69 kegiatan 5M mengamati, menanya, mencoba, mengasosiasi dan
mengomunikasikan , dengan kata lain keberadaan keterampilan proses sains dalam pembelajaran suatu konsep didasari tujuan untuk mencapai
bentuk kegiatan yang sesuai dengan aturan Permendikbud tersebut. Keterampilan proses sains dapat dikuasai siswa dengan cara
melakukan kegiatan-kegiatan pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah secara berkesinambungan. Dilanjutkan oleh Sicilia 2016: 51 dalam
hasil penelitiannya bahwa pada dasarnya keterampilan terbentuk dari adanya pengulangan-pengulangan yang dilakukan oleh setiap individu.
Keterampilan tersebut akan semakin berkembang bila terus diasah dan dilatih, sehingga dalam menguasai keterampilan proses sains siswa
perlu untuk senantiasa dibiasakan melakukan kegiatan pengamatanpercobaan sesuai dengan prinsip dalam pendekatan ilmiah.
b. Keberadaan Keterampilan Proses Sains ditinjau dari Jenis Item
Keterampilan Proses Sains Setiap RPP yang diteliti mempunyai hasil persentase yang
berbeda-beda pada keberadaan tiap item keterampilan proses sains yang dikembangkan. Berdasarkan hasil analisis yang ditampilkan pada
Gambar 3 maka item keterampilan proses sains yang paling banyak muncul adalah keterampilan mengomunikasi, dilanjutkan dengan
keterampilan merumuskan masalah, keterampilan menyusun kesimpulan, keterampilan merumuskan hipotesis, keterampilan
70 merancang dan melakukan percobaan, serta yang paling sedikit adalah
keterampilan mengorganisasi dan menganalisis data. Menurut Permendiknas No. 22 Tahun 2006 Pasal 1 Ayat 2
Lampiran 53 menyatakan bahwa, Biologi sebagai salah satu bidang IPA menyediakan berbagai pengalaman belajar untuk memahami konsep
dan proses sains. Proses sains menurut Permendiknas tersebut adalah keterampilan mengamati, mengajukan hipotesis, menggunakan alat dan
bahan secara baik dan benar dengan selalu mempertimbangkan keamanan dan keselamatan kerja, mengajukan pertanyaan,
menggolongkan dan menafsirkan data, dan mengkomunikasikan hasil temuan secara lisan atau tertulis, menggali, dan memilah informasi
faktual yang relevan untuk menguji gagasan-gagasan atau memecahkan masalah sehari-hari. Selain teori tersebut dalam rumusan kegiatan
Kurikulum 2013 menghendaki adanya kegiatan berbasis pendekatan ilmiah. Langkah-langkah pendekatan ilmiah scientific appoach dalam
proses pembelajaran meliputi menggali informasi melalui pengamatan, bertanya, percobaan, kemudian mengolah data atau informasi,
menyajikan data atau inforsmasi, dilanjutkan dengan menganalisis, menalar, kemudian menyimpulkan, dan mencipta Permendikbud No 65
Tahun 2013. Berdasarkan dua teori tersebut, dalam pengertian sains sebagai suatu proses dikembangkan secara berjenjang atau bertahap.
Maka seharusnya proses sains yang paling awal dikembangkan adalah mengamati hingga yang paling terakhir adalah mengomunikasikan.
