Efisiensi penggunaan input produksi pada pembesaran ikan gurame Osphronemus gouramy di Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor

(1)

i

EFISIENSI PENGGUNAAN INPUT PRODUKSI PADA PEMBESARAN

IKAN GURAME Osphronemus gouramy DI KECAMATAN DRAMAGA

KABUPATEN BOGOR

WILSON PANE

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR


(2)

viii

ABSTRAK

WILSON PANE. Efisiensi Penggunaan Input Produksi Pada Usaha Pembesaran Ikan Gurame Osphronemus gouramy di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh Iis Diatin dan Yani Hadiroseyani.

Kabupaten Bogor, terutama di Kecamatan Dramaga memiliki potensi yang sangat besar untuk pengembangan ikan gurame. Namun belum optimal terutama yang menyangkut faktor-faktor produksi seperti pakan, benih, daun sente, pupuk, kapur dan tenaga kerja. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis penggunaan input produksi agar lebih efisien dan menganalisis kelayakan finansial usaha pembesaran ikan gurame. Penelitian ini menggunakan studi kasus dengan menggunakan metode purposive sampling. Analisis data menggunakan metode analisis fungsi produksi Cobb-Douglas dan analisis finansial. Penggunaan input produksi yang digunakan memperlihatkan inefisiensi. Menurut analisis fungsi produksi Cobb-Douglas input produksi yang optimal adalah 7 ekor/m2 untuk benih, 2,2851 kg/m2 untuk pelet, 37,2989 kg/m2 untuk sente, 6,6470 kg/m2 untuk pupuk, 4,1502 jam/m2 untuk tenaga kerja persiapan, 8,2186 jam/m2 untuk tenaga kerja pemeliharaan. Analisis usaha pembesaran ikan gurame pada kondisi optimal adalah R/C 1,20, Pay Back Period 3,2 tahun, dan Break Even Point sebesar 820 kg. Analisis kriteria investasi dengan skenario lahan sendiri paling baik dengan nilai NPV sebesar Rp 139.159.687, Net B/C 3,48 dan IRR sebesar 56%. Analisis sensitivitas pada kondisi optimal sampai perubahan harga pakan sebesar 16% menunjukkan bahwa usaha pembesaran ikan gurame masih layak untuk dijalankan.

Kata Kunci : Optimalisasi Input, Usaha Pembesaran Ikan Gurame, Analisis Finansial

---

ABSTRACT

WILSON PANE, Efficiency of production input in gouramy rearing at Dramaga District, Bogor Regency. Supervised by Iis Diatin and Yani Hadiroseyani.

Bogor Regency especially Dramaga Disrict has a big potencial in gouramy rearing. Unfortunatilly, production factor sach as seed density, feed, sente leaves, manure, and labor were used in no oftimal pattern. Purposive sampling was used in this research which was analized by Cobb Douglas production function method and financial feasibility in gouramy rearing activity. The showed that optimal input were 7 fish/m2 to stock, 2,2851 kg/m2 for pellets, 37,2989 kg/ m2 for sente, 6,6470 kg/ m2 fertilizer, 4,1502 hours/ m2 poud preparation, 8,2186 hours/m2 for maintenance. Analisis gouramy rearing business at optimal conditions reach R/C 1,20, Payback Period 3,2 years, and Break Even Point of 820 kg. Invesment criteria analysis with best scenario is owning land with value a NPV of Rp 517.669.132, Net B/C 3,48 and IRR of 56%. analysis Sensitivity with change Nprice of feed at 16 % indicating that effort still be competent to be run.


(3)

iv

EFISIENSI PENGGUNAAN INPUT PADA USAHA PEMBESARAN IKAN

GURAME Osprounemus gouramy DI KECAMATAN DRAMAGA

KABUPATEN BOGOR

WILSON PANE

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Program Studi Teknologi & Manajemen Perikanan Budidaya

Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,

Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR


(4)

ii

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul :

EFISIENSI PENGGUNAAN INPUT PRODUKSI PADA USAHA

PEMBESARAN IKAN GURAME Osphronemus gouramy DI KECAMATAN

DRAMAGA KABUPATEN BOGOR

adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya-karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis yang telah disebutkan dalam teks dan tercantum dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Skripsi ini.

Bogor, 19 September

Wilson Pane C14063421


(5)

iii

© Hak cipta milik Wilson Pane, tahun 2011 Hak Cipta dilindungi

Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apapun, baik cetak, fotokopi,


(6)

v

Judul Skripsi : Efisiensi Input Produksi pada Usaha Pembesaran Ikan Gurame Osphronemus goramy di Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor

Nama Mahasiswa : Wilson Pane Nomor Pokok : C14063421

Disetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Ir. Iis Diatin, MM Ir. Yani Hadiroseyani, MM NIP : 19630908 199902 2 001 NIP : 196001311986032002

Diketahui,

Ketua Departemen Budidaya Perairan

Dr. Ir. Odang Carman, M.Sc NIP : 19591222 198601 1 001


(7)

vi

KATA PENGANTAR

Sungguh luar biasa berkat dan karunia Tuhan sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi yang berjudul “Efisiensi Input pada Usaha Pembesaran Ikan Gurame Osphronemus gouramy di Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor”, tanpa tuntunan-Nya niscaya penulis tidak akan bisa mengerjakannya dengan baik. Penelitian ini dilakukan sejak bulan Juli hingga Agustus 2010 bertempat di Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor.

Disamping itu juga penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Ir. Iis Diatin, MM selaku dosen pembimbing I yang selalu rendah hati untuk memberikan arahan dan tuntutan didalam menyelesaikan Skripsi ini dan kepada Ibu Ir. Yani Hadiroseyani, MM selaku dosen pembimbing II yang selalu memberikan spirit bagi penuli. Kepada kedua orang tua penulis yaitu Bapak M. Pane, dan Ibu E.Situmorang beserta adik-adik yaitu Febri, Herlina, Saut dan Desi yang selalu memberikan spirit disetiap langkah aktivitas penulis sehari-har. Rekan-rekan BPC GMKI Bogor Masa Bakti 2010-2011. Rekan-rekan Penghuni PKM yakni Herbet, Welmar, Sudianto, Kurnia, Riko, Alex. Kepada Ibu Hj Meilani Leimena (Wkl Ketua MPR RI), Bpk Martin Hutabarat (Anggota DPR RI), dan Mindo Sianipar (Anggota DPR RI) yang mengingatkan Penulis perlunya aktivis berjiwa besar dalam kuliah maupun di dalam pelayanan. Bpk Prof.Dr.Ir Bungaran Saragih. Msc (Mantan Menteri Pertanian Era Gusdur) yang selalu menanyakan kapan penulis lulus. Kepada dr.Bona Simanungkali, dan Bang Jhony Allen Marbun (Wakil Ketua Umum Partai Demokrat) dan Abang-abang yang lainnya beserta rekan-rekan BDP 43.

Bogor, 19 September 2011


(8)

vii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Wilson Pane. Penulis lahir di Sibiobio pada tanggal 04 Pebruari 1988 dari pasangan Suami Istri Bapak M. Pane dan Ibu E. Situmorang. Penulis merupakan anak pertama dari lima bersaudara.

Pendidikan formal yang pernah dilalui penulis adalah SMA N I Doloksanggul dan lulus pada tahun 2006. Pada tahun 2006 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk Institut Pertanian Bogor (USMI). Pada tahun yang sama penulis diterima di Departemen Teknologi dan Manajemen Perikanan Budidaya melalui program mayor-minor IPB. Selama perkuliahan penulis aktif dalam kegiatan organisasi Himpunan Mahasiswa Akuakultur (HIMAKUA) sejak tahun 2007 – 2009, Persekutuan Mahasiswa Kristen Indonesa (PMK), Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) dan dipercaya menjadi Ketua Cabang GMKI Bogor masa bakti 2010-2011.

Penulis melakukan penelitian dengan judul “Efisiensi Input Produksi

pada Usaha Pembesaran Ikan Gurame Osphronemus gourame di Kecamatan

Dramaga Kabupaten Bogor”. Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis dibimbing oleh Ibu Ir. Iis Diatin, MM selaku dosen pembimbing I dan Ir. Yani Hadiroseyani, MM selaku dosen pembimbing II.


(9)

ix

DAFTAR ISI

Halaman DAFTAR ISI………... i

DAFTAR TABEL ………... ii

DAFTAR GAMBAR ………... DAFTAR LAMPIRAN……… …………

iii iv

I. PENDAHULUAN………... 1

II. BAHAN DAN METODE ………...

2.1 Waktu dan Tempat ………... 2.2 Metode Penelitian ... 2.3 Jenis dan Sumber Data ... 2.4 Metode Pengambilan Sampel ... 2.5 Analisis Data ...

2.5.1 Analisis Fungsi Produksi ... 2.5.2 Analisis Finansial ... 2.5.3 Analisis Sensitivitas ... 2.6 Batasan dan Pengukuran ...

3 3 3 3 4 4 4 8 12 12 III. HASIL DAN PEMBAHASAN ...

3.1 Kondisi Umum Daerah Penelitian ... 3.2 Gambaran Umum Pembudidaya ... 3.3 Kegiatan budidaya ... 3.4 Hubungan diantara Faktor Produksi……… 3.5 Faktor Produksi Usaha Pembesaran Ikan Gurame………... 3.6 Analisisis Pendugaan Fungsi Produksi………... 3.7 Analisis Efisiensi Penggunaan Input………..

3.8 Analisis Usaha………

3.9 Sensitivitas………. ………

14 14 14 15 18 32 33 36 50 IV. KESIMPULAN DAN SARAN ...

4.1 Kesimpulan ... 4.2 Saran ...

53 53 53 DAFTAR PUSTAKA ... 54 LAMPIRAN ... 55


(10)

x

DAFTAR TABEL

1. Distribusi tingkat pendidikan Pembudidaya Ikan Gurame ... 14 2. Ukuran Benih ikan gurame ... 23 3. Rata-rata Input Produksi dan Output per Musim Tanam dari Usaha

Pembesaran Ikan Gurame pada Kondisi Aktual di Kecamatan Dramaga, Tahun 2011... ……….

