11 Ketiga, dari kondisi di atas diperlukan aturan-aturan yang memungkinkan untuk
mengatur eksploitasi sumberdaya air agar lebih efisien dan berkelanjutan. Penelitian yang dilakukan oleh Acharya dan Barbier 2000 di Nigeria,
mengindikasikan adanya kelangkaan pada sumberdaya air. Kelangkaan tersebut diakibatkan oleh pengelolaan serta pemanfaatan sumberdaya air yang tidak
bersifat keberlanjutan, seperti eksploitasi yang berlebihan untuk industri. Hal ini berdampak besar pada masyarakat dan petani. Masyarakat harus mengeluarkan
biaya lebih untuk mendapatkan air karena harus memperdalam sumur. Petani mengalami kerugian karena menurunnya produktifitas pertanian karena semakin
berkurangnya supply air irigasi ke lahan pertanian mereka. Penilaian economic losses pada sumberdaya air dilakukan bertujuan untuk
menilai besarnya kerugian dari kelangkaan sumberdaya air yang diindikasikan dengan kelangkaan sumberdaya air. Kerugian ini tercermin dari semakin besarnya
biaya dalam memperoleh sumberdaya air serta menurunnya produktifitas pertanian. Besarnya biaya kerugian tersebut dapat pula dijadikan sebagai besarnya
manfaat yang hilang akibat kelangkaan sumberdaya air serta dapat pula dijadikan sebagai biaya pengganti untuk memulihkan kondisi sumberdaya air kekeadaan
sebelum terjadinya kelangkaan.
2.3. Kelembagaan Sumberdaya Air
Air merupakan sumberdaya yang sangat penting bagi kelangsungan hidup seluruh makhluk hidup sehingga keberadaan serta pemanfaatannya perlu ada
aturan atau kelembagaan yang mengaturnya. Negara Republik Indonesia dengan
12
tegas menyatakan dalam UUD 1945 pasal 33 ayat 3 bahwa bumi, tanah dan air dikuasai oleh negara untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.
Negara Indonesia mempunyai aturan yang khusus mengatur tentang pengelolaan sumberdaya air adalah UU nomor 7 Tahun 2004 tentang sumberdaya
air. Undang-undang tersebut menggantikan UU nomor 11 tahun 1974 tentang pengairan. Pergantian ini menandai secara formal pergeseran paradigma tata
kelola sumberdaya air di Indonesia. Suharno 2005 menyatakan bahwa isi dari UU nomor 7 tahun 2004
tentang sumberdaya air merupakan bentuk pengakuan eksplisit Indonesia. Pertama, air bukan saja merupakan barang sosial melainkan juga merupakan
barang ekonomi yang untuk mendapatkannya harus mengikuti asas efisiensi dan keadilan. Kedua, karena sifatnya sebagai common pool resources maka di dalam
pengelolaan sumberdaya air diperlukan penerapan asas desentralisasi, partisipasi masyarakat dan keterpaduan.
Secara garis besar isi UU nomor 7 tahun 2004 tentang sumberdaya air sesuai dengan pernyataan yang dihasilkan pada konferensi dunia tentang
sumberdaya air dan lingkungan yang diselenggarakan di Dublin, Scotlandia tahun 1992. Hasil konferensi ini dikenal dengan prinsip Dublin yang menjadi landasan
bagi kaidah pengelolaan sumberdaya air terpadu integrated water resource management dengan empat butir prisip, yaitu Suharno, 2005:
1. Air, yang merupakan sumberdaya azasi bagi keberlangsungan kehidupan,
pembangunan dan lingkungan, adalah sumberdaya yang terbatas dan rentan ketersediaannya.
13 2.
Pengembangan dan pengelolaan sumberdaya air harus dilandaskan pada pendekatan partisipatif, yang melibatkan pengguna, perencana dan pembuat
kebijakan pada semua tingkatan. 3.
Wanita memiliki peran sentral dalam penyediaan, pengelolaan dan pengamanan sumberdaya air.
4. Air memiliki nilai ekonomi dalam semua ragam penggunaan yang saling
bersaing satu sama lain dan karenanya harus diakui sebagai barang ekonomi. Menurut Boulding 1980, pemerintah di seluruh dunia memperlakukan air
lebih dari suatu komoditas ekonomi yang sederhana. Air adalah penting untuk kehidupan. Banyak Negara yang menolak mekanisme-mekanisme alokasi pasar
kompetitif terhadap sumberdaya air karena akan menimbulkan eksploitasi yang berlebihan terhadap sumberdaya air sehingga diperlukan aturan mengenai alokasi
serta hak atas sumberdaya air. Penelitian yang dilakukan oleh Getches 1990 di Amerika Serikat bagian
barat, menunjukkan bahwa setiap individu dibatasi dan ditetapkan haknya terhadap kuantitas pemanfaatan serta penggunaan sumberdaya air. Setiap
individu tidak bisa memiliki sumberdaya air tetapi mempunyai hak untuk memperoleh air. Penggunaan sumberdaya air dibatasi pada sektor swasta,
pemerintah Amerika lebih mengutamakan pada sektor pertanian dan rumah tangga. Getches juga menyatakan bahwa hak-hak atas sumberdaya air secara
umum terikat pada suatu bidang tanah yang spesifik. Bagaimanapun, pada kebanyakan negara hak-hak air ini dapat dijual, tanpa menghilangkan hak individu
lain untuk menggunakan sumberdaya air tersebut.
14
Pada sistem kelembagaan pengelolaan sumberdaya air terkandung makna elemen-elemen partisipan, teknologi, tujuan dan struktur dimana terdapat
interdependensi satu sama lain. Sistem kelembagaan yang dianut bertujuan ke arah efisiensi, dengan mengurangi biaya transaksi. Rachman, et al 2002
menyatakan bahwa hubungan sistem kelembagaan dan biaya transaksi tercirikan pada tiga kaitan sifat yang secara nyata menyebabkan adanya perbedaan insentif
dan pembatas bagi partisipan yaitu: sifat fisik sumberdaya air, sifat masyarakat partisipan dan sifat kelembagaan.
Pada dasarnya di setiap negara telah dibuat aturan mengenai penggunaan serta pengelolaan sumberdaya air. Aturan atau kelembagaan tersebut diharapkan
dapat menjaga kelestarian sumberdaya air sehingga dapat terus dirasakan manfaat yang besar dari sumberdaya air tersebut.
15
III. KERANGKA PEMIKIRAN