ANALISIS KETERAMPILAN PROSES SAINS PADA LEMBAR KEGIATAN SISWA (LKS) BIOLOGI KELAS X DI KECAMATAN WONOSOBO YANG DIKEMBANGKAN BERDASARKAN KURIKULUM 2013.

(1)

viii

ANALISIS KETERAMPILAN PROSES SAINS PADA LEMBAR KEGIATAN SISWA (LKS) BIOLOGI KELAS X DI KECAMATAN

WONOSOBO YANG DIKEMBANGKAN BERDASARKAN KURIKULUM 2013

Oleh: Anna Astuti 12317244007

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui macam-macam keterampila n proses sains yang muncul dalam LKS Biologi kelas X yang dikembangka n berdasarkan Kurikulum 2013 beserta frekuensinya dan untuk mengetahui arah penerapan keterampilan proses sains yang terdapat dalam LKS Biologi kelas X termasuk dalam keterampilan proses sains dasar atau keterampilan proses sains terpadu.

Jenis penelitian ini adalah penelitian analisis isi yang dilakukan dengan cara identifikasi. Teknik penelitian adalah teknik sampling dan sampel ditentukan dengan teknik purposive sampling. Sasaran yang dituju yaitu keterampilan proses sains yang terdapat dalam Lembar Kegiatan Siswa (LKS) Biologi Kelas X yang digunakan oleh guru dan siswa di SMA wilayah Kecamatan Wonosobo. Data diperoleh dari justifikasi empat orang panelis. Instrumen digunakan untuk mengidentifikasi kemunculan keterampilan proses sains dalam LKS Biologi berupa lembar penilaian. Data dianalisis secara deskripstif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa arah penerapan keterampilan proses sains pada LKS Biologi Kelas X lebih cenderung kepada keterampilan proses sains dasar dibandingkan keterampilan proses sains terpadu yaitu keterampilan proses sains dasar sebanyak 52,65% dan keterampilan proses sains terpadu sebanyak 43,84%.Keterampilan proses sains yang memiliki frekuensi paling banyak dalam LKS Biologi kelas X yaitu keterampilan proses sains dasar mengamati dan mengklasifikasi sebanyak 86,67% dan 95,83% sedangkan untuk keterampila n proses sains terpadu yang paling banyak muncul yaitu menganalisis hasil penelit ia n sebanyak 76,67% dan 66,67%.


(2)

(3)

1 BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Biologi memiliki karakteristik khusus, yang berbeda dengan ilmu lainnya dalam hal objek, persoalan, dan metode. Biologi sebagai proses sains diperoleh melalui kegiatan ilmiah yang disebut metode ilmiah (Depdiknas, 2003:23). Satu hal yang seharusnya disadari ketika seorang guru mengembangkan pembelajara n biologi adalah bahwa biologi lebih dari sekedar kumpulan fakta ataupun konsep, karena dalam biologi juga terdapat kumpulan proses dan nilai yang dapat diaplikasikan serta dikembangkan dalam kehidupan nyata (Saptono, 2003 :11).

Siswa dapat menghafalkan berbagai konsep dan fakta dalam pembelajaran biologi, namun tidak mampu menggunakannya untuk menjelaskan fenomena dalam kehidupan yang berhubungan dengan konsep dan fakta yang sudah dihafa l tersebut. Sebagai konsekuensinya, pembelajaran biologi di sekolah diharapkan mampu memberikan pengalaman kepada siswa, sehingga memungkinkan siswa melakukan penyelidikan tentang fenomena biologi (Saptono , 2003 :11). Jika biologi hanya diajarkan dengan hafalan, maka siswa yang mungkin memilik i pengetahuan awal tentang berbagai fenomena biologi tidak menggunaka n pengetahuan mereka selama proses pembelajaran yang dikembangkan oleh guru.


(4)

2

Ada beberapa alasan yang mendasari perlu diterapkannya keterampila n proses sains dalam pembelajaran di sekolah menengah atas yaitu karena perkembangan ilmu pengetahuan sangatlah cepat sehingga para guru tidak dapat mengejarkan semua fakta dan konsep selama proses pembelajaran tersebut. Alasan kedua, sesuai dengan pendapat para ahli psikologi yang mengatakan bahwa anak-anak mudah memahami konsep-konsep yang rumit dan abstrak jika disertai dengan contoh-contoh konkret, contoh-contoh yang wajar sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi, dengan mempraktekkan sendiri upaya penemuan konsep melalui perlakuan terhadap kenyataan fisik, melalui penanganan benda-benda yang benar nyata; alasan ketiga, penemuan ilmu pengetahuan tidak bersifat mutlak atau benar seratus persen, penemuannya bersifat relatif, yaitu suatu teori mungk in terbantah dan ditolak setelah orang mendapatkan data baru yang mampu membuktikan kekeliruan teori yang dianut. Alasan keempat, dalam proses pembelajaran seharusnya pengembangan konsep tidak dilepaskan dari pengembangan sikap dan nilai dari diri anak didik (Semiawan, 1992: 47).

Salah satu cara yang banyak ditempuh oleh guru-guru dalam mengaktifka n siswa dalam kegiatan belajar biologi adalah dengan menggunakan LKS (Lembar Kegiatan Siswa) karena dengan adanya LKS dapat memudahkan guru dalam kegiatan pembelajaran dan siswa akan belajar secara mandiri, memahami serta dapat menjalankan tugas secara tertulis. Hampir setiap guru di berbagai sekolah menggunakan LKS sebagai sarana atau acuan untuk memandu pelaksanaan


(5)

3

kegiatan belajar mengajar, terutama praktikum sehingga banyak jenis LKS yang diterbitkan oleh berbagai penerbit beredar di toko-toko buku maupun langsung ke sekolah-sekolah. LKS digunakan sebagai alat bantu siswa untuk belajar dan dibuat oleh guru untuk keberhasilan pembelajaran. Manfaat LKS adalah memudahka n siswa untuk belajar. LKS mengubah ketergantungan siswa kepada guru menjadi keaktifan siswa untuk mencari informasi dari berbagai sumber belajar misalnya dari perpustakaan, internet atau observasi langsung ke alam maupun lingkunga n sekitar. Menurut Piaget (1988: 166) taraf perkembangan operasi pemikiran formal mulai rata-rata pada umur sekitar 11 atau 12 tahun, dan dicirikan oleh operasi formal dan abstrak. Dalam lingkungan budaya yang maju, operasi-operasi itu membentuk suatu sistem struktur-struktur pemikiran sampai stabil pada usia 14 tahun ke atas.