71 Oleh karena itu, mengamati merupakan keterampilan yang paling
banyak dimunculkan dalam kegiatan pembelajaran guru, akan tetapi hasil penelitian menunjukkan sebaliknya dimana proses sains yang
paling banyak dimunculkan dalam RPP adalah mengomunikasikan. Kegiatan “mengkomunikasikan” dalam kegiatan pembelajaran
sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013, adalah menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan
hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya. Sependapat dengan pernyataan tersebut, Rezba, et al 2010: 4 juga mengungkapkan
bahwa mengkomunikasikan hasil penelitianpengamatan dapat melalui kegiatan presentasi dengan uraian secara langsung maupun uraian
tertulis dalam bentuk laporan, karya tulis ilmiah dan artikeljurnal ilmiah. Keterampilan mengomunikasikan yang diukur dalam penelitian
ini merupakan kemampuan mengomunikasikan siswa dalam bentuk lisan dan tertulis. Keterampilan mengomunikasikan menjadi
keterampilan yang paling banyak dikembangkan dalam RPP biologi Kelas X di Kota Yogyakarta karena semua guru telah merumuskan
kegiatan mengomunikasikan yang meminta siswa untuk menyampaikan hasil pengumpulan data dalam bentuk persentasi dan laporan tertulis.
Keterampilan mengomunikasikan muncul dalam kegiatan inti RPP pada rumusan kegiatan mengomunikasi, hal tersebut terlihat dari contoh
kalimat berikut ini:
72 -
Guru mengarahkan siswa untuk mempresentasikan hasil dari
diskusi kelompok sesuai pengamatan ke depan kelas mengomunikasikan secara lisan
- Kemudian siswa mempresentasikan hasil pengamatan dan diskusi
kelompok mengenai cirri khusus, cirri umum, dan klasifikasi jenis protista secara klasikal di depan kelas
- Siswa diminta menyusun laporan hasil pengamatan dan diskusi
kelompok mengomunikasikan secara tertulis Keterampilan mengomunikasikan ini termasuk keterampilan
yang cukup mudah dilatih karena kegiatannya dirasa juga lebih mudah dilakukan dibandingkan dengan kegiatan menalar lainnya. Hal itulah
yang dapat dijadikan alasan yang mendasari keberadaan keterampilan mengomunikasi yang lebih tinggi dibandingkan keterampilan lain.
Posisi kedua item keterampilan proses sains yang paling banyak dikembangkan adalah keterampilan merumuskan masalah.
Sebelum merumuskan masalah, maka peserta didik melakukan observasi awal terlebih dahulu. Observasi ini ditujukan agar peserta
didik mampu mengamati fakta atau fenomena yang terjadi pada suatu keadaan tertentu. Pada kegiatan observasi inilah keterampilan
mengamati siswa dimunculkan. Menurut Rezba 2010:27, kegiatan observasi merupakan tahap awal yang penting dilakukan dalam
melaksanakan langkah metode ilmiah. Hasil observasi akan digunakan sebagai dasar dalam melatih rasa keingintahuan siswa untuk
merumuskan persoalan dan mengembangkan keterampilan proses sains lainnya. Maka dalam mencapai keterampilan merumuskan masalah,
73 siswa melakukan pengamatan terlebih dahulu untuk menemukan fakta
atau fenomena, siswa mengidentifikasi persoalan yang muncul dari fakta atau fenomena yang ditemukan, lalu merumuskannya dalam
bentuk kalimat tanya sesuai dengan struktur rumusan masalah. Meskipun keterampilan merumuskan masalah bukan keterampilan yang
paling banyak dimunculkan dalam RPP Biologi Kelas X, akan tetapi hasil yang terlihat pada Tabel 4 menunjukkan bahwa guru telah
memunculkan keterampilan merumuskan masalah ini dalam RPP. Keterampilan merumuskan masalah muncul dari kegiatan inti RPP pada
bagian rumusan kegiatan mengamati dan menanya, contoh kalimatnya adalah sebagai berikut:
- Guru membimbing peserta didik mengamati air rendaman
jerami, air kolam dan air gotcomberan secara makroskopis. Peserta didik mengamati secara makroskopis sampel macam-
macam air yang disajikan oleh guru observasi langsung terhadap objek
- Guru memotivasi siswa untuk mengajukan pertanyaan tentang
pengamatan yang dilakukan menyusun rumusan masalah. Pertanyaan yang diharapkan muncul dari siswa yaitu seperti:
1 Organism apakah yang terdapat dalam sampel air kolam, air
got, dan air rendaman jerami tersebut? 2
Termasuk dalam kelompok organism apakah yang terdapat pada masing-masing sampel air tersebut?
