I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Limbah merupakan hasil samping dari proses industri yang jumlahnya semakin meningkat seiring dengan berkembangnya dunia industri sehingga
berpotensi dapat mencemari lingkungan atau sebaliknya dapat dimanfaatkan untuk sesuatu keperluan. Oleh karena itu, untuk mengurangi dampak pencemaran
lingkungan biasanya setiap negara memiliki regulasi tersendiri dalam penanganan limbah. Salah satu limbah industri yang berpotensi untuk dimanfaatkan, tetapi
juga dianggap berbahaya bagi lingkungan ialah terak baja. Terak baja merupakan limbah pemurnian besi cair dalam industri baja.
Terak baja terbentuk akibat reaksi antara bahan kapur yang ditambahkan dalam proses peleburan bijih besi dengan material pengotor yang tidak diinginkan
seperti: silika, fosfat, dan material lainnya. Pemanfaatan terak baja sudah banyak dilakukan di negara-negara maju, antara lain sebagai bahan dasar konstruksi jalan
dan bahan peningkat mutu semen. Selain itu, dalam bidang pertanian terak baja sering digunakan sebagai bahan yang dapat memperbaiki kualitas tanah. Bahkan
sejak tahun 1955 terak baja telah banyak digunakan di Jepang sebagai sumber pupuk silika Ma dan Takahashi, 2002.
Beberapa manfaat terak baja dalam bidang pertanian telah banyak ditunjukkan oleh penelitian-penelitian terdahulu, antara lain terak baja dapat
berfungsi untuk meningkatkan pH tanah sama seperti kapur, penyedia unsur Ca, K, dan P, serta mampu menurunkan efek toksik dari Al pada tanah masam Ali
dan Sedaghat, 2007. Penambahan terak baja pada tanaman padi di lahan gambut mampu meningkatkan bobot kering gabah bernas sebesar 65-96 dan
meningkatkan kandungan basa-basa yang dapat dipertukarkan seperti K, Ca, dan Mg Hidayatulloh, 2006.
Meskipun telah banyak penelitian yang menunjukkan berbagai manfaat dari terak baja, pemanfaatannya di Indonesia saat ini masih terkendala oleh
adanya peraturan pemerintah yang memasukkan terak baja ke dalam kategori limbah B3 Bahan Berbahaya dan Beracun. Adanya peraturan tersebut
disebabkan oleh kekhawatiran akan dampak buruk terhadap lingkungan yang ditimbulkan oleh penggunaan terak baja.
Baru-baru ini, pada bulan Agustus 2010 telah diadakan lokakarya yang membahas kemungkinan diubahnya peraturan pengkategorian terak baja sebagai
limbah B3. Berdasarkan seminar tersebut diusulkan diadakannya peraturan khusus penanganan terak baja agar dapat dimanfaatkan dalam bidang pertanian. Oleh
karena itu penelitian ini dilakukan untuk melengkapi data ilmiah pendukung perbaikan peraturan yang selama ini telah ada mengenai terak baja. Penelitian ini
dibatasi pada pengaruh terak baja converter dengan dan tanpa penambahan bahan humat terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman padi serta perubahan sifat-
sifat kimia tanah pada tanah Latosol Darmaga.
1.2. Tujuan