Siswa kelas X SMA berusia 15-16 tahun atau berada pada taraf operasional formal. Dilihat dari implikasi tahapan operasional formal dari Piaget pada remaja, maka individu remaja telah memiliki cara berpikir hipotesis deduktif yang nampak dalam rumusan linguistis yang berisi dalil-dalil dan konstruksi-konstruksi logis, serta kombinatoris yang nampak dalam mengerjakan sesuatu yang secara metodis -sistematis (Piaget, 1988: 69). Oleh karena itu, siswa SMA kelas X dimungkinka n dapat melakukan hampir seluruh keterampilan proses sains karena cara berpikirnya yang logis dan metodis-sistematis. Dalam pembelajaran biologi, proses sains dilaksanakan secara bertahap sehingga proses sains yang diberikan pada siswa


(6)

4

kelas X lebih sederhana dibandingkan dengan proses sains yang diberikan pada siswa kelas XI dan siswa kelas XII.

Terkait teori perkembangan mental Piaget tersebut, berarti siswa kelas X SMA telah mencapai tingkatan berpikir operasional formal. Tetapi, walaupun demikian pelaksanaan proses sains tidak diberikan secara langsung melainka n bertahap. Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Cony Semiawan (1985: 34), bahwa keterampilan proses sains harus dikenalkan dan diberikan pada anak secara bertahap, mulai dari keterampilan yang dasar sampai keterampila n-keterampilan terpadu sehingga pada siswa kelas X, n-keterampilan proses sains yang dituntut lebih mudah dan tidak terlalu kompleks bila dibandingkan dengan siswa kelas XI dan XII.

Kurikulum yang digunakan untuk tahun ajaran 2015/2016 ini adalah kurikulum 2013. Kurikulum ini merupakan kurikulum baru yang dikeluarkan oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Kurikulum 2013 merupakan sebuah kurikulum yang mengutamakan pada pemahaman, skill, dan pendidikan berkarakter, dimana siswa dituntut untuk paham atas materi, aktif dalam proses berdiskusi dan presentasi serta memiliki sopan santun dan sikap disiplin yang tinggi. Kurikulum ini secara resmi menggantikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang sudah diterapkan sejak 2006 lalu.


(7)

5

Buku LKS ada yang diterbitkan oleh penerbit umum ada pula yang disusun oleh tim guru mata pelajaran atau yang sering disebut MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran). Hal itu menyebabkan kegiatan-kegiatan dan diskusi yang diberikan oleh masing- masing penulis sangat bervariasi. Terkait dengan kurikulum yang baru yaitu kurikulum 2013, maka guru juga harus menerapkan pembelajara n aktif yaitu student centre sesuai dengan kurikulum 2013, tidak dengan pembelajaran teacher centre atau pembelajaran pasif. Pembelajaran pasif adalah pembelajaran yang berpusat pada guru. Dalam pembelajaran pasif guru memberitahu konsep atau cara menyelesaikan masalah pada siswa melalui penjelasan-penjelasan yang disampaikannya pada siswa, sehingga pembelajara n pasif tidak memenuhi tuntutan kurikulum 2013.

Pembelajaran yang menuntun siswa mencari tahu adalah pembelajara n aktif. Siswa diaktifkan oleh guru melalui pertanyaan-pertanyaan yang harus dipikirkan siswa dan tugas-tugas yang harus dibuat oleh siswa untuk memahami konsep atau menyelesaikan masalah. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan pada siswa dapat dituliskan dalam LKS atau diajukan secara lisan. Pertanyaan-pertanya n yang dituliskan dalam LKS untuk siswa belajar mandiri dalam kelompoknya harus dipertimbangkan dapat dijawab oleh siswa, sehingga pertanyaan-pertanyaan dalam LKS cenderung dangkal atau hanya berupa titik-titik yang harus diisi siswa. Menurut JICA (2009: 55) pertanyaan-pertanyaan tersebut tidak merangsang siswa untuk berpikir. Pertanyaan-pertanyaan dalam LKS semacam itu hanya akan


(8)

6

meningkatkan kompetensi siswa secara dangkal, kurang mampu meningkatka n keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa, disamping itu karena siswa harus dapat melaksanakan percobaan sendiri secara berkelompok, pada LKS tersebut dituliska n variabel yang harus diamati/diukur, cara melaksanakan percobaan, dan lain-la i n, sehingga kompetensi siswa dalam mengidentifikasi variabel, merencanaka n percobaan, dan lain-lain tidak ditingkatkan pada siswa.

Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara lisan dapat dilaksanaka n dalam kegiatan klasikal dialog mendalam. Pada kegiatan ini, guru mengajuka n pertanyaan utama yang merupakan pertanyaan yang membuat siswa berpikir tingkat tinggi. Setelah siswa menjawab pertanyaan, guru mengajukan pertanyaan susulan yang mengejar jawaban siswa untuk membuat siswa berpikir dan memahami pengetahuan lebih dalam.

Kegiatan mengaktifkan siswa juga dapat dilaksanakan dengan cara siswa mempelajari sendiri informasi pengetahuan dari handout yang diberikan guru, buku, atau media yang lain. Kegiatan ini dapat berupa kegiatan individual. Kegiatan individual ini dapat diperkuat dengan dialog antara 2 siswa.

Lembar Kegiatan Siswa (LKS) yang terdapat di banyak sekolah-sekolah biasanya merupakan LKS yang bersifat tertutup, sehingga peneliti perlu melakuka n analisis pada LKS yang digunakan apakah sudah sesuai dengan Kurikulum 2013


(9)

7

dan memenuhi pendekatan keterampilan proses sains baik keterampilan proses sains dasar maupun keterampilan proses sains terpadu.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas dapat diidentifika s i beberapa masalah sebagai berikut :

1. Keterampilan proses sains apa saja yang dikembangkan dalam LKS Biologi kelas X berdasarkan Kurikulum 2013?

2. Kualitas keterampilan proses sains yang dikembangkan dalam LKS Biologi kelas X berdasarkan Kurikulum 2013 lebih mengarah kepada keterampila n proses sains dasar atau keterampilan proses sains terpadu?

C. Pembatasan Masalah

Penelitian keterampilan proses sains pada Lembar Kegiatan Siswa (LKS) Biologi SMA Kelas X yang dikembangkan berdasarkan Kurikulum 2013 ini akan difokuskan pada macam-macam keterampilan proses sains dan kecenderunga n keterampilan proses sains yang muncul dalam LKS Biologi kelas X yang mendukung langkah pembelajaran 5M (mengamati, menanya, mengumpulka n informasi, mengasosiasikan/mengolah informasi, dan mengkomunikasikan).


(10)

8 D. Rumusan Masalah

Untuk memberikan arahan dalam penelitian ini, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :

1. Macam-macam keterampilan proses sains apa saja yang muncul dalam LKS Biologi kelas X?

2. Berapa frekuensi kemunculan keterampilan proses sains muncul dalam LKS Biologi kelas X yang berdasarkan Kurikulum 2013?