32 4. Hasil Pendugaan Koefisien Regresi dengan Metode KuadraT Terkecil

pada Usaha Pembesaran Ikan Gurame di Kecamatan Dramaga ... 33 5. Nilai VIF dan Nilai Toleransi untuk Setiap Variabel Input... 36 6. Nilai NPM, Input dan Output yang Efisien, serta Nilai Rasio NPM dan

Pxi pada Usaha Pembesaran Ikan Gurame di Kecamatan Darmaga

Tahun 2011……… 37 7. Komponen Biaya Investasi Pada Kondisi Aktual dengan Luas Lahan

550 m2 Pada Usaha Pembesaran Ikan Gurame di Kecamatan Dramaga... 42 8. Biaya Tetap Pada Kondisi Aktual dan Optimal Pada Usaha Pembesaran

Ikan Gurame Di Kecamatan Dramaga, Tahun 2011 ……… 43 9. Biaya Variabel Pada Kondisi Aktual dengan Luas Lahan 550 m2 Usaha

Pembesaran Ikan Gurame di Kecamatan Dramaga, Tahun 2011... 44 10. Total Biaya, Penerimaan dan Keuntungan Usaha Pembesaran Ikan

Gurame di Kecamatan Dramaganper tahun pada kondisi Aktual dan Optimal……….. 45 11. Analisis Keuntungan Usaha Pembesaran Ikan Gurame di Kecamatan

Dramaga per tahun pada Kondisi Aktual dan Optimal………. 47 12. Nilai Kriteria Investasi Pada Skenario 1 Pada Usaha Pembesaran Ikan

Gurame di Kecamatan Drama, Tahun 2011 ... 49 13. Nilai Kriteria Investasi Pada Skenario 2 Pada Usaha Pembesaran Ikan

Gurame di Kecamatan Dramaga, Tahun 2011………. 50 14. Nilai NPV,NET B/C, dan IRR Pada Kondisi Lahan Milik Sendiri yang

diikuti dengan kenaikan harga pakan 16% Pada Usaha Pembesaran Ikan Gurame di Kecamatan Dramaga, Tahun 2011………... 52


(11)

xi

DAFTAR GAMBAR

1. Alur produksi ikan gurame di Kecamatan Dramaga... 16

2. Hubungan luas lahan dengan jumlah pemberian pemberian kapur... 19

3. Hubungan luas lahan dengan jumlah pupuk yang digunakan yang diberikan………. 20 4. Hubungan luas lahan dengan padat tebar ikan gurame ikan gurame... 24

5. Kolam yang sudah ditebar ikan gurame ... 24

6. Pakan tipe 781... 26

7. Pohon sente yang ditaman di sekitar pematang ... 26

8. Sisa tulang daun sente yang telah dimakan ikan gurame ... 27

9. Hubungan antara jumlah benih dengan jumlah pakan yang diberikan.... 28

10. Hubungan antara luas lahan dengan jam kerja... 29

11 Pembentangan jaring………... 30


(12)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

1. Karakteristik Responden Pembudidaya Ikan Gurame di Kecamatan

Darmaga Tahun 2011... 54

2. Data Produksi Benih, Pelet, Daun sente, pupuk dan kapur Usaha Pembesaran Ikan Gurama Kecamatan Dramaga dengan Luas Lahan 550 m2, Tahun 2011………... 55

3. Data Faktor Produksi Tenaga Persiapan, Tenaga Pemeliharaan, Tenaga Kerja Panen dan Lahan Sewa Usaha Pembesaran Ikan Gurama Kecamatan Dramaga dengan Luas Lahan 550 m2, Tahun 2011……… 56

4. Harga Faktor Produksi Benih, Pelet, Daun sente, pupuk dan kapur Pada Usaha Pembesaran Ikan Gurama Kecamatan Dramaga dengan Luas Lahan 550 m2, Tahun 2011………... 57

5. Harga Faktor Produksi Tk Kerja Persiapan,Tk Pemeliharaan, Tk Panen, dan Lahan Sewa Usaha Pembesaran Ikan Gurame di Kecamatan Dramaga dengan Luas Lahan 550 m2 , Tahun 2011…... 58

6. Data harga Out Put, Total Biaya, Pemasukanm Keuntangan dan R/C Ratio Usaha Pembesaran Ikan Gurame di Kecamatan Dramaga Dengan Luas Lahan 550 m2, Tahun 2011……… 59

7. Hasil Pendugaan Fungsi Produksi dengan Metode Kuadrat Terkecil Anova………... 60

8. Residual Plots for Output... 61 9. Nilai Investasi dan Penyusutan pada Usaha ikan gurame dalam Kondisi Aktual di Desa Kecamatan Dramaga dengan Luas Lahan 550 m2 Tahun 2011………... 62

10. Nilai Investasi dan Penyusutan pada Usaha Pembesaran Ikan gurame dalam Kondisi Optimal di Kecamatan Dramaga dengan Luas Lahan 550 m2 Tahun 201... 63

11. Sistem Produksi………. 64

12. Harga pakan 5 tahun sebelumnya... 65

13. Kuisioner... 66

14. Cash Flow pada Usaha Pembesaran Ikan Gurame pada Kondisi Optimal 7 ekor/m2 dengan Asumsi Lahan Milik sendiri………. 67

15. Cash Flow pada Usaha Pembesaran Ikan Gurame pada Kondisi Optimal 7 ekor/m2 dengan asumsi lahan sewa………... 68

16. Cash Flow pada Usaha Pembesaran Ikan Gurame pada Kondisi Optimal 7 ekor/m2 dengan asumsi lahan sendiri dan terjadi kenaikan harga pakan sebesar 16%... 69 17. Cash Flow pada Usaha Pembesaran Ikan Gurame pada Kondisi Optimal 7ekor/m2 B dengan asumsi lahan sewa dan terjadi kenaikan harga pakan sebesar 16%... 70


(13)

I. PENDAHULUAN

I.I Latar Belakang

Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk dunia dan kebutuhan akan bahan pangan dan gizi yang lebih baik, permintaan ikan terus meningkat dari tahun ke tahun. Menurut FAO (2001), produksi ikan dunia pada tahun 1999 mencapai 125,2 juta ton. Ikan yang digunakan untuk konsumsi meningkat 2,1 juta ton dari 90, 7 juta ton yang diproduksi pada tahun 1996. Berdasarkan statistik tahunan FAO yang dilaporkan Infofish Fishing Technology Digest For Asia Pasifik, edisi Juli-september 2004 mengatakan bahwa Indonesia menempati urutan ke 5 dari 25 negara penghasil ikan. Total produksi produksi perikanan Indonesia cenderung mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Menurut BPS (2008) total produksi perikanan Indonesia pada tahun 2008 sebesar 8.707.810 ton

Sektor perikanan merupakan salah satu bagian sangat potensial untuk meningkatkan pendapatan negara. Total penerimaan negara pada tahun 2010 dari sektor ini sebesar 2,5 % atau 27,5 triliun dari seluruh total penerimaan negara (BPS 2010). Jika dilihat dari kurva ekonomi, sektor ini selalu mengalami pertumbuhan yang sangat signifikan. Hal ini bisa diakibatkan oleh daya hasil produk olahan yang sudah kompetitip dan sistem produksi yang telah terintegrasi.

Untuk meningkatan nilai perdagangan, KKP telah menetapkan beberapa komoditas unggulan, salah satunya adalah ikan gurame. Ikan Gurame merupakan salah satu komoditas budidaya yang memiliki nilai produksi yang mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Berikut ini merupakan produksi ikan Gurame pada tahun 2004 sebesar 23.758 ton, tahun 2005 sebesar 25.442 ton, tahun 2006 sebesar 28.710 ton, tahun 2007 sebesar 35.707 ton, dan pada tahun 2008 sebesar 37.100 ton, tahun 2009 sebesar 38.500 ton, tahun 2010 sebesar 40.300 dengan peningkatan per tahunnya sebesar 12,05 %. Target produksi gurame pada tahun 2011 sebesar 42.300 (KKP, 2010)

Kabupaten Bogor termasuk salah satu sentra produksi ikan gurame. Produksi ikan gurame di Kabupaten Bogor selalu mengalami peningkatan yang sangat signifikan. Produksi pembesaran ikan gurame di Kabupaten Bogor pada tahun 2008 sebesar 1.854,82 ton, tahun 2009 sebesar 1.946,43 ton dengan peningkatan per tahunnya 4,94% (Disnaken Kab Bogor, 2009). Untuk


(14)

meningkatkan produksi ikan gurame terdapat beberapa kendala yang dihadapi pembudidaya menyangkut pemahaman aspek teknologi maupun penggunaan input produksi yang belum efisien. Penggunaan teknologi didalam pemeliharaan masih tergolong tradisional hal ini bisa dilihat dari cara budidaya budidaya yang diterapkan, terutama yang menyangkut penggunaan teknologi pada saat produksi. Wilayah sentra produksi ikan gurame di Kabupaten Bogor salah satunya di Kecamatan Dramaga yang tersebar di Desa Sukawening dan Desa Petir. Daerah ini sudah di canangkan sebagai kawasan untuk pengembangan ikan gurame. Jika dilihat dari persentasi pembudidaya ikan gurame di Kecamatan Dramaga, peningkatan pembudidaya tidak terjadi secara siknifikaan. Padahal jika dilihat dari kelayakan lokasi, daerah ini termasuk kawasan subur dan memiliki sumber air yang cukup.

Ada beberapa kendala yang dihadapi pembudidaya didalam meningkatkan produktivitas ikan gurame di Kecamatan Dramaga diantaranya kurang efisiennya beberapa faktor produksi seperti pakan, benih, daun sente, pupuk, kapur, tenaga kerja.

I.2. Tujuan penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penggunaan input produksi agar lebih efisien dan menganilisis kelayakan finansial usaha pembesaran ikan gurame di Kecamatan Dramaga sehingga meningkatkan produktivitas pembudidaya.


(15)

II. BAHAN DAN METODE

2.1 Waktu dan tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan Agustus 2010 di Kecamatan Bogor, Kabupaten Bogor. Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor

2.2 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode studi kasus yang dapat menggambarkan kondisi secara umum tentang subjek yang dianalisis. Latar belakang penggunaan metode ini melihat kondisi daerah penelitian yang perlu dikaji dari beberapa aspek yang mempengaruhi seperti aspek ekonomi dan sosial.

Menurut Soeratno dan Arsyad (1999), metode penelitian dengan menggunakan studi kasus, menunjukkan bahwa penelitian dilakukan dalam lingkup yang terbatas, sehingga hasil penelitian tidak dapat digeneralisasikan. Studi kasus digunakan sebagai metode dalam penelitian ini, karena metode ini paling sesuai dengan kebutuhan dan kondisi di daerah penelitian. Satuan kasus yang digunakan dalam penelitian ini adalah pembudidaya yang melakukan usaha pembesaran ikan gurame di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor.

2.3 Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan dua jenis data yaitu data image dan text. Menurut Fauzi (2001), data image adalah data yang ditampilkan dalam bentuk foto, diagram dan sejenisnya yang memberikan informasi secara spesifik mengenai keadaan tertentu, sedangkan data text adalah data yang diperoleh dalam bentuk alfabet dan angka numerik. Data text padapenelitian ini terdiri darifaktor produksi, biaya investasi, dan jumlah produksi yang dihasilkan. Data image yang digunakan berupa gambar dan foto selama penelitian.

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini ada dua, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh melalui pengamatan secara langsung di lapangan dengan metode wawancara dan pengisian kuisioner, sedangkan data sekunder data yang diperoleh melalui instansi tertentu yang


(16)

biasanya digunakan sebagai data penunjang penelitian. Data primer pada penelitian ini meliputi meliputi karakteristik pembudidaya gurame, teknis pemeliharaan, faktor produksi input dan output produksi, penerimaan, biaya investasi, biaya variabel, biaya tetap, dan penyusutan. Data sekunder meliputi informasi yang diperoleh dari Kementerian Kelautan dan Perikanan, Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bogor

2.4 Metode Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling, yaitu anggota populasi dipilih untuk memenuhi tujuan tertentu mengandalkan logika atas kaidah-kaidah yang berlaku yang didasari pertimbangan peneliti. Sampel yang diambil berjumlah 27. Dimana sampel yang dilakukan diambil dari 2 desa yaitu Desa Petir dan Desa Sukawening. Jumlah sampel yang diambil dari desa Sukawening sebanyak 7 pembudidaya dari 15 orang pembudidaya. Sedangkan dari Desa petir jumlah sampel yang diambil sebanyak 20 orang dari 35 pembudidaya di Kecamatan Dramaga. Sampel yang dipilih merupakan individu yang dianggap memenuhi kriteria sebagai berikut :

1. Pembudidaya yang memiliki pengalaman dalam kegiatan pembesaran minimal 2 tahun.

2. Pembudidaya yang masih aktif melakukan kegiatan budidaya pembesaran

2.5 Analisis Data

Analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan di interpretasikan. Data dan informasi yang telah terkumpul ditabulasikan untuk kemudian dianalisis dengan menggunakan metode analisis fungsi produksi model Cobb-Douglas dan Analisis finansial.