- Siswa mengajukan pertanyaan kritis sesuai dengan pendapatnya.
Guru memberikan umpan balik pertanyaan dari siswa untuk
dijawab oleh siswa yang lainnya mengkomunikasi rumusan masalah melalui diskusi
74 Ketiga, keterampilan proses sains yang paling banyak
dikembangkan adalah keterampilan menyusun kesimpulan. Menyusun kesimpulan merupakan proses yang menggambarkan kesimpulan
berdasarkan fakta atau alasan dari suatu persepsi yang benar Towle, 1989: 21. Persepsi benar diperoleh dari penafsiran data hasil penelitian.
Menyusun kesimpulan menjadi kegiatan yang penting karena turut menentukan bagaimana konsep yang akan diperoleh oleh peserta didik
di akhir kegiatan pembelajaran. Dalam metode ilmiah kegiatan menyusun kesimpulan dilakukan setelah kegiatan mengamati,
merumuskan hipotesis, merancang dan melakukan percobaan serta menganalisis data. Keterampilan menyusun kesimpulan muncul dari
kegiatan inti RPP pada bagian rumusan kegiatan mengasosiasi hasil penelitian, contoh kalimatnya adalah sebagai berikut:
- Melakukan diskusi gambar protista hasil pengamatan sesuai dengan
kelompok melakukan kegiatan diskusi kelompok untuk menyusun kesimpulan
- Melakukan deskripsi ciri khusus yang dimiliki pada masing-masing
gambar protista -
Membandingkan ciri khusus yang dimiliki pada masing-masing
gambar protista hasil pengamatan dengan berbagai kajian literature.
Kemudian melakukan identifikasi protista dari cirri khusus
berdasarkan hasil pengamatan dan kajian literature melakukan generalisasi terhadap ciri umum protista berdasarkan pengamatan
dan diskusi -
Membuat kesimpulan tentang ciri umum protista dan
pengelompokan protista berdasarkan hasil pengamatan, diskusi
75 kelompok dan kajian literature melalui diskusi kelas menarik
kesimpulan Keterampilan proses sains dengan urutan keberadaan
selanjutnya adalah merumuskan hipotesis. Hipotesis menyatakan hubungan antara dua variable, atau mengajukan perkiraan penyebab
sesuatu terjadi. Rumusan hipotesis akan mengungkapkan cara melakukan suatu upaya dalam pemecahan masalah karena biasanya
dalam rumusan hipotesis terkandung cara untuk mengujinya Nuryani Rustaman, 2005: 80. Keterampilan merumuskan hipotesis merupakan
salah satu keterampilan proses sains dasar yang seharusnya sudah dimiliki oleh peserta didik kelas X yang telah masuk dalam fase
perkembangan kognitif oprasional formal dimana seorang anak sudah dapat berpikir logis dan kritis selayaknya sudah dapat bersikap secara
konseptual dan dapat berpikir hipotesis Izzaty, dkk 2008: 35, maka dari itu diharapkan guru telah melatih siswa untuk menguasai
keterampilan merumuskan hipotesis dengan maksimal. Keterampilan merumuskan hipotesis muncul dari kegiatan inti RPP pada bagian
rumusan kegiatan menanya dan mengumpulkan data, contoh kalimatnya adalah sebagai berikut:
- Guru memberikan umpan balik pertanyaan dari siswa untuk
dijawab oleh siswa yang lainnya membimbing siswa berdiskusi tentang permasalahan yang ditemukan
- Siswa mengajukan dugaan sementara mengenai permasalahan
yang hendak diteliti merumuskan hipotesis
76 Nilai persentase keberadaan keterampilan merumuskan
hipotesis ini masih lebih rendah dibandingkan keterampilan mengomunikasikan, merumuskan masalah dan menyusun kesimpulan,
akan tetapi berdasarkan hasil analisis data guru juga telah mengembangkan keterampilan ini dengan cukup baik dalam rancangan
proses pembelajaran yang akan dilakukan. Jumlah yang masih rendah disebabkan karena beberapa guru belum merumuskan secara tersirat
dalam RPP mengenai perintah kepada siswa untuk merumuskan hipotesis.
