furnace Indonesia cenderung lebih tinggi jika dibandingkan dengan converter slag Jepang, dan blast furnace Jepang. Hasil serupa juga terjadi pada penelitian
pot rumah kaca pemberian terak baja sebagai pupuk Si untuk tanaman padi varietas IR 64 pada tanah gambut. Hasil analisis tanah menunjukkan bahwa
pemberian terak baja pada tanah gambut meningkatkan ketersediaan Si, Ca, serta meningkatkan pH tanah, tetapi menurunkan ketersediaan Fe, Cu, dan Zn.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Syihabuddin 2011, pemberian terak baja sebagai bahan amelioran pada tanah gambut dapat meningkatkan bobot
biomasa tanaman dan produksi padi, berpengaruh nyata dapat meningkatkan pH tanah, basa-basa dapat dipertukarkan serta unsur mikro dalam tanah dan tanaman.
Selain itu, pemberian terak baja juga dapat menurunkan kelarutan logam berat. Meskipun berdasarkan hasil penelitian yang telah dikembangkan
menunjukkan bahwa terak baja dapat dimanfaatkan dalam bidang pertanian. Akan tetapi, sampai saat ini terak baja belum dimanfaatkan di Indonesia. Hal ini
dikarenakan masih terhambat oleh Peraturan Pemerintah Nomor 85 tahun 1999 yang menggolongkan terak baja ke dalam kategori limbah B3 Bahan Berbahaya
dan Beracun. Limbah B3 adalah limbah sisa suatu usaha dan atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya danatau beracun yang karena sifat danatau
konsentrasinya danatau jumlahnya, baik secara langsung dapat mencemarkan danatau merusak lingkungan hidup, danatau membahayakan lingkungan hidup,
kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lainnya.
2.2. Bahan Humat
2.2.1. Pengertian dan Ekstraksi Bahan Humat
Menurut Kononova 1966 bahan organik tanah terbagi menjadi dua kelompok, yakni: bahan yang telah terhumifikasi, disebut humat bahan humat
dan bahan yang tidak terhumifikasi, yang disebut sebagai bahan bukan humat. Humat sering dikenal sebagai humus, yang merupakan hasil akhir proses
dekomposisi bahan organik, bersifat stabil dan tahan terhadap bio-degradasi Aicken et al., 1985.
Bahan humat dapat dibagi berdasarkan kelarutannya Gambar 5. Asam humik dan asam fulvik merupakan bahan humat yang larut dalam kondisi alkali.
Umumnya asam humik diekstrak menggunakan larutan basa dan akan diendapkan
oleh larutan asam, begitu juga dengan asam fulvik. Humin merupakan residu bahan humat yang tidak terlarut baik pada kondisi asam maupun basa Schnifzer
dan Khan, 1978. Asam humik merupakan komponen yang sangat penting dari bahan humat
jika diaplikasikan ke dalam tanah. Peranannya antara lain dapat menggemburkan tanah, perantara transportasi nutrisi mikro dari tanah ke tanaman, meningkatkan
kemampuan tanah menahan air, meningkatkan pertumbuhan kecambah, dan mampu menjadi bahan stimulan berkembangnya mikroflora dalam tanah. Asam
humik juga mampu menjadi tempat kolonisasi mikroflora. Kemudian mikroflora mengeluarkan enzim yang dapat menjadi katalis terurainya besi dan fosfor pada
komplek Fe-P yang tidak larut, serta kalsium dan fosfor pada komplek Ca-P yang tidak larut menjadi bentuk yang tersedia bagi tanaman Mendez et al., 2004.
Gambar 5. Skema Pembagian Bahan Humat Berdasarkan Kelarutannya
2.2.2. Peranan Bahan Humat
Sebagai bagian dari tanah, bahan humat sangat berperan dalam sejumlah reaksi di dalam tanah. Seperti dijelaskan oleh Soepardi 1983 bahwa proses yang
terjadi di dalam tanah sebagian besar dilakukan oleh penyusun tanah yang jumlahnya relatif kecil, yaitu liat dan humus. Bentuk koloidal baik liat maupun
bahan organik merupakan pusat kegiatan dalam tanah dimana terjadi reaksi-reaksi kimia dan pertukaran kation.
Bahan humat memegang peranan penting dipandang dari sudut pertanian, antara lain memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kualitas dan produksi
tanah. Sebagai contoh bahan humat mampu memperbaiki sifat fisik tanah. Selain itu, bahan humat juga dapat meningkatkan KTK tanah, dimana KTK sangat
berperan dalam kesuburan tanah Zhang dan He, 2004. Menurut Tan 2003 bahan humat dapat memperbaiki pertumbuhan tanaman melalui peranannya dalam
mempercepat respirasi, meningkatkan permeabilitas sel, serta meningkatkan penyerapan air dan hara, sehingga bahan humat dapat digunakan sebagai pupuk,
bahan amelioran dan hormon perangsang pertumbuhan tanaman. Bahan humat juga bermanfaat untuk menjaga kualitas tanah dari cemaran
logam. Hal ini didasarkan kemampuan bahan humat berikatan dengan kation logam polivalen. Menurut Schnifzer dan Khan 1978, urutan kekuatan komplek
ikatan logam dengan bahan humat adalah sebagai berikut Pb
2+
Cu
2+
Ni
2+
Co
2+
Zn
2+
Cd
2+
Fe
2+
Mn
2+
Mg
2+
. Menurut Wijaya 2011, penambahan bahan humat dapat memperbaiki
beberapa parameter sifat kimia tanah seperti C – organik, N – total, dan P tersedia
dalam tanah. Mekanisme kerja bahan humat dalam meningkatkan produksi diduga terjadi melalui perbaikan beberapa sifat kimia tanah dan meningkatkan respon
tanaman dalam menyerap beberapa unsur hara esensial.
2.3. Logam Berat