2.5.1 Analisis Fungsi Produksi

Analisis fungsi produksi dilakukan dengan menggunakan pendekatan fungsi produksi model Cobb-Douglas. Fungsi produksi Cobb-Douglas digunakan untuk menduga hubungan antara produksi pembesaran ikan gurame dengan penggunaan


(17)

faktor-faktor produksinya. Model pendugaan dari persamaan fungsi produksi Cobb-Douglas adalah sebagai berikut :

Y = aX1b1X2b2X3b3X4b4X5b5X6b6X7b7eu... (1) Model pendugaan tersebut didasarkan pada kegiatan budidaya selama satu siklus produksi ( 7 bulan). Untuk memudahkan pendugaan terhadap persamaan di atas, maka persamaan tersebut diubah ke dalam bentuk linear berganda dengan cara melogaritmakan persamaan tersebut menjadi :

LnY = ln a + b1lnX1 + b2lnX2 + b3lnX3 + b4lnX4+ b5lnX5+ b6lnX6 + b7lnX7 ……..……… (2)

Dimana :

Y = Produksi ikan gurame (ekor/m2)

X1 = Benih gurame gurame (ekor/m2) X2 = Pelet (kg)

X3 = Daun sente (kg) X4 = Pupuk (kg)

X5 = Kapur (kg) X6 = Tk 1 (jam kerja)

X7 = Tk 2 (jam kerja) X8 = Tk 3 (jam kerja)

Ketepatan model yang digunakan sebagai alat analisis diuji dengan menggunakan uji statistik sebagai berikut :

1) Uji statistik t, digunakan untuk mengetahui seberapa jauh masing-masing faktor produksi (Xi) sebagai variabel bebas mempengaruhi produksi (Y)

sebagai variabel tidak bebas. Prosedur pengujiannya adalah sebagai berikut :

H0 : bi = 0 (tidak ada pengaruh)

H1 : bi ≠ 0 (ada pengaruh)

t hitung = (bi – 0)/Sbi

Keterangan : Sbi = standard error dari b bi = koefisien regresi

 Jika thitung < ttabel, maka H0 diterima, artinya X1 tidak berpengaruh


(18)

 Jika thitung > ttabel, maka H0 ditolak, artinya X1 berpengaruh nyata

terhadap Y.

2) Uji statistik f, digunakan untuk mengetahui faktor produksi (X1) secara

bersama mempengaruhi output (Y). Hipotesis yang diuji adalah : H0 : bi = 0 (tidak ada pengaruh)

H1 : bi ≠ 0 (ada pengaruh)

Fhitung=

(JKR

k-1)

JKD/(n-k) ………...………. (3)

Keterangan :

JKR = Jumlah Kuadrat Regresi JKD = Jumlah Kuadrat Residual n = Jumlah Sampel

k = Jumlah Variabel

 Jika Fhitung < Ftabel, maka H0 diterima, artinya faktor produksi

secara simultan tidak berpengaruh nyata terhadap produksi.

 Jika Fhitung > Ftabel, maka H0 ditolak, artinya faktor produksi secara

simultan berpengaruh nyata terhadap produksi.

Pada analisis fungsi produksi, selain digunakan analisis kriteria statistik juga dilakukan analisis kriteria ekonometrik untuk menguji ketepatan model yang digunakan. Analisis kriteria ekonometrik dilakukan untuk mengetahui apakah model regresi memenuhi asumsi normalitas, multikolinearitas, homoskedastisitas, dan autokorelasi.

Menurut Santoso (2000), normalitas adalah suatu kondisi dalam model regresi dimana nilai Y (variabel tidak bebas) didistribusikan secara normal terhadap nilai X (variabel bebas). Suatu model regresi yang baik harus memenuhi asumsi normalitas ini

Menurut Santoso (2000), multikolinearitas adalah problem dalam suatu model regresi yang diakibatkan adanya korelasi antar variabel independent. Beberapa cara untuk mengatasi problem multikolinearitas diantaranya dengan menambah jumlah sampel dan mengeluarkan variabel yang mempunyai korelasi tinggi.


(19)

Homoskedastisitas adalah asumsi dalam model regresi dimana variasi di sekitar garis regresi seharusnya konstan untuk setiap nilai X (Santoso, 2000). Bila asumsi ini tidak terpenuhi berarti model regresi mengalami problem heteroskedastisitas. Heteroskedastisitas adalah masalah yang terjadi pada model regresi apabila terjadi asumsi variance error term konstan untuk setiap nilai pada variabel penjelas dilanggar. Masalah heteroskedastisitas ini sering terjadi pada data cross-section. Cara mengatasi masalah heteroskedastisitas ini diantarnya adalah dengan :

a) Menggunakan Weight Least Square Regression (nilai variabel dibagi dengan nilai variabel yang dianggap menyebabkan heteroskedastisitas). b) Menggunakan fungsi log untuk variabel penjelas yang mengakibatkan

heteroskedastisitas.

Autokorelasi adalah masalah dalam model regresi linear karena adanya korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Autokorelasi ini biasanya terjadi pada model regresi yang menggunakan data time series atau berdasarkan waktu berkala (Santoso, 2000).

Analisis Return to Scale (RTS) sangat penting untuk dilakukan untuk mengetahui apakah kegiatan usaha yang sedang diteliti tersebut berada dalam kondisi increasing, constant, atau decreasing return to scale. Analisis RTS ini dilakukan dengan menjumlahkan besaran elastisitas (bi). Berdasarkan persamaan 1 maka :

1 < b1 + b2 + b3 + b4 < 1 ………... (4)

a. Jika b1 + b2 + b3 + b4 < 1, maka usaha berada dalam keadaan decreasing

return to scale. Artinya apabila faktor produksi yang digunakan ditambahkan maka besarnya penambahan output akan lebih kecil dari proporsi penambahan input.

b. Jika b1 + b2 + b3 + b4 = 1, maka usaha berada dalam keadaan constant

return to scale, dimana penambahan proporsi input yang digunakan akan sama dengan penambahan proporsi output yang dihasilkan.


(20)

c. Jika b1 + b2 + b3 + b4 > 1, maka usaha berada dalam keadaan increasing

return to scale, dimana proporsi penambahan output yang dihasilkan akan lebih besar dari penambahan proporsi input.

Tingkat alokasi input yang optimal dapat diketahui melalui analisis dari fungsi keuntungan, yaitu :

Π = TR – TC atau Π = PyY – PxiXi ... (5)

Keuntungan maksimum pada usaha pembesaran pembesaran ikan gurame yang dapat tercapai pada saat turunan pertama dari fungsi keuntungan usaha terhadap faktor produksi sama dengan nol, yaitu :

Π = PyY – PxiXi δπ

δXi=0

Py(dy/dxi) = Pxi

PyPMxi = Pxi

NPMxi = Pxi

NPMxi

Pxi

=

1 …….………... (6)

2.5.2 Analisis Finansial

Analisis finansial adalah analisis yang dilakukan terhadap suatu proyek, dimana proyek dilihat dari sudut badan atau orang yang menanamkan uangnya dalam proyek maupun yang memiliki kepentingan terhadap jalannya proyek. Analisis finansial ini penting untuk memperhitungkan insentif bagi badan maupun orang-orang yang terlibat di dalam proyek.

2.5.2.1 Analisis Usaha

Analisis usaha merupakan bagian dari analisis finansial yang digunakan untuk menghitung besarnya keutungan yang diperoleh dari suatu kegiatan usaha dalam waktu satu tahun. Analisis usaha ini terdiri dari analisis pendapatan usaha, analisis imbangan penerimaan dan biaya (R/C), analisis payback period (PP), dan analisis break even point (BEP).


(21)

a. Analisis Pendapatan Usaha

Analisis ini bertujuan untuk mengetahui komponen-komponen input dan

output yang terlibat di dalam usaha dan besar keuntungan yang diperoleh dari hasil usaha. Secara matematis konsep pendapatan dapat dirumuskan sebagai berikut :

Π = Y.Py – ∑ni= 0Xi . Pxi …………...………... (7)

Dimana :

Π = Pendapatan (Rp per musim)

Y = Total Produksi (Kg per musim)

Xi = Jumlah input i yang digunakan (unit) Py = Harga persatuan output (Rp)

Pyi = Harga persatuan input (Rp) Py.Y = Penerimaan total (Rp)

Px.ΣXi = Biaya Total (Rp)

b. Analisis Imbangan Penerimaan dan Biaya (R/C)

Analisis ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana manfaat yang diperoleh dari kegiatan usaha selama periode tertentu cukup menguntungkan. Secara matematis analisis imbangan penerimaan dan biaya dapat dirumuskan sebagai berikut (Soekartawi, 1995)

R/C=TR

TC ………... (8)

Dimana :

TR = Total Revenue atau Penerimaan total (Rp)

TC = Total Cost atau Biaya Total (Rp) Dengan kriteria usaha

R/C > 1, usaha menguntungkan

R/C = 1, usaha impas

R/C = 1, usaha rugi c. Payback period (PP)

Analisis ini digunakan untuk mengetahui berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menutupi investasi yang ditanamkan pada suatu usaha (Husnan, 1998). Metode payback period secara sistematis dinyatakan dalam rumus berikut:


(22)

Payback Period = Investasi

Net Bene it x 1 tahun

d. Analisis Break Event Point (BEP)

Break Event Point merupakan suatu nilai dimana hasil penjualan output

produksi sama dengan biaya produksi. Pada kondisi Break Event Point ini pengusaha mengalami impas. Perhitungan BEP ini digunakan untuk menentukan batas minimum volume penjualan agar suatu perusahaan tidak rugi (Husnan, 1998). Selain itu BEP dapat dipakai untuk merencanakan tingkat keuntungan yang dikehendaki dan sebagai pedoman dalam mengendalikan operasi yang sedang berjalan. BEP dapat dihitung dengan persamaan matematis seperti ini:

BEP ( Ni lai Produksi) = Biaya Tet ap

1-Biaya var iabel/ Pener imaan…...……...…………..(9) BEP ( Volume Produksi) = TFC

Py-AVC ………...………. (10)

Dimana:

TFC = Biaya tetap total (Rp) AVC = Biaya variabel rata-rata (Rp) Py = Harga komoditas (Rp/kg)

2.5.2.2Analisis Kriteria Investasi

Analisis kriteria investasi penting dilakukan untuk mengetahui besar manfaat dan besar biaya dari setiap unit yang dianalisis. Indikator yang biasa digunakan untuk analisis kriteria investasi diantaranya adalah :

a. Net Present Value (NPV)

Net Present Value adalah nilai sekarang dari keuntungan bersih yang akan didapatkan pada masa yang akan datang. NPV ini pada dasarnya merupakan kombinasi pengertian present value penerimaan dan present value pengeluaran (Husnan, 1998). Secara matematis NPV dinyatakan dalam rumus berikut :

NPV= Bt-Ct ( 1+ i)t n

i = 0 ………...(11)

Dengan kriteria usaha sebagai berikut : - NPV < 0 , usaha tidak layak

- NPV = 0 , usaha tersebut memberikan hasil yang sama dengan modal yang digunakan (impas)


(23)

- NPV > 0 , usaha layak untuk dijalankan karena akan dapat menghasilkan Keuntungan

Keterangan:

Bt = manfaat unit usaha pada tahun t (Rp) Ct = Biaya usaha pada tahun ke t (Rp)

i = Discount rate (%)

t = umur proyek (10 tahun)

b. Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C)

Net B/C adalah perbandingan antara jumlah nilai sekarang dari keuntungan bersih pada tahun-tahun yang mana keuntungan bersih bernilai positif dengan keuntungan bersih bernilai negatif (Kadariah et al., 1976). Secara matematis Net B/C dinyatakan dengan rumus :

Net B/ C

=

Bt- Ct

(1+i)t t=10 t=0

Ct- Bt

(1+i)t t=10 t=0

………...….