Keterampilan proses sains yang menduduki urutan selanjutnya dalam keberadaannya yaitu keterampilan merancang dan melakukan
percobaan. Merancang dan melakukan percobaan dalam metode ilmiah merupakan suatu langkah mengumpulkan data yang dilakukan dengan
cara menguji dan membuktikan hipotesis atas adanya suatu gejala yang muncul. Pengumpulan data dapat berupa kegiatan observasi terhadap
lingkungan sekitar eksplorasi dan juga dapat berupa kegiatan praktikum dalam laboraturium eksperimen. Menurut Rezba 2010: 5
dalam melaksanakan percobaan, hal yang perlu dilakukan adalah menentukan permasalahan, menyusun hipotesis, dan menentukan desain
penelitian. Penyelidikan ilmiah dapat mempermudah dalam memahami mengapa sesuatu dapat terjadi. Keterampilan ini sangat penting untuk
dikuasai oleh peserta didik agar dapat mencapai salah satu kompetensi dasar dalam proses pembelajaran biologi. Keterampilan merancang dan
77 melakukan percobaan muncul dari kegiatan inti RPP pada bagian
rumusan kegiatan mengumpulkan data, contoh kalimatnya adalah sebagai berikut:
- Guru mengarahkan siswa untuk melakukan pengamatan secara
mikroskopis.
- Guru membagikan LKS kepada setiap kelompok
- Guru membimbing siswa untuk terlibat aktif dalam pengamatan dan
jika ada kesulitan dalam pengamatan. Kegiatan yang dilakukan oleh siswa meliputi:
1
Mengamati secara mikroskopis sampel air kolam, air got, air
rendaman jerami dan kultur jamur air sesuai dengan kelompok dengan menerapkan perilaku ilmiah
2 Menggambar hasil pengamatan protista dalam LKS
3 Mendeskripkan masing-masing ciri khusus yang dimiliki
masing-masing gambar protista guru telah menyiapkan petunjuk percobaan berupa LKS, sehingga
siswa hanya tinggal mengikuti langkah-langkah percobaan dalam LKS saja
Rendahnya persentase keberadaan yang diperoleh dalam hasil penelitian disebabkan karena tidak tercapainya sub item merancang
design percobaan oleh peserta didik. Peserta didik belum diberikan kesempatan oleh guru untuk merancang percobaannya sendiri,
melainkan hanya tinggal melakukan percobaan sesuai dengan petunjuk dan langkah yang telah disusun oleh guru. Hal tersebut tentunya
disusun oleh guru dengan pertimbangan-pertimbangan tertentu, misalnya keterbatasan waktu,keterbatasan alat dan bahan percobaan
78 serta alasan lainnya yang membuat guru belum maksimal dalam melatih
siswa untuk merancang percobaannya sendiri. Keterampilan mengorganisasi dan menganalisis data yang
dikembangkan dalam RPP Biologi Kelas X di Kota Yogyakarta memiliki urutan terakhir dengan persentase keberadaan terendah
diantara keterampilan lainnya. Hal tersebut menandakan bahwa guru masih kurang mengembangkan keterampilan mengorganisasi dan
menganalisis data pada rancangan kegiatan RPP. Pada prinsip metode ilmiah, keterampilan ini menjadi keterampilan agar siswa mampu
mengolah data yang diperoleh dari penelitian untuk selanjutnya dapat diinterpretasikan dan digunakan untuk menemukan suatu kesimpulan.
