwangi, Kecamatan Coblong.
Menurut penuturan Bpk Hrd adanya kelembagaan partisipatoris telah membawa kebiasaan baru yang positif bagi warga RW 08 khususnya warga RT
03 Kelurahan Lebak Siliwangi.
“Dahulu anak-anak sering meminta uang kepada orang tuanya untuk bermain game online di warung internet, namun kini mereka sudah jarang
meminta uang lagi karena kini mereka sibuk bermain di Sungai Cikapundung. Hal ini sangat positif karena bila mereka sudah tumbuh besar nanti,
merekalah yang menjadi penerus untuk mengurus dan memelihara Sungai
Cikapundung secara turun temurun agar tetap digiatkan ” Hrd, 35 tahun,
Ketua RT 03RW 08 Kelurahan Lebak Siliwangi, Kecamatan Coblong.
Untuk mengetahui seberapa sering kegiatan bersih-bersih di Sungai Cikapundung, berikut disajikan frekuensi diadakannya bersih-bersih sungai
menurut responden di dua lokasi penelitian.
Gambar 6.23 Frekuensi Diadakannya Kegiatan Bersih-Bersih Sungai di Daerah Warga, Sub DAS Cikapundung, Bandung, Jawa Barat, 2011
Pada Gambar 6.23 sebesar 93,33 persen responden Kelurahan Dago menyatakan selalu terdapat kegiatan bersih-bersih sungai di daerahnya, dan 6,67
persen lainnya mengatakan kadang-kadang saja kegiatan bersih-bersih sungai diadakan. Sementara di Kelurahan Lebak Siliwangi sebesar 66,67 persen
responden mengatakan selalu ada kegiatan bersih-bersih sungai setiap hari dan setiap minggu di daerahnya, 30 persen responden lainnya mengatakan hanya
kadang-kadang saja, dan sebesar tiga persen responden di Kelurahan Lebak Siliwangi menjawab jarang ada kegiatan bersih-bersih sungai di daerahnya.
Walaupun responden di Kelurahan Dago pada umumnya menjawab selalu ada kegiatan bersih-bersih di sungai namun warganya sendiri jarang mengikuti
kegiatan bersih-bersih sungai tersebut. Kegiatan bersih-bersih sungai di Kelurahan
0.00 10.00
20.00 30.00
40.00 50.00
60.00 70.00
80.00 90.00
100.00
Selalu Kadang-Kadang
93.33
6.67 66.67
30
Kelurahan Dago CRP Kelurahan Lebak Siliwangi Zero
Lebak Siliwangi yang selama ini dilakukan oleh komunitas Zero berubah menjadi kegiatan monitoring sungai. Hal tersebut sebagaimana dinyatakan oleh salah satu
anggota komunitas Zero Wwn, 40 thn.
“Pada masa awal terbentuknya komunitas Zero, kita memang benar-benar membersihkan Sungai Cikapundung, namun setelah warga disini sudah tidak
membuang sampah lagi ke sungai dan di hulu pun sudah lumayan bersih. Kegiatan bersih-bersih sungai pun berubah menjadi kegiatan monitoring
sungai untuk melihat dan memantau siapa saja warga atau industri yang masih membuang sampah atau limbahnya
ke Sungai Cikapundung” Wwn, 40 thn.
Setiap kegiatan gotong royong baik itu di Kelurahan Dago maupun Kelurahan Lebak Siliwangi, membutuhkan peralatan untuk digunakan warga
dalam kegiatan gotong-royong ataupun bersih-bersih sungai, peralatan tersebut merupakan hasil swadaya warga. Penelitian ini juga mengukur tingkat partisipasi
responden dalam kegiatan rapat-rapat, perbaikan dan pemeliharaan lingkungan di dua kelurahan setelah adanya kelembagaan partisipatoris, sebagaimana disajikan
pada Gambar 6.24.