(12)

Syarat : Bt – Ct > 0 Ct – Bt < 0 Dengan kriteria usaha :

- Net B/C < 1, berarti usaha itu sebaiknya tidak dilaksanakan karena tidak layak

- Net B/C > 1, berarti usaha itu akan mendatangkan keuntungan, sehingga usaha ini dapat dilaksanakan

Keterangan :

Bt = Benefit sehubungan dengan adanya investasi pada tahun t (Rp)

Ct = Biaya sehubungan dengan adanya investasi pada tahun t (Rp)

t = Umur Proyek (10 tahun)


(24)

c. Internal Rate of Return (IRR)

IRR adalah nilai discount rate i yang membuat NPV pada proyek sama dengan nol (Kadariah et al., 1976). Secara matematis IRR dinyatakan dengan rumus

= +

"−( − ") ……….... (13)

Dengan kriteria usaha:

IRR≥ i (discount rate), berarti usaha dapat dilaksanakan

IRR < i (discount rate), berarti usaha lebih baik tidak dilaksanakan Keterangan :

i’ = discount rate yang menghasilkan NPV+ (%)

i” = discount rate yang menghasilkan NPV- (%)

NPV’ = NPV pada tingkat bunga i’(Rp)

NPV” = NPV pada tingkat bunga i”(Rp)

2.5.3 Analisis Sensitivitas

Analisis sensitivitas dilakukan dengan mengubah suatu unsur kemudian menentukan pengaruh dari perubahan tersebut pada hasil analisis. Pada usaha pembesaran ikan gurame dengan sistem budidaya tradisional, analisis sensitivitas dilakukan terhadap perubahan harga pakan. Pakan merupakan faktor produksi yang utama, sehingga perubahannya akan sangat berpengaruh pada kelangsungan usaha. Pada penelitian ini, metode yang akan digunakan dalam analisis sensitivitas adalah kenaikan tertinggi harga pakan selama 5 tahun terakhir.

2.6 Batasan dan Pengukuran

a) Variabel yang dijelaskan (output) dalam analisis fungsi produksi dalam penelitian ini adalah ikan gurame ukuran konsumsi

b) Variabel yang menjelaskan (input) dalam analisis fungsi produksi dalam penelitian ini terdiri atas jumlah benih (ekor), pelet (kg) , daun sente (kg), pupuk (kg), kapur (kg), tenaga kerja persiapan (jam kerja), tenaga kerja pemeliharaan (jam kerja), tenaga kerja panen (jam kerja). Variabel input ini dihitung per m2.


(25)

d) Optimalisasi dengan menggunakan metode Cobb-Douglas dan kelayakan usaha dengan analisis kelayakan finansial.

e) Analisis sensitivitas dengan menaikan harga pakan sebesar kenaikan harga pakan tertinggi selama 5 tahun terakhir


(26)

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Kondisi Umum Daerah Penelitian

Kecamatan Dramaga terletak di wilayah Bogor Barat dengan luas wilayah 2.437.636 Ha dimana 972 Ha digunakan untuk sawah, 1145 Ha lahan kering (pemukiman, pekarangan, kebun), 49,79 Ha lahan basah (rawa, danau, tambak, situ), 20,30 Ha lapangan olahraga dan pemakaman umum. Kecamatan Dramaga sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Rancabungur, sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Tamansari/Ciomas, sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Ciampea, dan sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Bogor Barat. Curah hujan di Kecamatan Dramaga 1000 – 1500 mm/tahun, dengan ketinggian 500 m dari permukaan laut. Jarak Kecamatan Dramaga dari ibukota Kabupaten Bogor adalah 12 km, dari ibukota Propinsi Jawa Barat 180 km. Kecamatan Darmaga terdiri dari 10 desa, 24 dusun, 72 RW, 309 RT, dan 20.371 KK (Kepala Keluarga).

3.2 Gambaran umum Pembudidaya Ikan Gurame

Budidaya pembesaran ikan gurame di Kecamatan Dramaga tergolong masih tradisional. Hal ini bisa dilihat dari sistem produksi dan sarana produksi yang belum berjalan dengan baik. Jika dilihat dari segi umur, rata-rata petani ikan gurame memiliki umur 45 tahun, umur terendah 31 tahun, dan tertinggi 61 tahun.

Tingkat pendidikan penduduk di Kecamatan Dramaga sangat memprihatinkan, dimana persentasi jumlah pembudidaya yang berpendidikan SD sebesar 80,48 % sedangkan yang berpendidikan SMP maupun SMA masih sangat sedikit yang dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Distribusi Tingkat Pendidikan Pembudidaya Ikan Gurame

No Tingkat Pendidikan Jumlah Persentasi (%)

1 SD 22 81,48

2 SMP 2 7,41

3 SMA/STM 3 11,11

Total 27 100,00

Jumlah pembudidaya ikan gurame yang menjadikan perikanan sebagai sebagai pekerjaan utama sebesar 59,26 % dan yang menjadikan sebagai pekerjaan


(27)

sampingan 40,74 %. Jika melihat konsep budidaya yang diterapkan, budidaya pembesaran ikan gurame yang ada di Kecamatan Dramaga bisa berkembangkan dengan baik. Hal ini didukung oleh tempat budidaya yang memiliki tanah yang subur dan sumberdaya air yang cukup melimpah. Disamping itu juga pembudidaya ikan gurame di Kecamatan Dramaga rata-rata memiliki lahan sendiri. Luas lahan yang dimiliki pembudidaya rata-rata 550 m2 , yang memiliki lahan terkecil 35 m2 dan terluas 4500 m2.

3.3Kegiatan Budidaya.

Ada beberapa tahapan yang dilakukan di dalam kegiatan budidaya. Dimana tahapan-tahapan tersebut yang akan menentukan gagal atau berhasilnya produksi. Tahapan tersebut diantaranya persiapan kolam, penyedian benur, pemeliharan, pemanenan dan pemasaran. Berikut ini merupakan gambar proses produksi pada usaha pembesaran ikan gurame di Kecamatan Dramaga. Tahapan pertama adalah pengeringan kolam selama 10 hari, setelah itu baru dilakukan pengapuran dengan tujuan meningkatkan pH air. Kemudian baru dilakukan pemupupukan dengan tujuan meningkatkan kandungan unsur hara yang ada di kolam. Setelah dipupuk baru dilakukan pengisian air. Kemudian baru dilakukan penebaran benih. Sebelum benih ditebar terlebih dahulu dilakukan aklimitisasi selama 30 menit dengan tujuan untuk menyamakan suhu tubuh ikan dengan air. Lama pemeliharaan ikan dilakukan selama 7 bulan. Pakan yang digunakan ada dua jenis yakni pakan buatan pabrik berupa pelet dan daun tumbuhan berupa daun sente. Dosis pemberian pakan berupa pelet dengan kandungan 3% biomassa ikan. Pemberian pakan berupa daun sente dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan karbohidrat bagi ikan gurame. Pengelolaan kualitas air dilakukan dengan dua cara yaitu pergantian air total volume kolam dan pergantian 30 % dari volume total. Pergantian total dilakukan ketika ikan gurame di serang oleh penyakit. Sedangkan pergantian sebanyak 30 % dilakukan ketikan ikan berada dalam keadaan sehat. Setelah itu baru dilakukan proses panen setelah ikan berada pada ukuran 500 g/ekor. Hal ini bisa dilahat pada gambar 1.


(28)

Gambar 1. Alur produksi ikan gurame di Kecamatan Dramaga

3.3.1 Persiapan Kolam.

Ada beberapa tahapan yang dilakukan didalam persiapan kolam diantaranya pengeringan, pengapuran, pemupukan, pengisian air dan penebaran benur.

1. Pengeringan

Sebelum melakukan pengeringan terlebih dahulu dilakukan pengeluaran air dari wadah budidaya melalui saluran outlet menuju saluran pembuangan. Air dari wadah budidaya diusahakan agar tidak mengalir ke kolam lain sehingga tidak berdampak negatif bagi kondisi fisiologis ikan. Pengolahan air kembali tidak dilakukan hal ini disebabkan sumber air yang tersedia di Kecamatan Dramaga tergolong melimpah. Disamping itu juga pemahaman pembudidaya tentang cara pengolahan air sangat minim. Saluran outlet yang digunakan terbuat dari pipa ukuran D 25. Waktu yang dibutuhkan untuk mengeluarkan air dari wadah budidaya ukuran kolam 150 m2 selama 3 jam. Setelah air terbuang semuanya dari

Pengeringan

Pengapuran

Pemupukan

Pengisian air

Penebaran benih

Pemeliharaan


(29)

wadah, dilakukan pemerataan kolam dengan membuang lumpur halus menuju saluran outlet menggunakan cangkul. Tujuan pembuangan lumpur halus yaitu untuk mengurangi keberadaan bahan-bahan toksik berupa H2S, nitrit, amonia, ion

besi dan metana. Selain itu juga lumpur keras sebagian dipindahkan ke pematang kolam dengan tujuan untuk menutupi pematang yang bocor akibat dari organisme tertentu. Pengeringan dilakukan selama 10 hari. Menurut Boyd (1979) dua minggu setelah pengeringan, kecepatan dekomposisi sangat berkurang. Karena itu pada masa pengeringan sebelum benih ditebar, alangkah baiknya mengairi kolam untuk membasahi dasar kolam, dan mengeringkan kembali. Pembilasan dan pengeringan yang berulang-ulang juga mempercepat oksidasi ammonia yang terperangkap dalam lapisan tanah kolam.

Proses pengeringan merupakan salah satu aspek pada tahap persiapan yang sangat mempengaruhi keberhasilan di dalam budidaya. Tujuan dari pengeringan wadah budidaya diantaranya aerasi sedimen permukaan untuk pengoksidasian senyawa-senyawa tereduksi seperti H2S, nitrit, ammonia, ion besi, metana,

dekomposisi dan mineralisasi bahan organik oleh mikrooganisme tanah, reduksi BOD (biochemical oxygen demand), serta membunuh telur, larva dan stadia dewasa predator. Pengeringan yang berlebihan akan berpengaruh buruk terhadap proses dekomposisi bahan organik. Dekomposisi bahan organik oleh mikroorganisme tanah akan berkurang selama pengeringan tanah melampaui titik kandungan kelembaban optimum.