3. Bagaimanakah arah penerapan keterampilan proses sains dalam LKS Biologi kelas X berdasarkan Kurikulum 2013?

E. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui macam-macam keterampilan proses sains yang muncul pada LKS Biologi kelas X yang dikembangkan berdasarkan Kurikulum 2013. 2. Untuk mengetahui frekuensi kemunculan keterampilan proses sains yang

muncul dalam LKS Biologi kelas X yang dikembangkan berdasarkan Kurikulum 2013.

3. Untuk mengetahui arah penerapan keterampilan proses sains yang terdapat dalam LKS Biologi kelas X termasuk dalam Keterampilan Proses Sains Dasar atau Keterampilan Proses Sains Terpadu.


(11)

9 F. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini, manfaat yang dapat diambil adalah sebagai berikut: 1. Bagi Guru

a. Dapat menentukan LKS yang sesuai dengan Kurikulum 2013.

b. Dapat lebih memahami mengenai keterampilan proses sains serta penerapannya.

c. Dapat mengetahui keterampilan proses sains yang belum muncul pada suatu kegiatan sehingga guru dapat melengkapi keterampilan proses sains yang belum muncul.

2. Bagi Siswa

a. Memberikan gambaran mengenai keterampilan proses sains. b. Dapat lebih memahami keterampilan proses sains.

c. Dapat melakukan penerapan keterampilan proses sains dengan lebih baik.

3. Bagi Penerbit

a. Dapat menerbitkan buku kerja pelajaran Biologi SMA dalam Lembar Kegiatan Siswa (LKS) yang memuat seluruh keterampilan proses sains. b. Dapat memberikan pertimbangan dalam pengembangan isi buku sehingga

proses sains yang termuat dalam di dalam buku tersebut dapat terkemas sesuai tuntutan Kurikulum 2013.


(12)

10 4. Bagi Peneliti

a. Dapat menjadi bekal saat memasuki dunia pendidikan nanti.

b. Dapat menambah pengalaman dalam memilih media ajar terutama buku kerja yang berbentuk LKS.

c. Dapat menambah wawasan dalam mempersiapkan diri sebagai calon guru yang siap memanfaatkan teknologi dalam pembelajaran biologi di masa yang akan datang.

G. Definisi Operasional

1. Keterampilan Proses Sains (KPS)

Keterampilan Proses Sains (KPS) adalah kemampuan siswa untuk menerapkan metode ilmiah dalam memahami, mengembangkan dan menemukan ilmu pengetahuan. KPS sangat penting bagi setiap siswa sebagai bekal untuk menggunakan metode ilmiah dalam mengemba ngkan sains serta diharapkan memperoleh pengetahuan baru/ mengembangkan pengetahua n yang telah dimiliki. Keterampilan proses sains yang akan dianalisis dalam penelitian ini menggunakan keterampilan proses sains versi Rezba berupa keterampilan proses sains dasar yaitu : mengamati, mengkomunikas i, mengklasifikasi, melakukan pengukuran, menyimpulkan, serta memprediks i. Keterampilan proses sains terpadu antara lain : identifikasi variabel, membuat tabel data, membuat grafik atau diagram, mendeskripsikan hubungan antar variabel, mengumpulkan dan mengolah data, menganalisis hasil penelitia n,


(13)

11

menyusun hipotesis, menetapkan variabel operasional, menyusun percobaan, dan melakukan percobaan.

2. Lembar Kegiatan Siswa (LKS)

Lembar Kegiatan Siswa (LKS) adalah lembaran yang berisi tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik, LKS biasanya berupa petunjuk, langkah untuk menyelesaikan suatu tugas. Tugas yang diperintahkan dalam lembar kegiatan harus jelas kompetensi dasar yang akan dicapainya.(Depdiknas ; 2004;18). Menurut pengertian di atas maka LKS berwujud lembaran berisi tugas-tugas guru kepada siswa yang disesuaikan dengan kompetensi dasar dan dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.

3. Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 menekankan pada pencapaian ranah pengetahua n, keterampilan dan sikap pada proses pembelajaran. Menurut Kemendikbud (2013), proses pembelajaran di kelas harus mengintegrasikan tiga ranah tersebut. Guru sebagai penanggung jawab proses pembelajaran di kelas harus mampu menciptakan suasana pembelajaran yang efektif untuk menyent uh ketiga ranah tersebut di dalam proses pembelajarannya. Tujuan dari penerapan kurikulum 2013 yaitu untuk mempersiapkan masyarakat Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada


(14)

12

kehidupan masyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia (Permendiknas, 2012).


(15)

13 BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori

1. Lembar Kegiatan Siswa (LKS)

Lembar Kegiatan Siswa (LKS) adalah lembaran yang berisi tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik, LKS biasanya berupa petunjuk, langkah untuk menyelesaikan suatu tugas. Tugas yang diperintahkan dalam lembar kegiatan harus jelas kompetensi dasar yang akan dicapainya.(Depdiknas; 2004;18). Trianto (2008 :148) mendefinisikan bahwa Lembar Kegiatan Siswa (LKS) adalah panduan siswa yang digunakan untuk melakukan kegiatan penyelidikan dan pemecahan masalah. Menurut pengertian di atas maka LKS berwujud lembaran berisi tugas-tugas guru kepada siswa yang disesuaikan dengan kompetensi dasar dan dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Atau dapat dikatakan juga bahwa LKS adalah panduan kegiatan siswa untuk mempermudah siswa dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran, dalam kegiatan praktis LKS dapat berupa petunjuk praktikum, Worksheet, Job Sheet, ataupun Instructional Sheet (Surachman, 1998: 46). Lembar Kegiatan Siswa (LKS) yang digunakan dalam pembelajaran memiliki banyak manfaat, baik untuk guru maupun siswa. Slamet Suyanto, dkk (2011: 03), menyatakan bahwa LKS memiliki beberapa fungsi sebagai berikut:


(16)

14

1. Sebagai panduan siswa di dalam melakukan kegiatan belajar, seperti melakukan percobaan. LKS berisi alat dan bahan serta prosedur kerja.

2. Sebagai lembar pengamatan, di mana LKS menyediakan dan memandu siswa menuliskan data hasil pengamatan. LKS berisi tabel yang memungkinka n siswa mencatat data hasil pengukuran atau pengamatan.

3. Sebagai lembar diskusi, di mana LKS berisi sejumlah pertanyaan yang menuntun siswa melakukan diskusi dalam rangka konseptualisasi. Melalui diskusi tersebut siswa dilatih membaca dan memaknakan data untuk memperoleh konsep-konsep yang dipelajari.

4. Sebagai lembar penemuan (discovery), di mana siswa mengekspresika n temuannya berupa hal-hal baru yang belum pernah ia kenal sebelumnya. 5. Sebagai wahan untuk melatih siswa berfikir lebih kritis dalam kegiatan belajar

mengajar.

