Gambar 1. Alur produksi ikan gurame di Kecamatan Dramaga
3.3.1 Persiapan Kolam.
Ada beberapa tahapan yang dilakukan didalam persiapan kolam diantaranya pengeringan, pengapuran, pemupukan, pengisian air dan penebaran
benur. 1. Pengeringan
Sebelum melakukan pengeringan terlebih dahulu dilakukan pengeluaran air dari wadah budidaya melalui saluran outlet menuju saluran pembuangan. Air
dari wadah budidaya diusahakan agar tidak mengalir ke kolam lain sehingga tidak berdampak negatif bagi kondisi fisiologis ikan. Pengolahan air kembali tidak
dilakukan hal ini disebabkan sumber air yang tersedia di Kecamatan Dramaga tergolong melimpah. Disamping itu juga pemahaman pembudidaya tentang cara
pengolahan air sangat minim. Saluran outlet yang digunakan terbuat dari pipa ukuran D 25. Waktu yang dibutuhkan untuk mengeluarkan air dari wadah
budidaya ukuran kolam 150 m
2
selama 3 jam. Setelah air terbuang semuanya dari Pengeringan
Pengapuran
Pemupukan
Pengisian air
Penebaran benih
Pemeliharaan
Pemanenan
wadah, dilakukan pemerataan kolam dengan membuang lumpur halus menuju saluran outlet menggunakan cangkul. Tujuan pembuangan lumpur halus yaitu
untuk mengurangi keberadaan bahan-bahan toksik berupa H
2
S, nitrit, amonia, ion besi dan metana. Selain itu juga lumpur keras sebagian dipindahkan ke pematang
kolam dengan tujuan untuk menutupi pematang yang bocor akibat dari organisme tertentu. Pengeringan dilakukan selama 10 hari. Menurut Boyd 1979 dua
minggu setelah pengeringan, kecepatan dekomposisi sangat berkurang. Karena itu pada masa pengeringan sebelum benih ditebar, alangkah baiknya mengairi kolam
untuk membasahi dasar kolam, dan mengeringkan kembali. Pembilasan dan pengeringan yang berulang-ulang juga mempercepat oksidasi ammonia yang
terperangkap dalam lapisan tanah kolam. Proses pengeringan merupakan salah satu aspek pada tahap persiapan yang
sangat mempengaruhi keberhasilan di dalam budidaya. Tujuan dari pengeringan wadah budidaya diantaranya aerasi sedimen permukaan untuk pengoksidasian
senyawa-senyawa tereduksi seperti H
2
S, nitrit, ammonia, ion besi, metana, dekomposisi dan mineralisasi bahan organik oleh mikrooganisme tanah, reduksi
BOD biochemical oxygen demand, serta membunuh telur, larva dan stadia dewasa predator. Pengeringan yang berlebihan akan berpengaruh buruk terhadap
proses dekomposisi bahan organik. Dekomposisi bahan organik oleh mikroorganisme tanah akan berkurang selama pengeringan tanah melampaui titik
kandungan kelembaban optimum. 2. Pengapuran
Sebelum dilakukan penebaran benih terlebih dahulu pembudidaya melakukan proses pengapuran. Hal ini dilakukan untuk menaikkan pH menjadi
pH netral pada kisaran 7-8. Jenis kapur yang digunakan pembudidaya ikan gurame di Kecamatan Dramaga yaitu kapur pertanian CaCO
3
dengan dosis sebanyak 250 gm
2
. Penggunaan kapur pertanian di dalam meningkatkan pH tidak terlalu drastis sehingga aman bagi biota yang dipelihara. Pembudidaya
biasanya membeli kapur dari pasar Dramaga dengan harga Rp 2500kg. Waktu pengapuran dilakukan pada sore hari. Sebelum melakukan pengapuran,
pembudidaya ikan gurame biasanya melakukan pemilihan kapur yang ukurannya partikelnya lebih kecil. Pembudidaya beranggapan bahwa kapur yang ukurannya
lebih halus memiliki luas permukaanya yang lebih besar yang bereaksi. Cara
pemberian kapur dilakukan dengan terlebih dahulu melarutkan kapur di dalam ember setelah itu pembudidaya baru menyebarkan kapur pada setiap permukaan