Rendahnya nilai persentase keterampilan mengorganisasi dan menganalisis data ini disebabkan karena dilihat dari rumusan kegiatan
RPP, guru baru sebatas meminta peserta didik untuk menyusun data dalam tabel dan menafsirkan makna data dari tabel. Kegiatan guru
tersebut belum menunjukkan criteria pengembangan keterampilan mengorganisasi dang menganalisis data yang baik, seperti yang
dijelaskan menurut Towle 1989: 20 yang menyatakan bahwa ilmuan menganalisis data dalam banyak cara, termasuk menggunakan
statistika, menginterpretasi grafik, menentukan hubungan antar variable, dan membandingkan data dengan penelitian lain. Selanjutnya
hasil analisis dapat menentukan data yang reliable dan data yang menolak hipotesis penelitian. Dibandingkan dengan teori Towle
79 tersebut, maka keterampilan ini belum dikembangkan dengan baik
sebagai bentuk dari mewujudkan langkah metode ilmiah yang berupa kegiatan analisis data dalam proses pembelajaran. Meskipun demikian,
keterampilan mengorganisasi dan menganalisis data muncul dari kegiatan inti RPP pada bagian rumusan kegiatan mengumpulkan data
dan mengasosiasi hasil penelitian, contoh kalimatnya adalah sebagai berikut:
-
Menggambar hasil pengamatan protista dalam LKS memasukkan
data hasil penelitian dalam tabel. -
Melakukan diskusi gambar protista hasil pengamatan sesuai dengan
kelompok menganalisis data melalui kegiatan diskusi kelompok. Secara keseluruhan RPP Biologi kelas X di Kota Yogyakarta
telah mengembangkan keterampilan dalam melaksanakan prinsip metode ilmiah, hal itu dilihat dari kelengkapan semua keterampilan
yang muncul telah sesuai dengan langkah-langkah dalam metode ilmiah. Salah satu teori yang menjelaskan rangkaian langkah dalam
metode ilmiah adalah teori menurut Brum McKane 1989: 10 yang terdiri dari: a pengamatanobservasi, b formulasi hipotesis yang
dapat di uji secara induktif, c eksperimen secara deduktif lengkap dengan penetapan kelompok kontrol dan kelompok eksperimen, d
analisis hasi eksperimen, e menarik kesimpulan, fmenerima, menolak, atau memodifikasi hipotesis untuk dikembangkan menjadi
teori dan hukum, dan g publikasi hasil penelitian. Dilihat dari urutan persentase keberadaan tiap item keterampilan proses sains, hasilnya
80 menunjukkan bahwa guru belum mengembangkan item keterampilan
proses sains secara merata sebab setiap item keterampilan proses sains mempunyai persentase keberadaan yang berbeda-beda. Sund dan
Trowbridge 1973: 190 menyatakan bahwa ragam keterampilan proses sains dapat dikembangkan sesuai dengan tingkat kesulitan dalam
masing-masing ragam keterampilan proses sains. Berdasarkan teori tersebut maka dapat dimengerti bahwa setiap item keterampilan proses
sains tidak harus selalu dikembangkan dalam rumusan RPP dengan keberadaan yang tinggi karena setiap item mempunyai tingkat kesulitan
tersendiri. Secara keseluruhan keberadaan item keterampilan proses sains dalam RPP biologi kelas X yang diteliti telah menunjukkan hasil
yang baik, meskipun urutan persentase keberadaannya belum dapat sesuai dengan urutan langkah metode ilmiah. Penelitian ini hanya
terbatas untuk melihat urutan frekuensi keberadaan per-item keterampilan saja, sehingga belum dapat digunakan untuk melihat
urutan yang sesuai dengan langkah metode ilmiah. Dijelaskan dalam teori bahwa berdasarkan sistematika dalam metode ilmiah, urutan atau
tahapan-tahapan dalam setiap langkah kegiatan disusun secara urut mulai dari tahap awal observasi hingga tahap akhir
mengomunikasikan Schulter, 1926: 137.
81
2. Perbandingan hasil analisis data pada kelompok RPP kegiatan