6. Meningkatkan minat siswa untuk belajar jika kegiatan belajar yang dipandu melalui LKS lebih sistematis, berwarna serta bergambar serta menarik perhatian siswa.

Dalam hal ini terdapat tiga bentuk LKS, yaitu : 1. Tertutup ( Guided, Structured ).

Ciri utama :

LKS yang sangat mengikat, tidak memberi kesempatan pada siswa untuk mengembangkan daya nalar dan kreativitasnya. Semua jawaban persoalan dan


(17)

15

konsep yang dikembangkan bersifat baku. Semua siswa yang mengikuti alur kerja LKS ini akan memperoleh hasil yang sama.

2. Semi Terbuka (Semi Guided, Semi Structured) Ciri utama :

Pada LKS beberapa bagiannya diserahkan pada siswa untuk di-kembangkannya. Sebagian yang lain telah disiapkan guru.

3. Terbuka (Unguided, Unstructured) Ciri Utama :

LKS ini sangat terbuka dan banyak memberi kesempatan seluas-luasnya pada siswa untuk mengembangkan daya nalar/kreativitasnya.

Berdasarkan standar kelayakan bahan ajar menurut BSNP (2006), kelayakan bahan ajar dibagi menjadi beberapa komponen antara lain kelayakan isi, kelayakan penyajian, dan kelayakan bahasa. Kriteria kelayakan dalam pengembangan LKS, yaitu :

1. Kelayakan isi, dapat dijabarkan sebagai berikut :

a. Tema yang diambil sesuai dengan yang tertulis pada Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar,

b. Dalam memadukan materi sesuai dengan model webbed, c. Materi sudah jelas dan sesuai dengan kemampuan siswa, d. Rumusan tujuan pembelajaran sesuai dengan indicator, e. Kegiatan pembelajaran mendukung KD,


(18)

16

f. LKS menekankan pada proses untuk menemukan konsep-konsep sehingga berfungsi sebagai penunjuk bagi siswa untuk mencari informasi,

g. Konsep berhubungan dengan kehidupan sehari-hari,

h. LKS menyediakan ruang yang cukup dalam member keluasan pada siswa untuk menulis maupun menggambarkan hal-hal yang siswa ingin

sampaikan,

i. Kegiatan dalam LKS memotivasi siswa untuk berkomunikasi, berinteraksi, dan bekerjasama dengan orang lain,

j. Gambar yang ada di LKS dapat menumbuhkan rasa ingin tahu pada siswa, k. Pertanyaan yang ada memberikan petunjuk untuk menemukan konsep

secara mandiri.

2. Kelayakan penyajian, dapat dijabarkan sebagai berikut: a. Desain (konsistensi, format, dan daya tarik) LKS menarik, b. Kesesuaian penggunaan ilustrasi dengan materi pada LKS, c. Kejelasan tulisan dan gambar,

d. LKS menekankan pada proses untuk menemukan konsep-konsep sehingga berfungsi sebagai penunjuk bagi siswa untuk mencari informasi,

e. Penyajian konsep berhubungan dengan kehidupan sehari-hari,

f. LKS menyediakan ruang yang cukup untuk member keluasan pada siswa untuk menulis maupun menggambarkan hal-hal yang siswa ingin sampaikan,


(19)

17

h. Pertanyaan yang ada memberikan petunjuk untuk menemukan konsep secara mandiri.

3. Kelayakan bahasa, dapat dijabarkan sebagai berikut: a. Bahasa yang digunakan adalah bahasa Indonesia baku, b. Bahasa yang digunakan komunikatif dan interaktif,

c. LKS menggunakan bahasa yang sesuai dengan tingkat kedewasaan siswa, d. LKS menggunakan struktur kalimat yang jelas,

e. Konsistensi penggunaan istilah,

Carin dan Sund (1989: 120) menjelaskan bahwa umumnya LKS memuat hal-hal sebagai berikut :

1. Tujuan, yaitu tujuan dari kegiatan yang akan dilakukan siswa.

2. Alat dan bahan, merupakan daftar alat dan bahan yang diperlukan dalam melakukan kegiatan.

3. Apersepsi, dapat berupa pernyataan-pernyataan motivasi atau berupa pertanyaan awal yang memancing minat siswa.

4. Langkah kerja/prosedur kerja, berisi langkah-langkah yang harus dilakukan siswa, bagian ini menjadi bagian terpenting dari LKS karena merupakan inti kegiatan.

5. Pertanyaan diskusi, berisi pertanyaan-pertanyaan yang menuntun siswa melakukan analisis data dan melakukan konseptualisasi.


(20)

18

7. Rangkuman materi dari konsep yang akan dicapai.

Menurut Endang Widjajanti (2008: 37), aspek-aspek yang harus dipenuhi oleh suatu LKS yang baik yaitu:

1. Pendekatan penulisan adalah penekanan keterampilan proses, hubungan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan kehidupan dan kemampuan mengajak siswa aktif dalam pembelajaran.

2. Kebenaran konsep adalah menyangkut kesesuaian antara konsep yang dijabarkan dalam LKS dengan pendapat ahli dan kebenaran materi setiap materi pokok.

3. Kedalaman konsep terdiri dari muatan latar belakang sejarah penemuan konsep, hukum, atau fakta dan kedalaman materi sesuai dengan kompetensi siswa berdasarkan kurikulum.

4. Keluasan konsep adalah kesesuaian konsep dengan materi pokok dalam kurikulum, hubungan konsep dengan kehidupan sehari-hari.

5. Kejelasan kalimat adalah berhubungan dengan penggunaan kalimat yang tidak menimbulkan makna ganda serta mudah dipahami.

6. Kebahasaan adalah penggunaan bahasa Indonesia yang baku dan mampu mengajak siswa interaktif.

7. Evaluasi belajar yang disusun dapat mengukur kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik secara mendalam.

8. Kegiatan siswa / percobaan kimia yang disusun dapat memberikan pengalama n langsung, mendorong siswa menyimpulkan konsep, hukum atau fakta serta


(21)

19

tingkat kesesuaian kegiatan siswa / percobaan kimia dengan materi pokok kurikulum.

9. Keterlaksanaan meliputi kesesuaian materi pokok dengan alokasi waktu di sekolah dan kegiatan siswa / percobaan dapat dilaksanakan.

10. Penampilan fisik yaitu desain yang meliputi konsistensi, format, organisasi, dan daya tarik LKS baik, kejelasan tulisan dan gambar dan dapat mendorong minat baca siswa.

2. Kurikulum 2013

Permendikbud No. 69 tahun 2013 mengemukakan; Undang-Unda ng Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggar aa n kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Berdasarkan pengertian tersebut, ada dua dimensi kurikulum, yang pertama adalah rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran, sedangkan yang kedua adalah cara yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran. Kurikulum 2013 yang diberlakukan mulai tahun ajaran 2013/2014 memenuhi kedua dimensi tersebut.