kolam dengan frekuensi pengapuran hanya dilakukan satu kali. Waktu yang dibutuhkan pembudidaya untuk melakukan pengapuran kolam dengan ukuran 150
m
2
selama 1,5 jam. Proses pengapuran yang dilakukan di Kecamatan Dramaga setelah dilakukan pengeringan selama 10 hari. Setelah itu dilakukan pengapuran
maka pembudidaya biasanya mengistirahatkan kolam selama 2 hari kemudian dilakukan proses pengisian air. Konsentrasi kalsium dan magnesium akan
meningkat setelah pengapuran. Peningkatan kandungan kalsium akan memberikan dampak positif bagi plankton. Plankton memerlukan 5 mgl Ca
2+
dan 2 mgl Mg
2+
untuk pertumbuhan maksimum. Disamping itu juga setelah pengapuran maka akan meningkatkan kandungan fosfor yang sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan
plankto. Aktivitas respirasi plankton akan menghasilkan CO
2
, semakin banyak CO
2
yang dihasilkan maka akan mengakibatkan pH air turun. Oleh karena itu pengapuran pada sore hari sangat baik untuk dilakukan. Dengan pengapuran maka
karbonat akan bertambah yang berarti kamampuan mengikat CO
2
di dalam air juga akan semakin besar sehingga banyak ion OH
-
yang dilepaskan ke air yang bisa menaikkan pH, dan CO
2
yang berbentuk kembali pada reaksi tersebut bisa digunakan pada aktivitas fotosintesis plankton pada siang harinya, sehingga
keberadaan plankton bisa dipertahankan. Pengapuran kolam juga akan mempengaruhi kondisi fisiologis ikan. Ikan
gurame memerlukan kadar tertentu ion kalsium dan magnesium. Jika kebutuhan ikan akan kandungan kalsium dan magnesium tidak terpenuhi dengan cukup,
maka akan mengganggu pertumbuhan ikan. Menurut Boyd 1979 ikan tidak tumbuh normal dalam air dengan kesadahan air kurang dari 5 mgl.
Pengapuran akan mengurangi pewarnaan air oleh humus dan mengurangi kekeruhan yang disebabkan oleh partikel liat koloida Boyd, 1979.
Luas lahan budidaya ikan gurame yang ada di Kecamatan Dramaga memiliki perbedaan di antara setiap pembudidaya. Oleh karena itu kebutuhan
kapur bagi pembudidaya akan berbeda-beda. Hal ini bisa dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Hubungan luas lahan dengan jumlah pemberian kapur
Berdasarkan grafik di atas menunjukkan bahwa luas kolam mempengaruhi jumlah kapur yang dibutuhkan. Semakin luas lahan kolam maka jumlah kapur
yang dibutuhkan semakin banyak. Penggunaan kapur terendah sebesar 9 kg dengan luas lahan 35 m
2
sedangkan yang paling banyak sebesar 1.125 kg dengan luas lahan 4.500 m
2
dalam satu siklus produksi. Rata-rata kebutuhan kapur dengan luas lahan 550 m
2
di Kecamatan Dramaga sebesar 136 kg dalam satu siklus produksi. Dosis kapur yang digunakan pembudidaya ikan gurame di
Kecamatan Dramaga sebesar 250 gm
2
. Berdasarkan SNI 01-7241 2006 dosis kapur yang baik pada kisaran 200 gm
2
. Kelebihan penggunaan kapur yang dilakukan pembudidaya ikan gurame di Kecamatan Dramaga akan memiliki
dampak negatif bagi ikan. Kapur yang berlebih akan mengendap di dasar kolam dan akan bereaksi dengan CO
2
yang dilepaskan dari dekomposisi bahan organik. Jika reaksi CO
2
dengan kapur terlalu tinggi maka akan mengganggu pertumbuhan fitoplankton yang sangat membutuhkan CO
2
untuk proses fotosintesis. Disamping itu juga kelebihan penggunaan kapur akan menambah biaya produksi yang
seharusnya bisa digunakan pembudidaya untuk biaya kebutuhan produksi yang lainnya. Penyebab penggunaan kapur yang berlebih yang dilakukan pembudidaya
ikan gurame di Kecamatan Dramaga diakibatkan oleh kurangnya pemahaman pembudidaya mengenai aspek lingkungan.