2. Pengapuran

Sebelum dilakukan penebaran benih terlebih dahulu pembudidaya melakukan proses pengapuran. Hal ini dilakukan untuk menaikkan pH menjadi pH netral pada kisaran 7-8. Jenis kapur yang digunakan pembudidaya ikan gurame di Kecamatan Dramaga yaitu kapur pertanian (CaCO3) dengan dosis

sebanyak 250 g/m2. Penggunaan kapur pertanian di dalam meningkatkan pH tidak terlalu drastis sehingga aman bagi biota yang dipelihara. Pembudidaya biasanya membeli kapur dari pasar Dramaga dengan harga Rp 2500/kg. Waktu pengapuran dilakukan pada sore hari. Sebelum melakukan pengapuran, pembudidaya ikan gurame biasanya melakukan pemilihan kapur yang ukurannya partikelnya lebih kecil. Pembudidaya beranggapan bahwa kapur yang ukurannya


(30)

lebih halus memiliki luas permukaanya yang lebih besar yang bereaksi. Cara pemberian kapur dilakukan dengan terlebih dahulu melarutkan kapur di dalam ember setelah itu pembudidaya baru menyebarkan kapur pada setiap permukaan kolam dengan frekuensi pengapuran hanya dilakukan satu kali. Waktu yang dibutuhkan pembudidaya untuk melakukan pengapuran kolam dengan ukuran 150 m2 selama 1,5 jam. Proses pengapuran yang dilakukan di Kecamatan Dramaga setelah dilakukan pengeringan selama 10 hari. Setelah itu dilakukan pengapuran maka pembudidaya biasanya mengistirahatkan kolam selama 2 hari kemudian dilakukan proses pengisian air. Konsentrasi kalsium dan magnesium akan meningkat setelah pengapuran. Peningkatan kandungan kalsium akan memberikan dampak positif bagi plankton. Plankton memerlukan 5 mg/l Ca2+ dan 2 mg/l Mg2+ untuk pertumbuhan maksimum. Disamping itu juga setelah pengapuran maka akan meningkatkan kandungan fosfor yang sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan plankto. Aktivitas respirasi plankton akan menghasilkan CO2, semakin banyak

CO2 yang dihasilkan maka akan mengakibatkan pH air turun. Oleh karena itu

pengapuran pada sore hari sangat baik untuk dilakukan. Dengan pengapuran maka karbonat akan bertambah yang berarti kamampuan mengikat CO2 di dalam air

juga akan semakin besar sehingga banyak ion OH- yang dilepaskan ke air yang bisa menaikkan pH, dan CO2 yang berbentuk kembali pada reaksi tersebut bisa digunakan pada aktivitas fotosintesis plankton pada siang harinya, sehingga keberadaan plankton bisa dipertahankan.

Pengapuran kolam juga akan mempengaruhi kondisi fisiologis ikan. Ikan gurame memerlukan kadar tertentu ion kalsium dan magnesium. Jika kebutuhan ikan akan kandungan kalsium dan magnesium tidak terpenuhi dengan cukup, maka akan mengganggu pertumbuhan ikan. Menurut Boyd (1979) ikan tidak tumbuh normal dalam air dengan kesadahan air kurang dari 5 mg/l.

Pengapuran akan mengurangi pewarnaan air oleh humus dan mengurangi kekeruhan yang disebabkan oleh partikel liat koloida (Boyd, 1979).

Luas lahan budidaya ikan gurame yang ada di Kecamatan Dramaga memiliki perbedaan di antara setiap pembudidaya. Oleh karena itu kebutuhan kapur bagi pembudidaya akan berbeda-beda. Hal ini bisa dilihat pada Gambar 2.


(31)

Gambar 2. Hubungan luas lahan dengan jumlah pemberian kapur

Berdasarkan grafik di atas menunjukkan bahwa luas kolam mempengaruhi jumlah kapur yang dibutuhkan. Semakin luas lahan kolam maka jumlah kapur yang dibutuhkan semakin banyak. Penggunaan kapur terendah sebesar 9 kg dengan luas lahan 35 m2 sedangkan yang paling banyak sebesar 1.125 kg dengan luas lahan 4.500 m2 dalam satu siklus produksi. Rata-rata kebutuhan kapur dengan luas lahan 550 m2 di Kecamatan Dramaga sebesar 136 kg dalam satu siklus produksi. Dosis kapur yang digunakan pembudidaya ikan gurame di Kecamatan Dramaga sebesar 250 g/m2. Berdasarkan SNI 01-7241 (2006) dosis kapur yang baik pada kisaran 200 g/m2. Kelebihan penggunaan kapur yang dilakukan pembudidaya ikan gurame di Kecamatan Dramaga akan memiliki dampak negatif bagi ikan. Kapur yang berlebih akan mengendap di dasar kolam dan akan bereaksi dengan CO2 yang dilepaskan dari dekomposisi bahan organik.

Jika reaksi CO2 dengan kapur terlalu tinggi maka akan mengganggu pertumbuhan fitoplankton yang sangat membutuhkan CO2 untuk proses fotosintesis. Disamping itu juga kelebihan penggunaan kapur akan menambah biaya produksi yang seharusnya bisa digunakan pembudidaya untuk biaya kebutuhan produksi yang lainnya. Penyebab penggunaan kapur yang berlebih yang dilakukan pembudidaya ikan gurame di Kecamatan Dramaga diakibatkan oleh kurangnya pemahaman pembudidaya mengenai aspek lingkungan.

0 200 400 600 800 1000 1200

0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000 4500 5000

K

a

p

u

r

(g

/

m

2

)


(32)

3. Pemupukan

Untuk menjaga kesuburan kolam, pembudidaya Kecamatan Dramaga mengharuskan dilakukannya pemupukan. Pupuk yang digunakan pembudidaya berupa pupuk organik yang berasal dari kotoran ayam dengan dosis 0,2 kg/m2. Sumber pupuk yang berasal dari kotoran ayam diperoleh dari peternak ayam yang ada di Kecamatan Dramaga. Biaya tranportasi pupuk biasanya ditanggung oleh para peternak ayam sampai pupuk berada pada areal budidaya. Pupuk yang berasal dari kotoran ayam biasanya dibuat di dalam wadah berupa karung dengan berat 30 kg/karung. Tingkat harga pupuk yang diberikan peternak ayam kepada pembudidaya pada umumnya sama. Harga kotoran ayam dengan berat 30 kg/karung sebesar Rp 25000. Kebutuhan akan pupuk organik yang berasal dari kotoran ayam berbeda-beda di antara pembudidaya ikan gurame.

Jumlah kotoran ayam yang diperlukan untuk proses pembesaran ikan gurame di Kecamatan Dramaga memiliki perbedaan diantara setiap pembudidaya. Hal ini berhubungan erat dengan luas lahan yang yang dimiliki pembudidaya. Untuk melihat perbedaan tersebut bisa dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Hubungan luas lahan dengan jumlah pupuk yang digunakan Berdasarkan grafik di atas menunjukkan bahwa penggunaan pupuk berupa kotoran ayam yang dilakukan pembudidaya ikan gurame di Kecamatan Dramaga menunjukkan bahwa semakin luas lahan budidaya maka jumlah pakan yang dibutuhkan semakin besar. Penggunaan pupuk terendah sebesar 30 kg dengan luas lahan 48 m2 sedangkan penggunaan pupuk tertinggi sebesar 1.200 kg dengan luas lahan 4.500 m2 per satu siklus. Kebutuhan pupuk rata-rata dari pembudidaya ikan gurame di Kecamatan Drama sebesar 201 kg per satu siklus pembesaran ikan

-200 400 600 800 1,000 1,200 1,400

- 1,000 2,000 3,000 4,000 5,000

P

u

p

u

k

(

g

/m

2)


(33)

gurame. Sedangkan kebutuhan total pupuk organik dari 27 pembudidaya ikan gurame di Kecamatan Dramaga sebesar 5.440 kg. Waktu pembayaran pupuk biasa dilakukan pembudidaya setelah pupuk sudah berada pada areal budidaya. Pembudidaya melakukan pemupukan pada pagi atau sore hari. Pemberian pupuk dilakukan dengan menebar kotoran ayam tersebut langsung ke wadah pemeliharaan. Ada beberapa kendala yang dihadapi pembudidaya jika memakai pupuk organik sebagai sumber pupuk utama diantaranya pupuk organik dibutuhkan dalam jumlah banyak, sering sekali pengadaannya sulit dilakukan dan kandungan haranya tidak begitu banyak dan sulit untuk menentukan takaran yang optimal.

Selain penggunaan pupuk organik ada juga yang menggunakan pupuk anorganik berupa Urea, TSP, KCl, dan NPK. Pemberian pupuk urea dapat langsung ditebar merata di pelataran kolam. Daniels (1991) mengatakan bahwa penggunaan urea 0,72 kg N/150 m2 pada kolam, secara nyata dapat menurunkan

bahan organik di dasar kolam. Proses penguraian bahan organik memiliki hubungan yang erat antara unsur C dan N. Penguraian bahan organik oleh mikorganisme disamping membutuhkan karbohidrat (berasal dari C) yang digunakan sebagai sumber tenaga dalam proses perkembangannya, juga membutuhkan N untuk diasimilasikan menjadi penyusun tubuhnya.

Pemupukan pada saat persiapan kolam diperlukan sebagai sumber nutrien berupa nitrogen, fosfor dan kalium untuk merangsang pertumbuhan fitoplankton. Unsur hara utama yang dibutuhkan tanah agar tetap subur adalah fospor, nitrogen dan kalium sedangkan unsur hara sekunder kalsium, magnesium dan sulfur. Biasa setelah keberadaan unsur hara tersebut akan berkurang setelah proses pembesaran ikan gurame dilakukan. Oleh karena pemupukan yang dilakukan pembudidaya ikan gurame di Kecamatan Dramaga akan menyuburkan tanah sehingga kebutuhan pakan alami maupun unsur-unsur lain akan tersedia baik. Dari beberapa unsur utama yang dibutuhkan tanah, kandungan fospor yang ada didalam air akan diserap oleh bakteri, fitoplankton, dan makrofita. Pada saat setelah pemupukan akan tersejadi persaingan untuk merebut fosfor. Sedangkan fosfor yang tidak diserap oleh tumbuhan akan diserap oleh tanah. Fitzgerald (1966) menyatakan bahwa 0,4 g lumpur dapat menyerap 0,05 mg fosfor dalam


(34)

waktu kurang dari 30 menit. Lumpur secara cepat dapat menyerap fosfor. Hal ini dipengaruhi oleh keadaan lampur yang sangat asam.

4.Pengisian Air

Areal budidaya perikanan yang ada di Kecamatan Dramaga memiliki sumber air yang cukup melimpah. Sumber air yang digunakan pembudidaya berasal dari sungai yang dialirkan melalui saluran air berupa beton. Air yang berasal dari sungai disaring terlebih dahulu di bak penyaringan. Tujuan dari penyaringan ini adalah untuk memperbaiki kualitas air yang masuk ke wadah budidaya. Setelah itu dialirkan ke kolam.