Tujuan dari penerapan kurikulum 2013 yaitu untuk mempersiapk a n masyarakat Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu


(22)

20

berkontribusi pada kehidupan masyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia (Permendiknas, 2012).

Pelaksanaan penyusunan kurikulum 2013 adalah bagian dari melanjutk a n pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang telah dirintis pada tahun 2004 dengan mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampila n secara terpadu, sebagaimana amanat UU 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada penjelasan pasal 35, di mana kompetensi lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan sesuai dengan standar nasional yang telah disepakati. Paparan ini merupakan bagian dari uji publik Kurikulum 2013, yang diharapkan dapat menjaring pendapat dan masukan dari masyarakat.

Karakteristik Kurikulum 2013 menurut Permendikbud no.67 tahun 2013 dirancang sebagai berikut:

1. Mengembangkan keseimbangan antara pengembangan sikap spiritual dan sosial, rasa ingin tahu, kreativitas, kerja sama dengan kemampua n intelekt ua l dan psikomotorik;

2. Sekolah merupakan bagian dari masyarakat yang memberikan pengalama n belajar terencana dimana peserta didik menerapkan apa yang dipelajari di sekolah ke masyarakat dan memanfaatkan masyarakat sebagai sumber belajar; 3. Mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan serta menerapkannya


(23)

21

4. Memberi waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan berbagai sikap, pengetahuan, dan keterampilan;

5. Kompetensi dinyatakan dalam bentuk kompetensi inti kelas yang dirinci lebih lanjut dalam kompetensi dasar mata pelajaran;

6. Kompetensi inti kelas menjadi unsur pengorganisasi (organizing elements) kompetensi dasar, dimana semua kompetensi dasar dan proses pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi yang dinyatakan dalam kompetensi inti;

7. Kompetensi dasar dikembangkan didasarkan pada prinsip akumulatif, saling memperkuat (reinforced) dan memperkaya (enriched) antar mata pelajaran dan jenjang pendidikan (organisasi horizontal dan vertikal).

Kurikulum 2013 dikembangkan dengan penyempurnaan pola pikir yang tercantum dalam Permendikbud No.69 Tahun 2013 sebagai berikut:

a. Pola pembelajaran yang berpusat pada guru menjadi pembelajaran berpusat pada peserta didik. Peserta didik harus memiliki pilihan-pilihan terhadap materi yang dipelajari untuk memiliki kompetensi yang sama;

b. Pola pembelajaran satu arah (interaksi guru-peserta didik) menjadi pembelajaran interaktif (interaktif guru-peserta didik-masyarakat- lingkunga n alam, sumber/ media lainnya);

c. Pola pembelajaran terisolasi menjadi pembelajaran secara jejaring (peserta didik dapat menimba ilmu dari siapa saja dan dari mana saja yang dapat dihubungi serta diperoleh melalui internet);


(24)

22

d. Pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran aktif-mencari (pembelajaran siswa aktif mencari semakin diperkuat dengan model pembelajaran pendekat an sains);

e. Pola belajar sendiri menjadi belajar kelompok (berbasis tim);

f. Pola pembelajaran alat tunggal menjadi pembelajaran berbasis alat multimed ia; g. Pola pembelajaran berbasis massal menjadi kebutuhan pelanggan (users)

dengan memperkuat pengembangan potensi khusus yang dimiliki setiap peserta didik;

h. Pola pembelajaran ilmu pengetahuan tunggal (monodiscipline) menjadi pembelajaran ilmu pengetahuan jamak (multidisciplines); dan

i. Pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran kritis.

Kurikulum 2013 juga memiliki prinsip dalam pengembangannya. Sesuai dengan kondisi negara, kebutuhan masyarakat, dan berbagai perkembangan serta perubahan yang sedang berlangsung dewasa ini, dalam pengembangan kurikulum 2013 yang berbasis karakter dan kompetensi perlu memperhatikan dan mempertimbangkan prinsip-prinsip oleh Mulyasa (2013: 81-82) yang dikutip dari Kemendikbud (2013) sebagai berikut:

a. Pengembangan kurikulum dilakukan mengacu pada standart nasional pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional

b. Kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip diversifikasin sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik


(25)

23

c. Mata pelajaran merupakan wahana untuk mewujudkan pencapaian kompetensi d. Standar kompetensi lulusan dijabarkan dari tujuan pendidikan nasional dan

kebutuhan masyarakat, negara serta perkembangan global e. Standar isi dijabarkan dari standar kompetensi lulusan f. Standar proses dijabarkan dari standar isi

g. Standar penilaian dijabarkan dari standar kompetensi lulusan, standar isi, dan standar proses

h. Standar kompetensi lulusan dijabarkan ke dalam standar inti

i. Kompetensi inti dijabarkan kedalam kompetensi dasar yang dikontekstualisasikan dalam suatu mata pelajaran

j. Kurikulum satuan pendidikan dibagi menjadi kurikulum tingkat nasional, daerah, dan satuan pendidikan

k. Proses pembelajaran diselenggarakan secara interaktif, inspirat if, menyenangkan, menantang, memotifasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberi ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandir ia n sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik

l. Penilaian hasil belajar berbasis proses dan produk

m. Proses belajar dengan pendekatan ilmiah (scientific approach)

Kurikulum 2013 menekankan pada pencapaian ranah pengetahua n, keterampilan dan sikap pada proses pembelajaran. Menurut Kemendikbud (2013), proses pembelajaran di kelas harus mengintegrasikan tiga ranah tersebut. Guru


(26)

24

sebagai penanggung jawab proses pembelajaran di kelas harus mampu menciptakan suasana pembelajaran yang efektif untuk menyentuh ketiga ranah tersebut di dalam proses pembelajarannya.

3. Hakikat Sains

Sains atau ilmu pengetahuan alam merupakan suatu ilmu yang terus mengalami perkembangan. Pengertian atau istilah sains secara khusus sebagai ilmu pengetahuan alam sangat beragam. Carin & Sund (1989: 15) mendefinisikan sains adalah suatu sistem untuk memahami alam semesta melalui observasi dan eksperimen yang terkontrol. Sains memiliki karakteristik yang khas, yaitu sains dapat diperoleh melalui berbagai proses penyelidikan secara berkelanjutan yang berkontribusi dengan berbagai cara untuk membentuk sistem yang unik. Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk membahas hakikat sains menurut Hardy dan Fleer (1996: 15-16) dalam buku Pendidikan Sains yang Humanistis (Rohadi, 2003:114-116), sehingga dapat memahami sains dalam perspektif yang lebih luas, yaitu:

1. Sains sebagai kumpulan pengetahuan (body of knowledge)

Sains sebagai kumpulan pengetahuan mengacu pada kumpula n berbagai konsep sains yang sangat luas. Sains dipertimbangkan sebagai akumulasi berbagai pengetahuan yang telah ditemukan sejak zaman dahulu


(27)

25

sampai penemuan pengetahuan yang baru. Pengetahuan tersebut berupa fakta, konsep, teori, dan generalisasi yang menjelaskan tentang alam.