200 400
600 800
1000 1200
500 1000
1500 2000
2500 3000
3500 4000
4500 5000
K a
p u
r g
m 2
Luas lahan m2
3. Pemupukan Untuk menjaga kesuburan kolam, pembudidaya Kecamatan Dramaga
mengharuskan dilakukannya pemupukan. Pupuk yang digunakan pembudidaya berupa pupuk organik yang berasal dari kotoran ayam dengan dosis 0,2 kgm
2
. Sumber pupuk yang berasal dari kotoran ayam diperoleh dari peternak ayam yang
ada di Kecamatan Dramaga. Biaya tranportasi pupuk biasanya ditanggung oleh para peternak ayam sampai pupuk berada pada areal budidaya. Pupuk yang
berasal dari kotoran ayam biasanya dibuat di dalam wadah berupa karung dengan berat 30 kgkarung. Tingkat harga pupuk yang diberikan peternak ayam kepada
pembudidaya pada umumnya sama. Harga kotoran ayam dengan berat 30 kgkarung sebesar Rp 25000. Kebutuhan akan pupuk organik yang berasal dari
kotoran ayam berbeda-beda di antara pembudidaya ikan gurame. Jumlah kotoran ayam yang diperlukan untuk proses pembesaran ikan
gurame di Kecamatan Dramaga memiliki perbedaan diantara setiap pembudidaya. Hal ini berhubungan erat dengan luas lahan yang yang dimiliki pembudidaya.
Untuk melihat perbedaan tersebut bisa dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Hubungan luas lahan dengan jumlah pupuk yang digunakan Berdasarkan grafik di atas menunjukkan bahwa penggunaan pupuk berupa
kotoran ayam yang dilakukan pembudidaya ikan gurame di Kecamatan Dramaga menunjukkan bahwa semakin luas lahan budidaya maka jumlah pakan yang
dibutuhkan semakin besar. Penggunaan pupuk terendah sebesar 30 kg dengan luas lahan 48 m
2
sedangkan penggunaan pupuk tertinggi sebesar 1.200 kg dengan luas lahan 4.500 m
2
per satu siklus. Kebutuhan pupuk rata-rata dari pembudidaya ikan gurame di Kecamatan Drama sebesar 201 kg per satu siklus pembesaran ikan
- 200
400 600
800 1,000
1,200 1,400
- 1,000
2,000 3,000
4,000 5,000
P u
p u
k g
m
2
Luas lahan m
2
gurame. Sedangkan kebutuhan total pupuk organik dari 27 pembudidaya ikan gurame di Kecamatan Dramaga sebesar 5.440 kg. Waktu pembayaran pupuk
biasa dilakukan pembudidaya setelah pupuk sudah berada pada areal budidaya. Pembudidaya melakukan pemupukan pada pagi atau sore hari. Pemberian pupuk
dilakukan dengan menebar kotoran ayam tersebut langsung ke wadah pemeliharaan. Ada beberapa kendala yang dihadapi pembudidaya jika memakai
pupuk organik sebagai sumber pupuk utama diantaranya pupuk organik dibutuhkan dalam jumlah banyak, sering sekali pengadaannya sulit dilakukan dan
kandungan haranya tidak begitu banyak dan sulit untuk menentukan takaran yang optimal.
