BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
World Health Organization WHO, 2011 menyatakan bahwa penyakit tidak menular noncommunicable disease yang disingkat PTM adalah penyebab
kematian utama secara global. Hal ini disebabkan karena terjadi perubahan bentuk penyakit secara epidemiologi dari penyakit menular yang cenderung
prevalensinya menurun menjadi penyakit tidak menular yang prevalensinya cenderung meningkat baik secara global maupun nasional Depkes RI, 2008.
Data statistik dari WHO 2008 didapatkan bahwa dari 57 juta kematian di dunia, sebanyak 36 juta 60 kematian disebabkan karena PTM. Data WHO 2008
menunjukkan bahwa angka kematian penduduk Indonesia akibat PTM adalah 582.277 kematian yang terjadi pada pria dan sebesar 481.666 kematian terjadi
pada wanita. Penyebab utama kematian akibat PTM sebagaimana yang disampaikan WHO
2008 sebesar 1,3 juta kematian 4 disebabkan karena penyakit diabetes melitus DM. Pada 2003 WHO memperkirakan jumlah penderita DM di dunia
sebanyak 194 juta jiwa atau 5,1 dari jumah penduduk dunia 3,8 miliar dengan usia antara 20-79 tahun. Data statistik WHO 2012 menunjukkan pervalensi
penderita DM di seluruh dunia dari berbagai usia yaitu sebanyak 171.000.000 penderita, dengan prediksi pada 2030 akan mengalami peningkatan tiga kali lipat
Universitas Sumatera Utara
yaitu 366.000.000 penderita. Sedangkan jumlah penderita DM di Indonesia menurut data WHO 2012 adalah 8.426.000 penderita, yang diprediksi pada 2030
akan mengalami peningkatan tiga kali lipat yaitu 21.257.000 penderita. Data statistik ini menjadikan Indonesia sebagai peringkat keempat negara terbanyak
penderita DM setelah India, China, dan Amerika. Dan angka statistik WHO 2008 menunjukkan bahwa angka kematian akibat penyakit DM di Indonesia
sebanyak 400 angka kematian per 100.000 populasi dan 300 angka kematian per 100.000 populasi.
Smeltzer Bare 2008 menganalisa bahwa penyakit DM dibagi menjadi empat jenis yaitu DM tipe 1, DM Tipe 2, DM karena kehamilan, dan DM karena
penyebab lain. Empat klasifikasi ini juga telah disahkan oleh WHO dan telah dipakai di seluruh dunia Price Wilson, 2005. DM Tipe 2 merupakan jenis
yang paling banyak dari semua kasus DM 90-95 Smeltzer Bare, 2008. DM Tipe 2 adalah penyebab utama keenam kematian di Amerika Serikat dan
jumlah penderitanya hampir 16 juta 90-95 dari seluruh kasus DM yang ada CDC, 2005, Gumbs, 2012.
Di Indonesia sendiri berdasarkan penelitian yang masih dilakukan hingga saat ini angka kejadian DM Tipe 2 berkisar antara 1,4 sampai 1,6 kecuali di dua tempat
yaitu 2,3 di Pekajangan dan 6 di Manado. Pada 2006 Departemen Ilmu Penyakit Dalam Universitas Indonesia melakukan surveilans tentang resiko PTM
dengan melibatkan subjek peneliti 1591, maka didapat data sebesar 12,1 menderita DM Tipe 2 yang terdiagnosis 3,8 dan yang tidak terdiagnosis sebesar
11,2 Suyono, 2009.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan data yang ada, tidak hanya di seluruh dunia tetapi juga di Indonesia bahwa jumlah penderita DM Tipe 2 selalu meningkat setiap tahunnya. Hal ini
disebabkan karena faktor resiko terjadinya DM Tipe 2 adalah faktor usia, faktor kegemukan, serta faktor kurang melalukan latihan fisik selalu meningkat setiap
tahunnya Yusra, 2010. Seperti yang sudah dijelaskan bahwa DM merupakan salah satu penyakit metabolik kronik, dan jika tidak dilakukan pengobatan dan
perawatan yang tepat dapat mengakibatkan kondisi yang membahayakan bahkan dapat menyebabkan komplikasi Yusra, 2010.
