23 contoh untuk responden rumahtangga dikelompokkan berdasarkan jarak rumah
dengan sumber mata air. Responden yang berada di wilayah RW 04 diambil sebanyak 15 responden
untuk rumahtangga yang rumahnya berjarak sekitar 500 meter dari sumber mata air dan 15 responden untuk rumahtangga yang rumahnya berjarak sekitar 1000
meter dari sumber mata air serta 15 responden dari RW 05 yang rumahnya berjarak sekitar 500 meter dari sumber mata air. Pengambilan contoh untuk
responden petani padi dilakukan secara justified sampling yaitu pengambilan sampel yang menjustifikasi bahwa petani padi yang ditemui sesuai dengan kriteria
bahwa air irigasi untuk persawahannya berasal dari sumber mata air. Contoh responden diambil sebanyak 30 responden petani padi pemilik lahan yang terdiri
dari 15 responden di RW 04 dan 15 responden di RW 05.
4.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data
Data yang diperoleh dalam penelitian dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
deskriptif, analisis economic losses responden petani padi dengan pendekatan produktifitas serta analisis economic losses responden rumahtangga dengan
pendekatan metode biaya tambahan.
4.4.1 Analisis Kelangkaan Sumberdaya Air
Pengukuran kelangkaan sumber daya air menggunakan pengukuran moneter yang menggunakan aspek ekonomi seperti harga dan biaya ekstraksi.
Pengukuran moneter pada penelitian ini dilakukan dengan cara menghitung harga
24
riil dan unit cost. Pengukuran kelangkaan berdasarkan harga riil merupakan standar pengukuran kelangkaan dalam ilmu ekonomi. Menurut Fauzi 2006,
berdasarkan standar teori ekonomi klasik, ketika barang menjadi berkurang kuantitasnya, maka konsumen mau membayar dengan harga mahal untuk
komoditas tersebut. Jadi, tingginya harga barang dari sumberdaya mencerminkan tingkat kelangkaan dari sumberdaya tersebut.
Pengukuran yang menggunakan unit cost didasarkan pada prinsip bahwa jika sumberdaya air mulai langka, maka biaya untuk mengekstraksinya juga
menjadi semakin besar. Kedua pengukuran tersebut dilakukan dengan bertanya langsung ke responden menggunakan kuisioner.
4.4.2 Penilaian Economic Losses Sumber Mata Air
Penilaian economic losses sumber mata air di Desa Cijeruk dilakukan berdasarkan dua objek yang mengalami kerugian yaitu petani dan rumahtangga.
Penilaian dilakukan dengan terlabih dahulu melakukan tahapan-tahapan dalam melakukan penilaian economic losses sumber mata air Ando et al, 2004.
Tahapan atau proses dalam melakukan penilaian economic losses sumber mata air diawali dengan mengidentifikasi tipe sumberdaya yang berpotensi terkena
dampak serta menentukan apakah economic losses telah terjadi. Tahapan yang kedua, kuantifikasi economic losses yaitu menentukan layanan sumber mata air
yang terkena dampak. Tahapan yang terakhir yaitu melakukan penilaian economic losses dengan metode yang sesuai.
Tahapan yang pertama dan kedua dilakukan dengan observasi langsung ke lapang serta dengan bertanya langsung ke responden melalui kuisioner. Tahapan
25 yang ketiga dilakukan dengan menggunakan metode penilaian economic losses
sesuai dengan kelompok responden. Kelompok responden petani menggunakan metode pendekatan produktifitas, sedangkan kelompok responden rumahtangga
menggunakan metode biaya tambahan.
4.4.2.1 Analisis Pendekatan Produktifitas
Penilaian yang dilakukan terhadap petani menggunakan pendekatan produktifitas. Menurut KLH 2006 pendekatan produktifitas mengacu pada
penentuan ganti kerugian berdasarkan perubahan produktifitas berdasarkan sebelum dan sesudah terjadinya pemanfaatan sumber mata air oleh perusahaan air
minum. Nilai economic losses pada pendekatan produktifitas dilakukan dengan cara sebagai berikut KLH, 2006:
N = VP x L x H RpKgTahun ………………………………………………4.1
VP
t
= P
t
– P
t+1
…………………………………………………………………4.2 Dimana : P
t
= Produktifitas sebelum terjadinya kerusakan. P
t+1
= Produktifitas setelah terjadinya kerusakan. L
= Luas lahan pertanian. H
= Harga produk pertanian. N
= Nilai economic losses Produktifitas P
t
ditentukan sebelum adanya perusahaan air minum yang memanfaatkan sumber mata air. Produktifitas P
t+1
ditentukan pada saat perusahaan air minum memanfaatkan sumber mata air secara berlabihan yang
menyebabkan debit mata air berkurang.