Pengisian air dilakukan pada pagi dan sore hari. Lama pengisian air tegantung pada luasan dan tinggi permukaan kolam. Untuk mengisi kolam dengan luasan 150 m2dibutuhkan waktu 8 jam. Rata-rata tinggi kolam berkisar antara 1m-2 m dan sangat ideal untuk budidaya ikan gurame.

5. Penebaran Benih

Salah satu aspek yang mempengaruhi tingkat produksi adalah kualitas benih. Kualitas benih yang bagus mempunyai ciri-ciri warna tubuh agak kecoklatan dan bagian perut berwarna putih keperakan atau kekuning-kuningan dengan bentuk menyerupai ikan dewasa. Disamping itu juga terlihat sangat responsif terhadap adanya rangsangan dari luar dan sesekali berenang ke permukaan air mengambil oksigen bebas dari udara. Ukuran benih yang biasanya pembudidaya gurame tebar adalah ukuran 12 cm-15 cm atau yang sering disebut ukuran korek api yang dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Ukuran Benih ikan gurame

Panjang (cm) Umur (hari) Bobot (g)

0,25 -0.5

0,5 -1 1-12

1 -2,5 12-30 0,5-25

2,5 -4 30-60 2,5-5

4-6 90 5-10

12-15 120 50

Penebaran benih dilakukan pada pagi atau sore hari dengan pertimbangan suhu pada pagi dan sore tidak terlalu tinggi. Sebelum benih ikan ditebar terlebih dahulu dilakukan aklimatisasi selama 30 menit. Tujuan aklimatisasi adalah untuk


(35)

mencegah terjadinya shock pada suatu organisme bila dipindahkan dari sesuatu lingkungan ke dalam lingkungan lain yang berbeda sifatnya (Suyanto dan Takarina, 2009). Kepadatan ikan sangat mempengaruhi pertumbuhan ikan. Jika terlalu padat maka pertumbuhan ikan akan lebih lambat. Ikan gurame termasuk salah satu jenis ikan yang bersifat teritori sehingga kepadatannya tidak boleh terlalu tinggi. Menurut Shang (1975) menyatakan semakin tinggi padat penebaran, hasil metabolisme meningkat, sehingga nilai oksigen dalam kolam sangat rendah, sehingga pertumbuhan ikan akan terhambat. Menurut SNI 01-7241 (2006) kepadatan ikan gurame yang baik pada kisaran 5-7 ekor/m2. Kepadatan gurame ukuran benih 12 cm-15 cm atau ukuran korek api berbeda-beda yakni 2 ekor/m2, 3 ekor/ m2, 4 ekor/ m2 , 5 ekor/m2, 7 ekor/ m2, dan rata-rata kapadatan gurame untuk ukuran 12 cm-15 cm yaitu 5 ekor/m2. Menurut SNI 01-7241 (2006) kepadatan ikan gurame yang baik pada kisaran 5-7 ekor/m2.

Padat tebar ikan gurame yang dilakukan pembudidaya di Kecamatan Dramaga tidak memiliki hubungan dengan luas lahan. Hal ini bisa dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Hubungan luas lahan dengan padat tebar ikan gurame

Berdasarkan gambar di atas menunjukkan bahwa luasan lahan tidak memberikan perbedaan yang signifikan pada padat tebar ikan gurame. Berdasarkan keadaan aktual padat tebar yang dilakukan pembudidaya ikan gurame di Kecamatan Dramaga sebesar 5 ekor/m2. Sedangkan pada kondisi optimal sebesar 7 ekor/m2. Kepadatan ikan gurame terendah sebesar 3 ekor/m2,

-1 2 3 4 5 6 7 8 9

- 1,000 2,000 3,000 4,000 5,000

P a d a t te b a r (e k o r /m 2)


(36)

sedangkan kepadatan tertinggi sebesar 8 ekor/m2. Menurut SNI 01-7241 (2006) padat tebar yang baik pada kisaran 5-7 ekor/ m2. Kepadatan ikan gurame 8 ekor/m2 akan memberikan dampak negatif pada kondisi fisologis ikan. Hal ini dipengaruhi oleh terjadinya persaingan baik dalam hal memperoleh oksigen, persaingan dalam memperoleh ruang gerak maupun persaingan dalam memperoleh makanan. Akibatnya pertumbuhan ikan gurame akan semakin lambat. Persaingan di dalam memperoleh oksigen merupakan hal sangat berbahaya bagi ikan. Kebutuhan oksigen yang baru saja makan akan lebih banyak bila dibandingkan pada saat puasa. Nilai konsumsi oksigen setelah makan sebesar 520 mg/kg per jam sedangkan pada saat puasa sebesar 380 mg/kg per jam (Andrews and matsuda, 1975). Sesuai dengan dengan pernyataan Boyd (1979) air dengan kandungan oksigen terlarut di atas 5 mg/L, ikan dapat hidup dan tumbuh secara normal. Ikan gurame sering kelihatan menyembulkan mulutnya yang menyongsong di permukaan air. Oksigen yang terisap akan diikat olehnya dengan labirin. Dengan cara ini ikan gurame dapat hidup dalam perairan kondisi oksigen terlarut sangat rendah. Labirin adalah alat pernapasan tambahan pada ikan gurame. Labirin memiliki pembuluh darah kapiler yang mampu mengambil oksigen langsung dari udara. Udara ditampung di rongga labirin saat akan muncul di permukaan air. Akibat dari hal ini maka ikan gurame dapat hidup pada pH rendah.

Peningkatan pada tebar dari kondisi aktual 5 ekor/m2 menjadi 7 ekor/m2 akan memberikan dampak perubahan baik dalam hal aspek faktor produksi berupa pakan dan pengelolaan lingkungan sehingga pertumbuhan ikan gurame tetap berada pada kondisi normal. Disamping itu juga peningkatan pada tebar akan memberikan penambahan biaya produksi sehingga akan mempengaruhi kemampuan pembudidaya ikan gurame di Kecamatan Dramaga untuk menerapkan peningkatan kepadatan ikan gurame.

3.3.2 Pemeliharaan Ikan Gurame

Proses pemeliharaan gurame membutuhkan waktu yang relatif lama. Hal ini dikarenakan pertumbuhan ikan gurame relatif lambat. Jika benih yang ditebar ukuran 12 cm-15 cm maka waktu yang dibutuhkan sampai pada ukuran konsumsi adalah selama 7 bulan.


(37)

Ada dua jenis pakan yang diberikan pembudidaya ikan gurame di Kecamatan Dramaga pada saat pemeliharaan yakni pakan berupa pelet dan pakan organik berupa daun sente. Ada 2 jenis pelet yang diberikan yaitu pelet tipe 781 dan 789. Tipe 781 ukurannya lebih kecil bila dibandingkan dengan 789. Untuk benih gurame ukuran 12 cm-15 cm pakan yang digunakan tipe 781 setelah pemeliharaan 4 bulan dari awal tebar baru diberikan pakan tipe 789 yang ukurannya lebih besar. Pakan ikan gurame jenis tipe 781 bisa dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Pakan tipe 781

Pakan berupa daun sente hanya diberikan sebagai pelengkap pakan pelet. Untuk memenuhi ketersedian daun sente maka di pematang kolam ditanami daun sente yang jarak tanamnya telah diatur sedemikian rupa. Hal ini bisa dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Pohon sente yang ditaman di sekitar pematang kolam ikan gurame Penanaman daun sente di sekitar pematang bertujuan untuk mempermudah pembudidaya memperoleh daun sente dan bisa memperkuat pematang. Waktu pemberikan pakan berupa pelet dilakukan pada pukul 20:00 WIB dan pukul 17:00 WIB. Jumlah pakan yang diberikan sebanyak 3% dari bobot biomassa


(38)

ikan. Cara pemberian pakan yaitu dengan menebarkannya pada setiap permukaan kolam dan memperhatikan daya selera makan ikan. Jika selera makan ikan berkurang maka pembudidaya gurame akan mengurangi pakan dari jumlah awalnya. Disamping itu juga pada musim hujan pakan berupa pelet tidak diberikan. Hal ini dikarenakan bisa mengakibatkan kematian ikan secara massal.

Pakan berupa daun sente diberikan pada siang hari. Hal ini dikarenakan selera gurame terhadap daun sente sangat tinggi. Pemberian daun sente diberikan sebanyak 21.41 kg/m2. Sebelum daun sente diberikan terlebih dahulu dilakukan pemotongan batang sente sampai pada ukuran yang lebih kecil. Setelah itu dijemur beberapa jam untuk menghilangkan getah yang ada pada daun sente. Daun sente yang telah dijemur kemudian ditebar ke kolam. Setelah ditebar dalam waktu dekat ikan gurame akan secara bergerombol memakan daun sente tersebut. Jika selera makan ikan dalam keadaan baik, maka daun sente tersebut bisa dihabiskan dalam waktu yang singkat. Berikut ini merupakan gambar daun sente yang telah dimakan ikan gurame (Gambar 7).

Gambar 7. Sisa tulang ulang daun sente yang telah dimakan ikan gurame Pemberian pakan baik itu berupa pakan berupa pelet maupun daun sente diuasahakan seefisien mungkin. Pemberian pakan dalam jumlah kurang akan mengakibatkan kamampuan ikan untuk tumbuh terhambat, sebaliknya pemberian pakan alam jumlah berlebih akan mengakibatkan pemborosan. Berikut ini merupakan gambaran mengenai jumlah pakan yang dibutuhkan pembudidaya ikan


(39)

gurame di Kecamatan Dramaga per satu siklus pembesaran ikan gurame (Gambar 8).

Gambar 8. Hubungan jumlah benih ikan gurame dengan jumlah pakan yang diberikan

Berdasarkan Gambar 8 menunjukkan bahwa semakin banyak ikan yang dipelihara maka jumlah pakan yang dibutuhkan semakin banyak. Penggunaan pakan terendah sebesar 30 kg per silklus dengan jumlah benih tebar awal sebesar 192 ekor dan nilai FCRnya 1,6. Sedangkan penggunaan pakan tertinggi sebesar 15.000 kg per silklus dengan jumlah benih tebar awal sebesar 26.988 ekor dan nilai FCRnya sebesar 1.3. Rata-rata kebutuhan pakan pada proses pembesaran ikan gurame di Kecamatan Dramaga sebesar 1.566 dengan jumlah benih 2.780 kg dan nilai FCRnya sebesar 1,5.

Ada beberapa penyakit yang menyerang ikan gurame yang ada di Kecamatan Dramaga yaitu penyakit borok, dan jamuran pada tubuh ikan. Penyakit ini timbul pada saat musim hujan. Penyakit ini timbul akibat serangan Aeromonas hydrophila pada ikan antara lain terdapatnya luka infeksi di bagian tubuh, sisik terkuak, perut busung, lemah, dan sering berada di permukaan air atau dasar kolam. Penyebab Aeromonas hydrophila ini bersifat patogen dan dapat mengakibatkan kematian ikan secara massal. Bakteri ini berbentuk batang pendek bekurukuran 2-3 mikron dan bersifat Gram negatif. Bakteri ini menginfeksi luka dan menyebabkan kematian 80-100% setelah satu minggu ikan gurame terinfeksi.