Gambar 6.24 Partisipasi Warga dalam Rapat-Rapat Perbaikan dan Pemeliharaan Lingkungan Setelah Adanya Kelembagaan Partisipatoris Sub DAS
Cikapundung, Bandung, Jawa Barat, 2011
5 10
15 20
25 30
35 40
45
Selalu Kadang-Kadang
Jarang Tidak Pernah
7 16.67
43 33.33
23.33
6.67 27
43
Kelurahan Dago CRP Kelurahan Lebak Siliwangi Zero
Pada Gambar 6.24 terlihat responden di Kelurahan Dago yang selalu mengikuti kegiatan rapat-rapat perbaikan dan pemeliharaan lingkungan sebesar
tujuh persen, yang menjawab kadang-kadang sebesar 16,67 persen, menjawab jarang sebesar 43 persen dan yang tidak pernah ikut kegiatan rapat-rapat
perbaikan dan pemeliharaan lingkungan sebesar 33,33 persen. Responden Kelurahan Lebak Siliwangi yang mengikuti kegiatan rapat-rapat perbaikan dan
pemeliharaan lingkungan jumlahnya lebih tinggi dibandingkan dengan Kelurahan Dago yaitu sebesar 23,33 persen sementara yang menjawab kadang-kadang hanya
sebesar 6,67 persen dan yang menjawab jarang sebesar 27 persen, terakhir responden yang tidak pernah mengikuti kegiatan rapat-rapat perbaikan dan
pemeliharaan sungai ada sebesar 43 persen lebih tinggi daripada jumlah responden di Kelurahan Dago. Kegiatan rapat ini dilakukan bila terjadi
permasalahan lingkungan di kedua daerah, terjadinya perbedaan partisipasi diantara kedua kelurahan disebabkan oleh para pemangku kepentingan serta
lembaga yang berlaku di masyarakat. Bila dilihat ketua RT 03 dan RW 08 serta lembaga masyarakat yang berada di Kelurahan Lebak Siliwangi cenderung lebih
solid dibandingkan dengan yang ada di RT 02 RW 01 Kelurahan Dago. Dalam kegiatan gotong royong biasanya diperlukan sumberdaya yang
dapat menunjang keberlangsungan perbaikan dan pemeliharaan lingkungan, sumberdaya tersebut bisa berbentuk tenaga, materi, serta pikiran. Selanjutnya
disajikan bentuk sumbangan yang diberikan responden penelitian dalam kegiatan perbaikan dan pemeliharaan lingkungan di daerahnya.
Gambar 6.25 Bentuk Sumbangan Warga dalam Kegiatan Perbaikan dan Pemeliharaan Lingkungan, Sub DAS Cikapundung, Bandung, Jawa
Barat, 2011
Umumnya sumbangan yang diberikan responden di Kelurahan Dago berupa pemikiran, uangmateri dan tenaga yaitu sebesar 33,33 persen, sumbangan
uang dan tenaga sebesar 40 persen, serta responden yang hanya menyumbang uangmateri dan tenaga sebesar 27 persen. Untuk Kelurahan Lebak Siliwangi
responden yang menyumbangkan pemikiran dan uangmateri serta tenaga sebanyak 36,67 persen jauh lebih besar dibandingkan dengan sumbangan
responden Kelurahan Dago, sedangkan untuk responden yang menyumbangkan uangmateri dan tenaga ada sebesar 23,33 persen, terakhir responden yang hanya
menyumbangkan uangmateri dalam kegiatan perbaikan dan pemeliharaan jumlahnya jauh lebih besar dibandingkan dengan jumlah responden di Kelurahan
Dago yaitu sebesar 40 persen. Warga RT 03 RW 08 mengaku setelah adanya kegiatan bersih-bersih
setiap hari sabtu dan minggu maka semangat untuk bergotong royong lebih terasa, tidak seperti dahulu dimana kegiatan gotong-royong waktunya tidak menentu dan
bersifat berkala ataupun insidental. Setelah adanya komunitas Zero banyak diadakan kegiatan-kegiatan yang memperkuat solidaritas antar warga, salah
satunya pertandingan olahraga antar RT.
5 10
15 20
25 30
35 40
Pemikiran, Tenaga, Materi
Tenaga, Materi Uang
33 40
27 36.67
23.33 40
Kelurahan Dago CRP Kelurahan Lebak Siliwangi Zero
“Dahulu jarang diadakan kegiatan-kegiatan informal di RT atau RW, namun setelah adanya komunitas Zero di sini, banyak kegiatan-kegiatan yang
memperkuat solidaritas warga seperti pertandingan olahraga antar RT, gotong-royong sabtu-minggu, hal ini membuat daerah kamu lebih ramai dan
semarak
”Eti, 27 tahun.
Dengan adanya komunitas-komunitas pegiat sungai di setiap RW nya khususnya RW di bantaran Sungai Cikapundung, maka hal ini dapat
mengembangkan dan memperkuat komunitas atau lembaga-lembaga masyarakat yang telah ada sebelumnya.
6.5 Ikhtisar