Selain penggunaan pupuk organik ada juga yang menggunakan pupuk anorganik berupa Urea, TSP, KCl, dan NPK. Pemberian pupuk urea dapat
langsung ditebar merata di pelataran kolam. Daniels 1991 mengatakan bahwa penggunaan urea 0,72 kg N150 m
2
pada kolam, secara nyata dapat menurunkan bahan organik di dasar kolam. Proses penguraian bahan organik memiliki
hubungan yang erat antara unsur C dan N. Penguraian bahan organik oleh mikorganisme disamping membutuhkan karbohidrat berasal dari C yang
digunakan sebagai sumber tenaga dalam proses perkembangannya, juga membutuhkan N untuk diasimilasikan menjadi penyusun tubuhnya.
Pemupukan pada saat persiapan kolam diperlukan sebagai sumber nutrien berupa nitrogen, fosfor dan kalium untuk merangsang pertumbuhan fitoplankton.
Unsur hara utama yang dibutuhkan tanah agar tetap subur adalah fospor, nitrogen dan kalium sedangkan unsur hara sekunder kalsium, magnesium dan sulfur. Biasa
setelah keberadaan unsur hara tersebut akan berkurang setelah proses pembesaran ikan gurame dilakukan. Oleh karena pemupukan yang dilakukan pembudidaya
ikan gurame di Kecamatan Dramaga akan menyuburkan tanah sehingga kebutuhan pakan alami maupun unsur-unsur lain akan tersedia baik. Dari
beberapa unsur utama yang dibutuhkan tanah, kandungan fospor yang ada didalam air akan diserap oleh bakteri, fitoplankton, dan makrofita. Pada saat
setelah pemupukan akan tersejadi persaingan untuk merebut fosfor. Sedangkan fosfor yang tidak diserap oleh tumbuhan akan diserap oleh tanah. Fitzgerald
1966 menyatakan bahwa 0,4 g lumpur dapat menyerap 0,05 mg fosfor dalam
waktu kurang dari 30 menit. Lumpur secara cepat dapat menyerap fosfor. Hal ini dipengaruhi oleh keadaan lampur yang sangat asam.
4.Pengisian Air Areal budidaya perikanan yang ada di Kecamatan Dramaga memiliki
sumber air yang cukup melimpah. Sumber air yang digunakan pembudidaya berasal dari sungai yang dialirkan melalui saluran air berupa beton. Air yang
berasal dari sungai disaring terlebih dahulu di bak penyaringan. Tujuan dari penyaringan ini adalah untuk memperbaiki kualitas air yang masuk ke wadah
budidaya. Setelah itu dialirkan ke kolam. Pengisian air dilakukan pada pagi dan sore hari. Lama pengisian air
tegantung pada luasan dan tinggi permukaan kolam. Untuk mengisi kolam dengan luasan 150 m
2
dibutuhkan waktu 8 jam. Rata-rata tinggi kolam berkisar antara 1m- 2 m dan sangat ideal untuk budidaya ikan gurame.