-2,000 4,000 6,000 8,000 10,000 12,000 14,000 16,000

- 5,000 10,000 15,000 20,000 25,000 30,000

J

u

m

la

h

p

a

k

a

n

(

k

g

/m

2)


(40)

Selain pada luka infeksi, bakteri ini dapat ditemukan pula pada hati dan ginjal gurame. Pengendalian dan pengobatan terhadap gurame yang terserang bakteri Aeromonas hydrophila dapat dilakukan dengan bahan kimia dan antibiotik melalui perendaman, ditambahkan ke dalam pakan, atau suntikan. Pencegahan penyakit ini dapat juga dilakukan dengan vaksinasi. Vaksinasi dilakukan dengan merendam ikan dalam larutan vaksin A. hydrophila 105 sel CFU selama 30 menit. Satu bulan kemudian ikan diberi pakan yang mengandung oxytetracyline sebanyak 20 ml/kg pakan.

Setelah dilakukan analisa menunjukkan bahwa waktu jam kerja yang dibutuhkan pembudidaya pada saat pemeliharaan ikan gurame di Kecamatan Dramaga memiliki hubungan yang erat dengan luas lahan. Hal ini bisa dilihat pada Gambar 9.

Gambar 9. Hubungan luas lahan dengan jam kerja.

Berdasarkan gambar di atas menunjukkan bahwa luas lahan kolam mempengaruhi waktu jam kerja yang dibutuhkan pembudidaya ikan gurame di Kecamatan Dramaga. Semakin luas lahan kolam maka waktu kerja yang dibutuhkan semakin lama. Hal ini menunjukkan bahwa semakin luas lahan kolam maka biaya yang dibutuhkan semakin besar. Waktu jam kerja yang terendah sebesar 99 jam dengan luas lahan 35 m2 sedangkan waktu jam kerja terlama sebesar 12.514 jam dengan luas lahan 4.500 m2 per satu siklus pembesaran . Rata-rata jam kerja yang diperlukan pembudidaya pada usaha pembesaran ikan gurame di Kecamatan Dramaga sebesar 1.515 jam dengan luas lahan 550 m2 per satu

-2,000 4,000 6,000 8,000 10,000 12,000 14,000

- 1,000 2,000 3,000 4,000 5,000

J

a

m

k

e

r

ja

(

ja

m

/m

2)


(41)

silklus. pemeliharaan. Jika melihat gambar diatas menunjukkan bahwa terjadi perbedaan luas lahan yang sangat signifikan pada usaha pembesaran ikan gurame di Kecamatan Dramaga. Hal ini bisa dibandingkan dengan luas lahan rata-rata dengan luas lahan terendah.

3.3.3 Panen

Setelah ukuran ikan sudah mencapai 500 g/ekor maka panen sudah bisa dilakukan.Waktu panen biasanya dilakukan pada pukul 16 :00-18:00 WIB. Hal ini dikarenakan suhu pada waktu tersebut tidak terlalu tinggi sehingga tidak menyebabkan gangguan fisiologis ikan. Sebelum melakukan panen ada berapa hal yang perlu dipersiapkan antara lain jaring, wadah penampung, ember, dan timbangan.

Setelah alat panen sudah tersedia maka dilakukan pembentangan jaring dari ujung sudut kolam sehingga membentuk segi empat (gambar 10). Tujuannya adalah untuk mengumpul ikan gurame sehingga mempermudah penangkapan. Setelah itu baru dilakukan penyebaran daun pisang pada permukaan kolam. Kemudian baru dilakukan penangkapan menggunakan tangan (Gambar 11). Ikan yang ditangkap kemudian dimasukkan ke wadah penampungan sementara (Gambar 12). Sebelum ikan diangkut ke mobil terlebih dahulu dilakukan penimbangan ikan (Gambar 13).


(42)

Gambar 12.Pemasukan ikan ke wadah Gambar 13. Penimbangan ikan. Setelah ikan dipanen kemudian diangkut menggunakan mobil pengangkut. Penampilan tubuh gurame sangat mempengaruhi transaksi jual beli. Penampilan gurame banyak dipengaruhi oleh penanganan pasca panennya. Ikan yang baru diangkat memberikan penampilan yang baik.

3.3.4 Pemasaran

Pemasaran merupakan suatu kegiatan penyaluran produk dari titik konsumsi. Sedangkan menurut Kadariah (1976), pemasaran merupakan suatu proses dengan mana individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan dan menukar produk serta jasa dengan sesamanya. Pemasaran berperan penting didalam menentukan hidup atau matinya usaha budidaya perikanan. Usaha budidaya ikan gurame yang dilakukan pembudidaya gurame di Kecamatan Dramaga belum memperlihatkan sistem pemasaran yang baik. Sistem pemasaran ikan gurame di Kecamatan Dramaga masih sepenuhnya dipegang oleh tengkulak.

Sebelum ikan dipanen, pembudidaya gurame terlebih dahulu memberitahukan kepada pengepul bahwa akan dilakukan proses panen. Setelah itu pengepul memberitahukan kepada pedagang besar yang ada di Jakarta bahwa akan ada pengiriman ikan dengan jumlah tertentu. Disamping itu juga pasar-pasar yang menjadi tujuan pengepul ikan di Kecamatan Dramaga yaitu Kab/Kota Bogor, Sukabumi, dan Cianjur. Harga gurame ukuran konsumsi dengan berat 500 g/ekor pada tingkat produsen sebesar Rp 27.000/kg. Pembayaran kepada pembudidaya biasanya ada yang bersipat langsung dan tidak langsung.


(43)

3.5 Faktor Produksi Usaha Pembesaran Ikan Gurame

Faktor produksi yang digunakan dalam suatu usaha pembesaran ikan gurame ini terdiri dari benih, pelet, daun sente, pupuk, kapur, tenaga kerja persiapan, tenaga kerja pemeliharaan, dan tenaga kerja panen. Luas kolam yang digunakan pembudidaya di Kecamatan Dramaga antara 35 m2 sampai 4.500 m2 dengan luas total keseluruhan sebesar 14.681 m2. Jumlah benih yang ditebar dengan luas rata-rata 550 m2 sebanyak 2.750 ekor dengan rata-rata input 5 ekor per m2 sebanyak 23.622 benih per musim tanam, dengan rata-rata input sebanyak 2 ekor per m2. Hal ini bisa dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Rata-rata Input dan Output per Musim Tanam dari Usaha Pembesaran Ikan Gurame pada Kondisi Aktual di Kecamatan Dramaga, Tahun 2011

No Keterangan

Penggunaan Input Rata-rata

input per m2 luas

lahan

Minimum Maksimum

Rata-rata

1 Luas Lahan (m2) 35 45000 550 1,00

2 Benih (ekor) 150 26988 2780 5,00

3 Pakan (kg) 98 15000 1566 2,88

4 Daun sente (kg) 630 113350 11639 21,41

5 Pupuk (kg) 30 1200 201 0,37

6 Kapur (kg) 8,75 1125 136 0,25

7 Tenaga Kerja Persiapan (jam) 5,25 675 82 0,02

8 Tenaga Kerja Pemeliharaan (jam) 91,88 11813 1427 2,85

9 Tenaga Kerja Panen (jam) 2 26 6 0,02

10 Out put (kg) 60,48 11796 1149 2,09

Sumber : Data Primer tahun 2010

Penggunaan pakan komersil pada usaha pembesaran gurame di Kecamatan Dramaga tergolong tinggi. Hal ini bisa dilhat dari rata-rata FCR 1,5. Penggunaan pakan komersil sebaiknya bisa disubtitusi dengan pemberian daun sente dalam jumlah yang lebih banyak sehingga biaya produksi bisa diefisienkan. Persentasi kebutuhan pakan pada setiap pembudidaya ikan gurame di Kecamatan Dramaga memiliki perbedaan yang sangat tinggi. Penggunaan pakan terendah sebesar 98 kg per musim tanam dengan luas lahan budidaya 48 m2 dan yang tertinggi sebesar 15000 kg per musim tanam 4500 m2. Hal ini menunjukkan bahwa semakin luas lahan budidaya maka jumlah pakan yang diberikan semakin besar.


(1)

Lampiran 13. Kuisioner

1. Nama Pembudidaya

2.Jumlah kolam yang dimiliki

3.Termasuk pekerjaan utama atau sampingan

4. Jenis ikan gurame yang dipelihara

5.Ukuran Benih ikan gurame

6.Padat tebar ikan gurame

7. Biomassa Panen

8. Penyakit yang sering menyerang ikan gurame

9.Pencegahan penyakit

10. Lama pengeringan

11.Dosis Kapur yang digunakan

12.Dosis pupuk

13. Dosis pakan

14.Jumlah daun sente yang dibutuhkan

15. Waktu yang dibuhkan untuk memlihara ikan sampai ukuran panen

16. Lama pemeliharaan

17. Nilai sewa lahan

18. Sudah berapa lama memilhara ikan gurame

19. Alat-alat produksi yang digunakan

20.Harga alat-alat produksi

21.Harga pakan

22.Harga daun sente

23.Harga kapur

24.Harga pupuk

25.Harga tenaga kerja harian

26.Harga ikan gurame/kg

27. Pendidikan terakhir pembudidaya

28.Harga rumah jaga

29.Harga benih/ekor

30.Asal benih


(2)

34.Lama penjemuran daun sente

35.Jenis pakan yang digunaka

36.Usaha sampingan

37. Lama pengisian air

38. Sumber air

39. Persentasi pergantian air


(3)

Lampiran 14. Cash Flow pada Usaha Pembesaran Ikan Gurame pada Kondisi Optimal 7 ekor/m

2

dengan asumsi lahan milik sendiri

No Uraian Tanpa Proyek Tahun

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

A Inflow

Penjualan 33412500 46777500 46777500 46777500 46777500 46777500 46777500 46777500 46777500 46777500 46777500

Nilai sisa 1880000

Total Inflow 33412500 46777500 46777500 46777500 46777500 46777500 46777500 46777500 46777500 46777500 48657500 B Outflow 1 Investasi Lahan Kolam 16500000 16500000 Pembuatan Kolam 1500000 2500000 Rumah Jaga 0 4500000 Drum 80000 160000 160000 160000