2. Sains sebagai suatu proses penelusuran (investigation)

Sains sebagai suatu proses penelusuran umunnya merupakan suatu pandangan yang menghubungkan gambaran sains yang berkaitan erat dengan kegiatan laboratorium beserta perangkatnya. Sains dipandang sebagai sesuatu yang memiliki disiplin yang ketat, objektif, dan suatu proses yang bebas nila i dari kegiatan pengamatan, inferensi, hipotesis, dan percobaan dalam alam. Ilmuwan memberikan berbagai gagasan yang melibatkan proses metode ilmiah dalam melakukan kegiatannya.

3. Sains sebagai kumpulan nilai

Sains sebagai kumpulan nilai berhubungan erat dengan penekanan sains sebagai proses. Bagaimanapun juga pandangan ini menekankan pada aspek nilai ilmiah yang melekat dalam sains. Ini termasuk didalamnya nila i kejujuran, rasa ingin tahu, dan keterbukaan akan berbagai fenomena yang baru sekalipun.

4. Sains sebagai suatu cara untuk mengenal dunia

Proses sains dipengaruhi oleh cara di mana orang memahami kehidupan dan dunia di sekitarnya. Sains dipertimbangkan sebagai suatu cara dimana manusia mengerti dan memberi makna pada dunia di sekeliling mereka.


(28)

26 5. Sains sebagai institusi sosial

Ini berarti bahwa sains seharusnya dipandang dalam penegrtian sebagai kumpulan para profesional, yang melalui sains mereka didanai, dilatih dan diberi penghargaan akan hasil karya. Para ilmuwan ini sangat terikat dengan kepentingan institusi, pemerintah, politik, bahkan militer.

6. Sains sebagai hasil konstruksi manusia

Pandangan ini menunjuk pada pengertian bahwa sains sebenarnya merupakan penemuan dari suatu kebenaran ilmiah mengenai hakikat semesta alam. Pengetahuan ilmiah ini tidak lain merupakan akumulasi kebenaran. Hal pokok dalam pandangan ini adalah sains merupakan konstruksi pemikira n manusia. Oleh karenanya, dapat saja apa yang dihasilkan sains memiliki sifat bias dan sementara.

7. Sains sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari

Orang menyadari bahwa apa yang dipakai dan digunakan untuk pemenuhan kebutuhan hidup sangat dipengaruhi oleh sains. Bukan saja pemakaian berbagai jenis produk teknologi sebagai hasil investigasi dan pengetahuan, melainkan pula cara bagaimana orang berpikir mengenai situasi sehari-hari sangat kuat dipengaruhi oleh pendekatan ilmiah (scientific approach).

Paul Freedman (1950) dalam bukunya The Principles of Scientific Research mengatakan bahwa sains adalah: “Suatu bentuk aktivitas manusia untuk memperoleh suatu pembahasan dan pemahaman tentang alam yang


(29)

27

cermat dan lengkap, pada waktu yang lalu, masa kini dan masa yang akan datag serta untuk meningkatkan kemampuan manusia untuk menyesuaikan diri terhadap lingkunganya serta untuk mengubah sifat-sifat lingkungan agar ia dapat beradaptasi terhadap lingkungan tersebut sesuai dengan keinginannya”.

4. Hakikat Pembelajaran Biologi

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan usaha sengaja, terarah dan bertujuan agar orang lain dapat memperoleh pengalaman yang bermakna (BSNP, 2006: 30). Pembelajaran biologi di sekolah menenga h diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar serta proses pengembangan lebih lanjut dalam penerapannya di kehidupan sehari-hari. Penting sekali bagi setiap guru memahami sebaik-baiknya tentang proses belajar siswa, agar dapat memberikan bimbingan dan menyediaka n lingkungan belajar yang tepat dan serasi bagi siswa (Oemar Hamalik, 2010:36). Biologi sebagai ilmu memiliki kekhasan tersendiri dibandingkan dengan ilmu- ilm u yang lain. Biologi merupakan salah satu ilmu pengetahuan yang mempelajar i makhluk hidup dan kehidupannya dari berbagai aspek persoalan dan tingkat organisasinya. Produk keilmuan biologi berwujud kumpulan faktafakta maupun konsep-konsep sebagai hasil dari proses keilmuan biologi (Sudjoko, 2001:2).

Pembelajaran biologi pada hakikatnya merupakan suatu proses untuk menghantarkan siswa ke tujuan belajarnya, dan biologi itu sendiri berperan sebagai


(30)

28

alat untuk mencapai tujuan tersebut. Biologi sebagai ilmu dapat diidentifikasika n melalui objek, benda alam, persoalan/gejala yang ditunjukkan oleh alam, serta proses keilmuan dalam menemukan konsep-konsep biologi. Proses pembelajara n biologi merupakan penciptaan situasi dan kondisi yang kondusif sehingga terjadi interaksi antara subjek didik dengan objek belajarnya yang berupa makhluk hidup dan segala aspek kehidupannya. Melalui interaksi antara subjek didik dengan objek belajar dapat menyebabkan perkembangan proses mental dan sensori motorik yang optimal pada diri siswa.

Berdasarkan BSNP (2006: 452), mata pelajaran biologi dikembangka n melalui kemampuan berpikir analitis, induktif dan deduktif untuk menyelesaika n masalah yang berkaitan dengan peristiwa alam sekitar dan penyelesaian masa lah bersifat kualitatif dan kuantitatif dilakukan dengan menggunakan pemahama n dalam bidang lainnya. Mata pelajaran biologi di SMA merupakan kelanjutan IPA di SMP yang menekankan pada fenomena alam dan penerapannya meliputi aspek-aspek sebagai berikut:

a. Hakikat biologi, keanekaragaman hayati dan pengelompokan makhluk hidup, hubungan antar komponen ekosistem, perubahan materi dan perubahan energi, peranan manusia dalam keseimbangan ekosistem.

b. Organisasi seluler, struktur jaringan, struktur dan fungsi organ tumbuha n, hewan dan manusia serta penerapannya dalam konsep sains, lingkunga n, teknologi dan masyarakat.


(31)

29

c. Proses yang tejadi pada tumbuhan, proses metabolisme, hereditas, evolus i, bioteknologi dan implikasinya pada sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat.

d. Pembelajaran biologi di sekolah menengah juga harus memperhatika n karakteristik perkembangan peserta didik yang sedang berada pada periode operasional formal. Periode ini yang berkembang pada peserta didik adalah kemampuan berpikir secara simbolis dan bisa memahami hal-hal yang bersifat imajinatif (dari abstrak menuju konkrit). Dalam hal ini harus diperhatika n karena peserta didik mempunyai kemampuan berpikir yang berbeda satu sama lain.