Untuk mencegah terjadinya komplikasi dan untuk menurunkan angka kematian yang tinggi akibat DM Tipe 2 dilakukan suatu usaha yaitu melakukan perawatan
diri self care bagi penderita DM Tipe 2. Mc Collum et al 2005 menekankan bahwa keefektifan melakukan perawatan diri adalah komponen yang paling
penting dari perawatan DM Bai, Chiou, Chang, 2009. Pengontrolan yang efektif dari DM Tipe 2 yang merupakan penyakit kronik utama adalah tergantung
pada perawatan diri yaitu pengaturan diet, latihan fisik, monitoring kadar glukosa, dan manjemen obat. Agurs-Collins, Kumanyika, Have, Adams- Campbell,
1997; Ohkubo etal., 1995; The Diabetes Control and Complicatonn Trial Research Group |DCCT], 1993; The United Kingdom Prospective Diabetes Study
|UKPDS], 1998; Sousa Zauszniewski, 2005. Dari hasil laporan ADA 2008 menyatakan bahwa perawatan diri utama ini yang
jika dilakukan oleh penderita DM Tipe 2 dapat menurunkan terjadinya efek lebih lanjut dari DM Tipe 2. Berdasarkan hasil laporan ADA 2008 terjadi penurunan
terhadap komplikasi yang disebabkan DM Tipe 2 yaitu sebanyak 90 terjadi
Universitas Sumatera Utara
penurunan kebutaan yang berhubungan dengan retinopati diabetik, sebanyak 50 penurunan penyakit ginjal yang berperan utama sebagai penyebab gagal ginjal,
sebanyak 90 terjadi penurunan penyakit vaskular yang berperan utama sebagai penyebab amputasi, sebanyak 40 terjadi penuruna kematian yang dihubungkan
dengan penyakit kardiovaskular Gumbs, 2012. Dari hasil penelitian yang dilakukan Bai, Chiou dan Chang 2009 di Taiwan pada
165 responden didapat 7 responden 4,2 yang hanya mematuhi diet dalam pengobatan DM Tipe 2, 101 responden 62,2 telah mengalami komplikasi dan
130 responden 78,8 mengalami penyakit kronik lainnya. Sedangkan di China hanya 33 pasien DM Tipe 2 yang melakukan perawatan kaki setiap harinya, dan
hanya 13 yang melakukan pemeriksaan kadar gula darah setiap hari Xu, Deets, Whitmer, Pan, 2005; Xu , Toobert, Whitmer, Pan, 2008.
Di Kota Medan terdapat beberapa penelitian yang berkaitan langsung dengan perilaku perawatan diri penderita DM Tipe 2. Hasil penelitian Rachmawaty
2005 menemukan bahwa lebih dari 50 penderita DM Tipe 2 tidak mengetahui penyakit dan komplikasi lanjut DM Tipe 2, sehingga datang ke rumah sakit
dengan kadar glukosa yang tinggi. Selain itu dari hasil penelitian Soebari, dkk 2003 menemukan bahwa 75 penderita DM Tipe 2 tidak mentaati diet yang
dianjurkan serta sebanyak 50 mempunyai kontrol kadar gluosa darah yang buruk Hendro, 2010 .
Hasil perawatan diri pasien DM yang masih rendah menunjukkan bahwa ada faktor-faktor yang mempengaruhi penderita DM Tipe 2 dalam melakukan
Universitas Sumatera Utara
perawatan dirinya. Banyak peneliti yang telah melakukan penelitian untuk menemukan hubungan antara faktor yang mempengaruhi perawatan diri DM Tipe
2 seperti variabel demografi, pengetahuan tentang DM, self efficacy, keyakinan akan kesehatan, perasaan akan keadaan sehat dan sejahtera Xu,Toobert,
Whitmer, Pan, 2008. Pengetahuan tentang DM juga akan menjadi faktor yang akan mempengaruhi
perawatan diri DM Tipe 2. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh beberapa peneliti Sousa dan Zauszniewski, 2005 dan Sigurdardo’ttir, 2005,
walaupun penelitian Xu,Toobert, Savage, Pan, dan Whitmer 2009 menyatakan bahwa pengetahuan tidak akan secara langsung mempengaruhi perawatan diri,
akan tetapi pengetahuan secara langsung akan mempengaruhi self efficacy. Sebaliknya Coates dan Boore 1995 dan Chan dan Molassiotis 1999 tidak
menemukan hubungan diantara pengetahuan tentang DM dengan kepatuhan melakukan perawatan diri Xu,Toobert, Savage, Pan, Whitmer, 2009.
Dukungan sosial secara positif juga akan mempengaruhi perawatan diri pasien DM Tipe 2 sesuai dengan hasil penelitian Toaljamo dan Hentinen 2001, Wang
dan Fenske 1996 dan Albright et al 2001 Bai, Chiou Chang, 2009. Hal ini senada dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Xu,Toobert, Savage, Pan,
Whitmer 2009. Hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian Murphy et al 1994 yang menemukan bahwa dukungan sosial dari anggota keluarga tidak
memberikan hasil yang baik dalam proses mengontrol nilai status metabolik ToljamoHentinen, 2001.
Universitas Sumatera Utara
Maka berdasarkan angka kematian yang tinggi yang disebabkan karena DM setiap tahunnya di Indonesia, serta prevalensi penderita DM Tipe 2 yang cukup tinggi di
Indonesia dan Medan. Serta didukung dengan fakta bahwa perawatan penderita DM Tipe 2 yang masih sangat rendah. Berdasarkan hal tersebut, peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian tentang “Analisa Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perawatan Diri Penderita Diabetes Melitus Tipe 2”
1.2 Pertanyaan Penelitian?