5. Penebaran Benih Salah satu aspek yang mempengaruhi tingkat produksi adalah kualitas
benih. Kualitas benih yang bagus mempunyai ciri-ciri warna tubuh agak kecoklatan dan bagian perut berwarna putih keperakan atau kekuning-kuningan
dengan bentuk menyerupai ikan dewasa. Disamping itu juga terlihat sangat responsif terhadap adanya rangsangan dari luar dan sesekali berenang ke
permukaan air mengambil oksigen bebas dari udara. Ukuran benih yang biasanya pembudidaya gurame tebar adalah ukuran 12 cm-15 cm atau yang sering disebut
ukuran korek api yang dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Ukuran Benih ikan gurame
Panjang cm Umur hari
Bobot g 0,25 -0.5
0,5 -1 1-12
1 -2,5 12-30
0,5-25 2,5 -4
30-60 2,5-5
4-6 90
5-10 12-15
120 50
Penebaran benih dilakukan pada pagi atau sore hari dengan pertimbangan suhu pada pagi dan sore tidak terlalu tinggi. Sebelum benih ikan ditebar terlebih dahulu
dilakukan aklimatisasi selama 30 menit. Tujuan aklimatisasi adalah untuk
mencegah terjadinya shock pada suatu organisme bila dipindahkan dari sesuatu lingkungan ke dalam lingkungan lain yang berbeda sifatnya Suyanto dan
Takarina, 2009. Kepadatan ikan sangat mempengaruhi pertumbuhan ikan. Jika terlalu padat maka pertumbuhan ikan akan lebih lambat. Ikan gurame termasuk
salah satu jenis ikan yang bersifat teritori sehingga kepadatannya tidak boleh terlalu tinggi. Menurut Shang 1975 menyatakan semakin tinggi padat penebaran,
hasil metabolisme meningkat, sehingga nilai oksigen dalam kolam sangat rendah, sehingga pertumbuhan ikan akan terhambat. Menurut SNI 01-7241 2006
kepadatan ikan gurame yang baik pada kisaran 5-7 ekorm
2
. Kepadatan gurame ukuran benih 12 cm-15 cm atau ukuran korek api berbeda-beda yakni 2 ekorm
2
, 3 ekor m
2
, 4 ekor m
2
, 5 ekorm
2
, 7 ekor m
2
, dan rata-rata kapadatan gurame untuk ukuran 12 cm-15 cm yaitu 5 ekorm
2
. Menurut SNI 01-7241 2006 kepadatan ikan gurame yang baik pada kisaran 5-7 ekorm
2
. Padat tebar ikan gurame yang dilakukan pembudidaya di Kecamatan
Dramaga tidak memiliki hubungan dengan luas lahan. Hal ini bisa dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Hubungan luas lahan dengan padat tebar ikan gurame Berdasarkan gambar di atas menunjukkan bahwa luasan lahan tidak
memberikan perbedaan yang signifikan pada padat tebar ikan gurame. Berdasarkan keadaan aktual padat tebar yang dilakukan pembudidaya ikan
gurame di Kecamatan Dramaga sebesar 5 ekorm
2
. Sedangkan pada kondisi optimal sebesar 7 ekorm
2
. Kepadatan ikan gurame terendah sebesar 3 ekorm
2
,
- 1
2 3
4 5
6 7
8 9
- 1,000
2,000 3,000
4,000 5,000
P a
d a
t te
b a
r e
k o
r m
2
Luas lahan m
2
sedangkan kepadatan tertinggi sebesar 8 ekorm
2
. Menurut SNI 01-7241 2006
padat tebar yang baik pada kisaran 5-7 ekor m
2
. Kepadatan ikan gurame 8 ekorm
2
akan memberikan dampak negatif pada kondisi fisologis ikan. Hal ini dipengaruhi oleh terjadinya persaingan baik dalam hal memperoleh oksigen,
persaingan dalam memperoleh ruang gerak maupun persaingan dalam memperoleh makanan. Akibatnya pertumbuhan ikan gurame akan semakin
lambat. Persaingan di dalam memperoleh oksigen merupakan hal sangat berbahaya bagi ikan. Kebutuhan oksigen yang baru saja makan akan lebih banyak
bila dibandingkan pada saat puasa. Nilai konsumsi oksigen setelah makan sebesar 520 mgkg per jam sedangkan pada saat puasa sebesar 380 mgkg per jam
Andrews and matsuda, 1975. Sesuai dengan dengan pernyataan Boyd 1979 air dengan kandungan oksigen terlarut di atas 5 mgL, ikan dapat hidup dan tumbuh
secara normal. Ikan gurame sering kelihatan menyembulkan mulutnya yang menyongsong di permukaan air. Oksigen yang terisap akan diikat olehnya dengan
labirin. Dengan cara ini ikan gurame dapat hidup dalam perairan kondisi oksigen terlarut sangat rendah. Labirin adalah alat pernapasan tambahan pada ikan
gurame. Labirin memiliki pembuluh darah kapiler yang mampu mengambil oksigen langsung dari udara. Udara ditampung di rongga labirin saat akan muncul
di permukaan air. Akibat dari hal ini maka ikan gurame dapat hidup pada pH rendah.