5. Keterampilan Proses Sains

Siswa aktif selama pembelajaran untuk membangun pengetahuannya melalui serangkaian kegiatan agar pembelajaran menjadi bermakna bagi siswa. Dalam pembelajaran sains, siswa selalu dituntut untuk berpikir agar mendapatkan ilmu pengetahuan alam atau sains. Cara berpikir siswa untuk mendapatkan sains inilah yang disebut dengan keterampilan proses. Sains atau ilmu pengetahuan alam memiliki cabang pembelajaran sains yang lebih menekankan pada proses. Definis i sains menurut Carin & Sund (1975: 2) mencakup tiga hal, yaitu:

a. Sikap, berkaitan dengan sesuatu yang dipercaya, nilai, pendapat, contohnya menunda dalam mengambil keputusan hingga data yang diperlukan terkumpul sesuatu dengan masalah. Berusaha agar selalu objektif.


(32)

30

b. Proses atau metode, berkaitan dengan jalan yang ditempuh untuk menyelid ik i suatu permasalahan, contohnya membuat hipotesis, merancang dan melakukan percobaan, mengevaluasi data, mengukur, dan lain-lain.

c. Produk, dapat berupa fakta, prinsip, hukum, teori, contohnya, logam memuai bila dipanaskan.

LKS adalah salah satu media pengajaran yang berorientasi kepada keterampilan proses sehingga diharapkan dapat mencapai hasil pembelajaran yang optimal (Semiawan, 1992:12). Menurut Dahar (1985:11), Keterampilan Proses Sains (KPS) adalah kemampuan siswa untuk menerapkan metode ilmiah dalam memahami, mengembangkan dan menemukan ilmu pengetahuan. KPS sangat penting bagi setiap siswa sebagai bekal untuk menggunakan metode ilmiah dalam mengembangkan sains serta diharapkan memperoleh pengetahuan baru/ mengembangkan pengetahuan yang telah dimiliki.

Pendekatan keterampilan proses sains merupakan pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada proses sains. Pendekatan ini diperlukan karena sains tidak hanya merupakan kumpulan pengetahuan saja, tetapi juga terkandung hal lain. Carin dan Evans (Rustaman, 2005:74) menyatakan bahwa sains mengandung empat hal, yaitu konten atau produk, proses atau metode, sikap, dan teknologi. Sains sebagai konten atau produk berarti bahwa dalam sains terdapat fakta-fakta, prinsip-prinsip dan teori. Sains sebagai proses atau metode mengandung arti bahwa sains merupakan suatu proses atau metode untuk mendapatkan pengetahuan. Selain sebagai produk dan proses, sains juga sebagai sikap, artinya bahwa dalam sains


(33)

31

terkandung sikap ilmiah, seperti terbuka, jujur, tekun dan objektif. Sains sebagai teknologi mengandung pengertian bahwa sains mempunyai keterkaitan dan digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Jika sains mengandung empat hal di atas, maka ketika belajar sains pun siswa perlu mengalami keempat hal tersebut. Siswa dalam belajar sains seharusnya tidak hanya belajar produk saja, tetapi harus belajar aspek proses, sikap dan teknologi agar siswa dapat benar-benar memahami sains secara utuh. Selain itu, pembelajaran yang menekankan pada pengembanga n keterampilan proses berarti membimbing siswa untuk memiliki keterampila n memperoleh pengetahuan dan mengemukakan hasilnya (Rustaman, 2005:74).

Keterampilan proses sains sebagai pendekatan dalam pembelajaran sangat penting karena menumbuhkan pengalaman selain proses belajar. Mengingat semakin banyaknya sekolah yang telah memiliki laboratorium biologi, sehingga perlu upaya meningkatkan efektivitas pembelajaran, khususnya prestasi hasil belajar kognitif yang didukung oleh keterampilan serta sikap dan prilaku yang baik. Oleh karena itu para guru hendaknya secara bertahap mulai bergerak melakukan penilaian hasil belajar dalam aspek keterampilan dan sikap (Rustaman, 2005:75). Menurut Blosser (dalam Kamriantiramli, 2011), proses pembelajaran sains cenderung menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi dan menumbuhkan kemampuan berfikir. Pembentukan sikap ilmiah seperti ditunjukan oleh para ilmuawan sains dapat dikembangkan melalui keterampilan-keterampilan proses sains. Sehingga


(34)

32

keterampilan proses sains, dapat digunakan sebagai pendekatan dalam pembelajaran.

Gagne (dalam Purwandono, 2000:21) mendeskripsikan keterampilan proses sains sebagai berikut:

1. Keterampilan proses sains merupakan keterampilan khas yang digunakan oleh semua saintis, serta dapat diterapkan untuk memahami fenomena.

2. Setiap keterampilan proses sains merupakan sains tingkah laku ilmuwan yang dapat dipelajari oleh siswa.

3. Keterampilan proses dapat ditransfer antara isi pelajaran-pelajaran dan memberi sumbangan pada pikiran rasional dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam keterampilan proses terdapat tiga komponen yang perlu dikembangkan, yaitu: 1) kemampuan menggunakan pikiran (keterampila n intelektual), 2) kemampuan nalar, 3) perbuatan efisien dan efektif untuk mencapai hasil tertentu termasuk kreativitas. Komponen keterampilan intelektual dalam keterampilan proses sains terjadi sebagai hasil proses tranformasi atau informas i yang diterima otak. Menurut Rustaman (2005:78) keterampilan proses meliputi: 1) keterampilan melakukan pengamatan (observasi), 2) mengelompokkan (klasifikas i), 3) menafsirkan pengamatan (interpretasi), 4) meramalkan (prediksi), 5) sains mengajukan pertanyaan, 6) berhipotesis, 7) merencanakan percobaan atau penyelidikan, 8) menggunakan alat dan bahan , 9) menerapkan konsep atau prinsip, 10) berkomunikasi


(35)

33

Tabel 1. Indikator dan Sub Indikator Keterampilan Proses Sains No. Indikator Keterampilan Proses

Sains

Sub Indikator Keterampilan Proses Sains

1. Mengamati (observasi) - Menggunakan sebanyak mungkin indera

- Mengumpulkan/

menggunakan fakta-fakta yang relevan

2. Mengelompokkan (klasifikasi) - Mencari perbedaan dan persamaan

- Mengontraskan ciri-ciri - Membandingkan - Mencari dasar

penggolongan 3. Menafsirkan (interpretasi) - Menghubungkan

hasil-hasil pengamatan - Mencatat setiap

pengamatan - Menyimpulkan

4. Meramalkan (prediksi) - Menggunakan pola-pola hasil pengamatan

- Mengemukakan apa yang mungkin terjadi pada keadaan yang belum diamati

5. Sains mengajukan pertanyaan - Bertanya mengapa, apa, atau bagaimana


(36)