Jaring 125000 375000 375000 375000

Cangkul 45000 90000 90000 90000

Hapa 180000 270000 270000 270000

Parang 35000 70000 70000 70000

Pipa PVC (D5) 75000 120000 120000 120000

Drigen 25000 600000 600000 600000 600000

Jumlah 18565000 25185000 0 0 0 600000 925000 160000 600000 120000 805000 760000 2 Biaya Tetap Tenaga Kerja Persiapan 174972 349944 349944 349944 349944 349944 349944 349944 349944 349944 349944 Tenaga kerja pemeliharaan 1312290 3936870 3936870 3936870 3936870 3936870 3936870 3936870 3936870 3936870 3936870 Tenaga kerja panen 60000 250000 250000 250000 250000 250000 250000 250000 250000 250000 250000 Pemeliharaan kolam 100000 100000 100000 100000 100000 100000 100000 100000 100000 100000 100000 Penyusutan 3428601 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 PBB 1641000 1641000 1641000 1641000 1641000 1641000 1641000 1641000 1641000 1641000 1641000 Jumlah 6716863 6277814 6277814 6277814 6277814 6277814 6277814 6277814 6277814 6277814 6277814 3 Biaya Variabel Benih 11000000 15400000 15400000 15400000 15400000 15400000 15400000 15400000 15400000 15400000 15400000 Pelet 9657522 7662510 7662510 7662510 7662510 7662510 7662510 7662510 7662510 7662510 7662510 Daun sente 1745850 2281607 2281607 2281607 2281607 2281607 2281607 2281607 2281607 2281607 2281607 Pupuk 167833 3010666 3010666 3010666 3010666 3010666 3010666 3010666 3010666 3010666 3010666 Kapur 340000 340000 340000 340000 340000 340000 340000 340000 340000 340000 340000 Jumlah 22911205 28694782 28694782 28694782 28694782 28694782 28694782 28694782 28694782 28694782 28694782 Total Outflow 48193068 25185000 34972596 34972596 34972596 35572596 35897596 35132596 35572596 35092596 35777596 35732596 Net benefit -14780568 -25185000 11804904 11804904 11804904 11204904 10879904 11644904 11204904 11684904 10999904 12924904 Incremental Net Benefit -39965568 26585472 26585472 25985472 25660472 26425472 25985472 26465472 25780472 27705472 DF 6% 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 PV -39965568 25080634 23660975 21817903 20325497 19746650 18318732 17601050 16174987 16398826 NPV 139159687

PV Positif 139159687

PV Negatif -39965568

IRR 0.56


(4)

Lampiran 15. Cash Flow pada Usaha Pembesaran Ikan Gurame pada Kondisi Optimal 7 ekor/m

2

dengan asumsi lahan sewa

No Uraian Tanpa Proyek Tahun

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

A Inflow

Penjualan 33412500 46777500 46777500 46777500 46777500 46777500 46777500 46777500 46777500 46777500 46777500

Nilai sisa 1880000

Total Inflow 33412500 46777500 46777500 46777500 46777500 46777500 46777500 46777500 46777500 46777500 48657500 B Outflow 1 Investasi Lahan Kolam 16500000 0 Pembuatan Kolam 1500000 2500000 Rumah Jaga 0 4500000 Drum 80000 160000 160000 160000

Jaring 125000 375000 375000 375000

Cangkul 45000 90000 90000 90000

Hapa 180000 270000 270000 270000

Parang 35000 70000 70000 70000

Pipa PVC (D5) 75000 120000 120000 120000

Drigen 25000 600000 600000 600000 600000

Jumlah 18565000 25185000 0 0 0 600000 925000 160000 600000 120000 805000 760000 2 Biaya Tetap Sewa Kolam 1200000 1200000 1200000 1200000 1200000 1200000 1200000 1200000 1200000 1200000 Tenaga Kerja Persiapan 174972 349944 349944 349944 349944 349944 349944 349944 349944 349944 349944 Tenaga kerja pemeliharaan 1312290 3936870 3936870 3936870 3936870 3936870 3936870 3936870 3936870 3936870 3936870 Tenaga kerja panen 60000 250000 250000 250000 250000 250000 250000 250000 250000 250000 250000 Pemeliharaan kolam 100000 100000 100000 100000 100000 100000 100000 100000 100000 100000 100000 Penyusutan 3428601 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 PBB 1641000 1641000 1641000 1641000 1641000 1641000 1641000 1641000 1641000 1641000 1641000 Jumlah 6716863 7477814 7477814 7477814 7477814 7477814 7477814 7477814 7477814 7477814 7477814 3 Biaya Variabel Benih 11000000 15400000 15400000 15400000 15400000 15400000 15400000 15400000 15400000 15400000 15400000 Pelet 9657522 7662510 7662510 7662510 7662510 7662510 7662510 7662510 7662510 7662510 7662510 Daun sente 1745850 2281607 2281607 2281607 2281607 2281607 2281607 2281607 2281607 2281607 2281607 Pupuk 167833 3010666 3010666 3010666 3010666 3010666 3010666 3010666 3010666 3010666 3010666 Kapur 340000 340000 340000 340000 340000 340000 340000 340000 340000 340000 340000 Jumlah 22911205 28694782 28694782 28694782 28694782 28694782 28694782 28694782 28694782 28694782 28694782 Total Outflow 48193068 25185000 36172596 36172596 36172596 36772596 37097596 36332596 36772596 36292596 36977596 36932596 Net benefit -14780568 -25185000 10604904 10604904 10604904 10004904 9679904 10444904 10004904 10484904 9799904 11724904 Incremental Net Benefit -39965568 25385472 25385472 24785472 24460472 25225472 24785472 25265472 24580472 26505472 DF 6% 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 PV -39965568 23948558 22592980 20810360 19374985 18849940 17472780 16802982 15422092 15688548 NPV 130997656

PV Positif 130997656

PV Negatif -39965568

IRR 0.53


(5)

Lampiran 16. Cash Flow pada Usaha Pembesaran Ikan Gurame pada Kondisi Optimal 7 ekor/m

2

dengan asumsi lahan sendiri dan terjadi kenaikan harga pakan

sebesar 16%

No Uraian Tanpa Proyek Tahun

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

A Inflow

Penjualan 33412500 46777500 46777500 46777500 46777500 46777500 46777500 46777500 46777500 46777500 46777500

Nilai sisa 1880000

Total Inflow 33412500 46777500 46777500 46777500 46777500 46777500 46777500 46777500 46777500 46777500 48657500 B Outflow 1 Investasi Lahan Kolam 16500000 16500000 Pembuatan Kolam 1500000 2500000 Rumah Jaga 0 4500000 Drum 80000 160000 160000 160000

Jaring 125000 375000 375000 375000

Cangkul 45000 90000 90000 90000

Hapa 180000 270000 270000 270000

Parang 35000 70000 70000 70000

Pipa PVC (D5) 75000 120000 120000 120000

Drigen 25000 600000 600000 600000 600000

Jumlah 18565000 25185000 0 0 0 600000 925000 160000 600000 120000 805000 760000 2 Biaya Tetap Tenaga Kerja Persiapan 174972 349944 349944 349944 349944 349944 349944 349944 349944 349944 349944 Tenaga kerja pemeliharaan 1312290 3936870 3936870 3936870 3936870 3936870 3936870 3936870 3936870 3936870 3936870 Tenaga kerja panen 60000 250000 250000 250000 250000 250000 250000 250000 250000 250000 250000 Pemeliharaan kolam 100000 100000 100000 100000 100000 100000 100000 100000 100000 100000 100000 Penyusutan 3428601 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 PBB 1641000 1641000 1641000 1641000 1641000 1641000 1641000 1641000 1641000 1641000 1641000 Jumlah 6716863 6277814 6277814 6277814 6277814 6277814 6277814 6277814 6277814 6277814 6277814 3 Biaya Variabel Benih 11000000 15400000 15400000 15400000 15400000 15400000 15400000 15400000 15400000 15400000 15400000 Pelet 9657522 8888511 8888511 8888511 8888511 8888511 8888511 8888511 8888511 8888511 8888511 Daun sente 1745850 2281607 2281607 2281607 2281607 2281607 2281607 2281607 2281607 2281607 2281607 Pupuk 167833 3010666 3010666 3010666 3010666 3010666 3010666 3010666 3010666 3010666 3010666 Kapur 340000 340000 340000 340000 340000 340000 340000 340000 340000 340000 340000 Jumlah 22911205 29920784 29920784 29920784 29920784 29920784 29920784 29920784 29920784 29920784 29920784 Total Outflow 48193068 25185000 36198598 36198598 36198598 36798598 37123598 36358598 36798598 36318598 37003598 36958598 Net benefit -14780568 -25185000 10578902 10578902 10578902 9978902 9653902 10418902 9978902 10458902 9773902 11698902 Incremental Net Benefit -39965568 25359471 25359471 24759471 24434471 25199471 24759471 25239471 24554471 26479471 DF 6% 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 PV -39965568 23924029 22569838 20788529 19354389 18830510 17454450 16785689 15405779 15673158 NPV 130820803

PV Positif 130820803

PV Negatif -39965568

IRR 0.53


(6)

Lampiran 17. Cash Flow pada Usaha Pembesaran Ikan Gurame pada Kondisi Optimal 7 ekor/m

2

B dengan asumsi lahan sewa dan terjadi kenaikan harga pakan sebesar 16%

No Uraian Tanpa Proyek Tahun

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

A Inflow

Penjualan 33412500 46777500 46777500 46777500 46777500 46777500 46777500 46777500 46777500 46777500 46777500

Nilai sisa 1880000

Total Inflow 33412500 46777500 46777500 46777500 46777500 46777500 46777500 46777500 46777500 46777500 48657500 B Outflow 1 Investasi Lahan Kolam 16500000 0 Pembuatan Kolam 1500000 2500000 Rumah Jaga 0 4500000 Drum 80000 160000 160000 160000

Jaring 125000 375000 375000 375000

Cangkul 45000 90000 90000 90000

Hapa 180000 270000 270000 270000

Parang 35000 70000 70000 70000

Pipa PVC (D5) 75000 120000 120000 120000

Drigen 25000 600000 600000 600000 600000

Jumlah 18565000 25185000 0 0 0 600000 925000 160000 600000 120000 805000 760000 2 Biaya Tetap Sewa Kolam 1200000 1200000 1200000 1200000 1200000 1200000 1200000 1200000 1200000 1200000 Tenaga Kerja Persiapan 174972 349944 349944 349944 349944 349944 349944 349944 349944 349944 349944 Tenaga kerja pemeliharaan 1312290 3936870 3936870 3936870 3936870 3936870 3936870 3936870 3936870 3936870 3936870 Tenaga kerja panen 60000 250000 250000 250000 250000 250000 250000 250000 250000 250000 250000 Pemeliharaan kolam 100000 100000 100000 100000 100000 100000 100000 100000 100000 100000 100000 Penyusutan 3428601 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 PBB 1641000 1641000 1641000 1641000 1641000 1641000 1641000 1641000 1641000 1641000 1641000 Jumlah 6716863 7477814 7477814 7477814 7477814 7477814 7477814 7477814 7477814 7477814 7477814 3 Biaya Variabel Benih 11000000 15400000 15400000 15400000 15400000 15400000 15400000 15400000 15400000 15400000 15400000 Pelet 9657522 8888511 8888511 8888511 8888511 8888511 8888511 8888511 8888511 8888511 8888511 Daun sente 1745850 2281607 2281607 2281607 2281607 2281607 2281607 2281607 2281607 2281607 2281607 Pupuk 167833 3010666 3010666 3010666 3010666 3010666 3010666 3010666 3010666 3010666 3010666 Kapur 340000 340000 340000 340000 340000 340000 340000 340000 340000 340000 340000 Jumlah 22911205 29920784 29920784 29920784 29920784 29920784 29920784 29920784 29920784 29920784 29920784 Total Outflow 48193068 25185000 37398598 37398598 37398598 37998598 38323598 37558598 37998598 37518598 38203598 38158598 Net benefit -14780568 -25185000 9378902 9378902 9378902 8778902 8453902 9218902 8778902 9258902 8573902 10498902 Incremental Net Benefit -39965568 24159471 24159471 23559471 23234471 23999471 23559471 24039471 23354471 25279471 DF 6% 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 PV -39965568 22791953 21501843 19780986 18403877 17933800 16608497 15987621 14652884 14962880 NPV 122658772

PV Positif 122658772

PV Negatif -39965568

IRR 0.50