26
4.4.2.2 Analisis Averted Cost Method Metode Biaya Tambahan
Metode biaya tambahan adalah salah satu metode dalam penilaian economic losses sumberdaya alam dan lingkungan dengan prinsip dasar bahwa
kelangkaan dapat menyebabkan penambahan biaya dari pemanfaatan SDAL yang terkena dampak Ando et al, 2004. Penambahan biaya ini merepresentasikan
pengukuran kehilangan sosial. Metode biaya tambahan dilakukan pada responden rumahtangga yang mengalami kerugian akibat adanya biaya tambahan dalam
pemanfaatan air yang disebabkan kelangkaan sumberdaya air. Informasi mengenai biaya tambahan apa saja yang dikeluarkan oleh
rumahtangga didapat dengan cara bertanya langsung ke responden melalui kuisioner. Hasil rata-rata biaya tambahan atau biaya kerugian per rumahtangga
didapat dari total biaya tambahan seluruh responden dibagi jumlah responden.
4.4.3 Mengkaji Pengelolaan Sumberdaya Air di Desa Cijeruk
Kajian ini dilakukan dengan cara pengambilan data primer dimasyarakat melalui kuisioner dan data sekunder yang didapat dari instansi pemerintah yaitu
data penunjang dan pelengkap diperoleh dari Desa Cijeruk serta Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Bogor. Data tersebut dianalisis mengenai
kesesuaiannya dengan praktiknya di lapang. Hasil analisis yang didapat, penulis memberikan kesimpulan mengenai kelembagaan yang mengatur pemanfaatan
sumber mata air di Desa Cijeruk. Penulis juga memberikan saran mengenai sistem kelembagaan yang optimal dalam mengatasi kelangkaan sumberdaya air tersebut.
Berikut ini matriks keterkaitan antara tujuan penelitian, sumber data dan metode analisis data yang digunakan dalam penelitian.
27
Tabel 1. Matriks Keterkaitan Tujuan, Sumber Data dan Metode Analisis Data
No Tujuan Penelitian
Sumber Data Metode Analisis Data
1. Mengidentifikasi
Data primer Analisis deskriptif kelangkaan SD air
kuisioner 2.
Mengkaji pengelolaan SD Data primer dan Analisis deskriptif
air di Kecamatan Cijeruk sekunder 3.
Mengestimasi nilai Data primer dan Perubahan produktifitas
economic losses sekunder
dan metode biaya tambahan
28
V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN 5.1
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Cijeruk, Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor. Desa Cijeruk terletak kurang lebih 42 km di sebelah selatan Ibu Kota
Kabupaten Bogor. Wilayah Desa Cijeruk seluruhnya berupa perbukitan dengan total luas wilayah 430.2 Ha dengan 49.6 luas wilayah berupa tanah sawah
seluas 213.4 Ha. Keterangan luas wilayah Desa Cijeruk beserta Sebaran wilayah Kecamatan Cijeruk serta luas wilayahnya dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Sebaran Desa di Kecamatan Cijeruk No Nama Desa Luas Wilayah Ha
1. Cipelang
645.50 2.
Sukaharja 534.56
3. Cipicung
461.82 4.
Cijeruk 430.20
5. Palasari
425.00 6.
Tajur Halang 396.53
7. Cibalung
335.00 8.
Warung Menteng 228.75
9. Tanjung Sari
200.00
Total 3 657.36
Sumber: Kecamatan Cijeruk 2009
Luas wilayah Desa Cijeruk menempati urutan ke empat luas wilayah terbesar di Kecamatan Cijeruk. Desa Cijeruk terletak di ketinggian 600 meter di
atas permukaan laut sehingga memiliki udara yang sejuk dengan suhu maksimum sebesar 22° C dan suhu minimum sebesar 18° C. Jumlah bulan dengan curah
hujan terbanyak di Desa Cijeruk sebanyak delapan bulan dengan curah hujan rata-