Peningkatan pada tebar dari kondisi aktual 5 ekorm
2
menjadi 7 ekorm
2
akan memberikan dampak perubahan baik dalam hal aspek faktor produksi berupa pakan dan pengelolaan lingkungan sehingga pertumbuhan ikan gurame tetap
berada pada kondisi normal. Disamping itu juga peningkatan pada tebar akan memberikan penambahan biaya produksi sehingga akan mempengaruhi
kemampuan pembudidaya ikan gurame di Kecamatan Dramaga untuk menerapkan peningkatan kepadatan ikan gurame.
3.3.2 Pemeliharaan Ikan Gurame Proses pemeliharaan gurame membutuhkan waktu yang relatif lama. Hal
ini dikarenakan pertumbuhan ikan gurame relatif lambat. Jika benih yang ditebar ukuran 12 cm-15 cm maka waktu yang dibutuhkan sampai pada ukuran konsumsi
adalah selama 7 bulan.
Ada dua jenis pakan yang diberikan pembudidaya ikan gurame di Kecamatan Dramaga pada saat pemeliharaan yakni pakan berupa pelet dan pakan
organik berupa daun sente. Ada 2 jenis pelet yang diberikan yaitu pelet tipe 781 dan 789. Tipe 781 ukurannya lebih kecil bila dibandingkan dengan 789. Untuk
benih gurame ukuran 12 cm-15 cm pakan yang digunakan tipe 781 setelah pemeliharaan 4 bulan dari awal tebar baru diberikan pakan tipe 789 yang
ukurannya lebih besar. Pakan ikan gurame jenis tipe 781 bisa dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Pakan tipe 781 Pakan berupa daun sente hanya diberikan sebagai pelengkap pakan pelet.
Untuk memenuhi ketersedian daun sente maka di pematang kolam ditanami daun sente yang jarak tanamnya telah diatur sedemikian rupa. Hal ini bisa dilihat pada
Gambar 6.
Gambar 6. Pohon sente yang ditaman di sekitar pematang kolam ikan gurame Penanaman daun sente di sekitar pematang bertujuan untuk mempermudah
pembudidaya memperoleh daun sente dan bisa memperkuat pematang. Waktu pemberikan pakan berupa pelet dilakukan pada pukul 20:00 WIB dan pukul
17:00 WIB. Jumlah pakan yang diberikan sebanyak 3 dari bobot biomassa
ikan. Cara pemberian pakan yaitu dengan menebarkannya pada setiap permukaan kolam dan memperhatikan daya selera makan ikan. Jika selera
makan ikan berkurang maka pembudidaya gurame akan mengurangi pakan dari jumlah awalnya. Disamping itu juga pada musim hujan pakan berupa
pelet tidak diberikan. Hal ini dikarenakan bisa mengakibatkan kematian ikan secara massal.
Pakan berupa daun sente diberikan pada siang hari. Hal ini dikarenakan selera gurame terhadap daun sente sangat tinggi. Pemberian daun sente diberikan
sebanyak
21.41 kgm
2
. Sebelum daun sente diberikan terlebih dahulu dilakukan pemotongan batang sente sampai pada ukuran yang lebih kecil. Setelah itu
dijemur beberapa jam untuk menghilangkan getah yang ada pada daun sente. Daun sente yang telah dijemur kemudian ditebar ke kolam. Setelah ditebar dalam
waktu dekat ikan gurame akan secara bergerombol memakan daun sente tersebut. Jika selera makan ikan dalam keadaan baik, maka daun sente tersebut bisa
dihabiskan dalam waktu yang singkat. Berikut ini merupakan gambar daun sente yang telah dimakan ikan gurame Gambar 7.
Gambar 7. Sisa tulang ulang daun sente yang telah dimakan ikan gurame Pemberian pakan baik itu berupa pakan berupa pelet maupun daun sente
diuasahakan seefisien mungkin. Pemberian pakan dalam jumlah kurang akan mengakibatkan kamampuan ikan untuk tumbuh terhambat, sebaliknya pemberian
pakan alam jumlah berlebih akan mengakibatkan pemborosan. Berikut ini merupakan gambaran mengenai jumlah pakan yang dibutuhkan pembudidaya ikan
gurame di Kecamatan Dramaga per satu siklus pembesaran ikan gurame Gambar 8.
Gambar 8. Hubungan jumlah benih ikan gurame dengan jumlah pakan yang diberikan
Berdasarkan Gambar 8 menunjukkan bahwa semakin banyak ikan yang dipelihara maka jumlah pakan yang dibutuhkan semakin banyak. Penggunaan
pakan terendah sebesar 30 kg per silklus dengan jumlah benih tebar awal sebesar 192 ekor dan nilai FCRnya 1,6. Sedangkan penggunaan pakan tertinggi sebesar
15.000 kg per silklus dengan jumlah benih tebar awal sebesar 26.988 ekor dan nilai FCRnya sebesar 1.3. Rata-rata kebutuhan pakan pada proses pembesaran
ikan gurame di Kecamatan Dramaga sebesar 1.566 dengan jumlah benih 2.780 kg dan nilai FCRnya sebesar 1,5.
Ada beberapa penyakit yang menyerang ikan gurame yang ada di Kecamatan Dramaga yaitu penyakit borok, dan jamuran pada tubuh ikan. Penyakit
ini timbul pada saat musim hujan. Penyakit ini timbul akibat serangan Aeromonas hydrophila pada ikan antara lain terdapatnya luka infeksi di bagian tubuh, sisik
terkuak, perut busung, lemah, dan sering berada di permukaan air atau dasar kolam. Penyebab Aeromonas hydrophila ini bersifat patogen dan dapat
mengakibatkan kematian ikan secara massal. Bakteri ini berbentuk batang pendek bekurukuran 2-3 mikron dan bersifat Gram negatif. Bakteri ini menginfeksi luka
dan menyebabkan kematian 80-100 setelah satu minggu ikan gurame terinfeksi.
- 2,000
4,000 6,000
8,000 10,000
12,000 14,000
16,000
- 5,000
10,000 15,000
20,000 25,000
30,000
J u
m la
h p
a k
a n
k g
m
2
Jumlah benih
Selain pada luka infeksi, bakteri ini dapat ditemukan pula pada hati dan ginjal gurame. Pengendalian dan pengobatan terhadap gurame yang terserang bakteri
Aeromonas hydrophila dapat dilakukan dengan bahan kimia dan antibiotik melalui perendaman, ditambahkan ke dalam pakan, atau suntikan. Pencegahan
penyakit ini dapat juga dilakukan dengan vaksinasi. Vaksinasi dilakukan dengan merendam ikan dalam larutan vaksin A. hydrophila 10
5
sel CFU selama 30 menit. Satu bulan kemudian ikan diberi pakan yang mengandung oxytetracyline
sebanyak 20 mlkg pakan. Setelah dilakukan analisa menunjukkan bahwa waktu jam kerja yang
dibutuhkan pembudidaya pada saat pemeliharaan ikan gurame di Kecamatan Dramaga memiliki hubungan yang erat dengan luas lahan. Hal ini bisa dilihat
pada Gambar 9.
Gambar 9. Hubungan luas lahan dengan jam kerja. Berdasarkan gambar di atas menunjukkan bahwa luas lahan kolam
mempengaruhi waktu jam kerja yang dibutuhkan pembudidaya ikan gurame di Kecamatan Dramaga. Semakin luas lahan kolam maka waktu kerja yang
dibutuhkan semakin lama. Hal ini menunjukkan bahwa semakin luas lahan kolam maka biaya yang dibutuhkan semakin besar. Waktu jam kerja yang terendah
sebesar 99 jam dengan luas lahan 35 m
2
sedangkan waktu jam kerja terlama sebesar 12.514 jam dengan luas lahan 4.500 m
2
per satu siklus pembesaran . Rata- rata jam kerja yang diperlukan pembudidaya pada usaha pembesaran ikan gurame
di Kecamatan Dramaga sebesar 1.515 jam dengan luas lahan 550 m
2
per satu
- 2,000
4,000 6,000
8,000 10,000
12,000 14,000
- 1,000
2,000 3,000
4,000 5,000
J a
m k
e r
ja ja
m m
2
Luas lahan m
2
silklus. pemeliharaan. Jika melihat gambar diatas menunjukkan bahwa terjadi perbedaan luas lahan yang sangat signifikan pada usaha pembesaran ikan gurame
di Kecamatan Dramaga. Hal ini bisa dibandingkan dengan luas lahan rata-rata dengan luas lahan terendah.
3.3.3 Panen Setelah ukuran ikan sudah mencapai 500 gekor maka panen sudah bisa
dilakukan.Waktu panen biasanya dilakukan pada pukul 16 :00-18:00 WIB. Hal ini dikarenakan suhu pada waktu tersebut tidak terlalu tinggi sehingga tidak
menyebabkan gangguan fisiologis ikan. Sebelum melakukan panen ada berapa hal yang perlu dipersiapkan antara lain jaring, wadah penampung, ember, dan
timbangan. Setelah alat panen sudah tersedia maka dilakukan pembentangan jaring
dari ujung sudut kolam sehingga membentuk segi empat gambar 10. Tujuannya adalah untuk mengumpul ikan gurame sehingga mempermudah penangkapan.
Setelah itu baru dilakukan penyebaran daun pisang pada permukaan kolam. Kemudian baru dilakukan penangkapan menggunakan tangan Gambar 11. Ikan
yang ditangkap kemudian dimasukkan ke wadah penampungan sementara Gambar 12. Sebelum ikan diangkut ke mobil terlebih dahulu dilakukan
penimbangan ikan Gambar 13.
Gambar 10. Pembentangan jaring Gambar 11. Penangkapan ikan
Gambar 12.Pemasukan ikan ke wadah Gambar 13. Penimbangan ikan.
Setelah ikan dipanen kemudian diangkut menggunakan mobil pengangkut. Penampilan tubuh gurame sangat mempengaruhi transaksi jual beli. Penampilan
gurame banyak dipengaruhi oleh penanganan pasca panennya. Ikan yang baru diangkat memberikan penampilan yang baik.
3.3.4 Pemasaran Pemasaran merupakan suatu kegiatan penyaluran produk dari titik
konsumsi. Sedangkan menurut Kadariah 1976, pemasaran merupakan suatu proses dengan mana individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka
butuhkan dan inginkan dengan menciptakan dan menukar produk serta jasa dengan sesamanya. Pemasaran berperan penting didalam menentukan hidup atau
matinya usaha budidaya perikanan. Usaha budidaya ikan gurame yang dilakukan pembudidaya gurame di Kecamatan Dramaga belum memperlihatkan sistem
pemasaran yang baik. Sistem pemasaran ikan gurame di Kecamatan Dramaga masih sepenuhnya dipegang oleh tengkulak.
Sebelum ikan
dipanen, pembudidaya
gurame terlebih
dahulu memberitahukan kepada pengepul bahwa akan dilakukan proses panen. Setelah
itu pengepul memberitahukan kepada pedagang besar yang ada di Jakarta bahwa akan ada pengiriman ikan dengan jumlah tertentu. Disamping itu juga pasar-pasar
yang menjadi tujuan pengepul ikan di Kecamatan Dramaga yaitu KabKota Bogor, Sukabumi, dan Cianjur. Harga gurame ukuran konsumsi dengan berat 500
gekor pada tingkat produsen sebesar Rp 27.000kg. Pembayaran kepada pembudidaya biasanya ada yang bersipat langsung dan tidak langsung.
3.5 Faktor Produksi Usaha Pembesaran Ikan Gurame