34

- Bertanya untuk meminta penjelasan

- Bertanya yang berlatar belakang hipotesis 6. Berhipotesis - Mengetahui bahwa ada

lebih dari satu

kemungkinan penjelasan dari satu kejadian - Menyadari bahwa suatu

penjelasan perlu diuji kebenarannya 7. Merencanakan

penelitian/percobaan

- Menentukan alat, bahan dan sumber yang akan dipakai

- Menentukan

variabel/faktor penentu - Menentukan apa yang

diamati, diukur atau ditulis

- Menentukan apa yang akan dilaksanakan berupa langkah-langkah kerja

8. Menggunakan alat/bahan - Memakai alat dan bahan - Mengetahui bagaimana

menggunakan alat dan bahan


(37)

35

9. Menerapkan konsep - Menggunakan konsep-konsep yang telah dipelajari dalam suatu situasi baru

- Menerapkan konsep pada pengalaman baru untuk menjelaskan apa yang sedang terjadi

10. Berkomunikasi - Menggunakan grafik, tabel atau diagram - Menyusun dan

menyampaikan laporan secara sistematis Sumber : Rustaman (2005:78)

Berikut adalah deskripsi mengenai indikator keterampilan proses sains menurut Rustaman (2005:78):

1. Mengamati

Suatu proses untuk mengenal sesuatu dengan jalan memperhatikan atau menyadari obyek/peristiwa, untuk hal ini siswa harus menggunakan semua alat inderanya seperti penglihatan, pendengaran, perabaan, pengecapan, dan penciuman. Pengamatan dalam kegiatan ilmiah berarti menyelek s i fakta-fakta yang relevan dan memadai dari hal-hal yang diamati, dengan membandingkan hal-hal yang diamati siwa mengembangkan kemampuan mencari persamaan dan perbedaan suatu benda/peristiwa.


(38)

36 2. Mengelompokkan/K lasifikasi

Mengelompokkan adalah suatu sistematika yang digunakan untuk menggolongkan sesuatu berdasarkan syarat-syarat tertentu. Proses mengklasifikasikan tercakup beberapa kegiatan seperti mencari kesamaan, mencari perbedaan, mengontraskan ciri-ciri, membandingkan, dan mencari dasar penggolongan.

3. Menafsirkan

Menafsirkan hasil pengamatan ialah menarik kesimpulan tentatif dari data yang dicatatnya. Hasil-hasil pengamatan tidak akan berguna bila tidak ditafsirkan. Pengamatan langsung lalu dicatat hasil setiap pengamatan secara terpisah, kemudian dihubung-hubungkan hasil-hasil pengamatan itu. Selanjutnya siswa mencoba menemukan pola dalam suatu seri pegamatan, dan akhirnya membuat kesimpulan.

4. Meramalkan

Keterampilan meramalkan atau mengajukan perkiraan tentang sesuatu yang belum terjadi berdasarkan suatu pola yang sudah ada, menggunaka n pola-pola atau hubungan informasi/ukuran/hasil observasi dan mengantisipasi suatu peristiwa berdasarkan pola atau kecenderunga n. Apabila siswa dapat mengajukan perkiraan tentang sesuatu yang belum terjadi berdasarkan fakta yang menunjukkan suatu kecenderungan atau pola yang sudah ada.


(39)

37 5. Mengajukan pertanyaan

Kemampuan mengajukan pertanyaan baik pertanyaan yang meminta penjelasan tentang apa, mengapa dan bagaimana ataupun menanyaka n sesuatu hal yang berlatar belakang hipotesis. Keterampilan proses mengajukan pertanyaan memberi kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan apa yang ingin diketahuinya, baik yang bersifat penyelidikan maupun yang tidak secara langsung bersifat penyelidika n, pertanyaan-pertanyaan yang diajukan mencerminkan cara berpikir siswa dan dapat pula dikatakan bahwa kualitas pertanyaan yang diajukan menunjukkan tinggi rendahnya tingkat berpikir siswa.

6. Merumuskan hipotesis

Keterampilan proses menggunakan informasi dengan mengemukaka n dugaan atau generalisasi sementara yang dapat menjelaskan atau menghubungkan sifat-sifat benda peristiwa, berhipotesis melibatka n keterampilan menduga sesuatu, menguraikan sesuatu yang menunjukka n hubungan sebab akibat antara dua variabel pengetahuan yang telah dimilikinya.

7. Merencanakan percobaan

Agar siswa dapat memiliki keterampilan merencanakan percobaan maka siswa tersebut harus dapat menentukan alat dan bahan yang akan digunakan dalam percobaan. Selanjutnya, siswa harus dapat menentuka n variabel-variabel, menentukan variabel yang harus dibuat tetap, dan


(40)

38

variabel mana yang berubah. Demikian pula siswa perlu untuk menentukan apa yang akan diamati, diukur, atau ditulis, menentukan cara dan langkah- langkah kerja. Selanjutnya siswa dapat pula menentuka n bagaimana mengolah hasil-hasil pengamatan.

8. Menggunakan alat/bahan

Untuk dapat memiliki keterampilan menggunakan alat dan bahan, dengan sendirinya siswa harus menggunakan secara langsung alat dan bahan agar dapat memperoleh pengalaman langsung. Selain itu, siswa harus mengetahui mengapa dan bagaimana cara menggunakan alat dan bahan.

9. Menerapkan konsep

Mampu menjelaskan peristiwa baru dengan menggunakan konsep yang telah dimiliki dan mampu menerapkan konsep yang telah dipelajari dalam situasi baru atau menemukan konsep tentang suatu peristiwa yang sedang terjadi. Keterampilan menerapkan konsep/prinsip menjadi penunjang dalam memantapkan dan mengembangkan konsep/prinsip yang telah dimiiki siswa, mengembangkan kemampuan intelektual siswa dan merangsang siswa untuk lebih banyak mempelajari Ilmu Pengetahua n Alam.

10. Berkomunikasi

Keterampilan berkomunikasi mengandung arti mencatat hasil pengamatan yang relevan dengan penyelidikan, mentransfer suatu bentuk


(41)

39

penyajian ke bentuk penyajian yang lainnya atau menggunakan kriteria untuk menyajikan data ke bentuk yang dapat dipahami dan dimengerti oleh orang lain. Untuk mencapai keterampilan berkomunikasi siswa harus dapat menyusun dan menyampaikan laporan kegiatan yang telah dikerjakan dengan sistematis dan jelas, selain itu diharapkan siswa mampu menjelaskan hasil kegiatan, mendiskusikan dan menggambarkan data yang diperoleh ke bentuk diagram, grafik atau tabel.

Sedangkan pross sains menurut Carin & Sund (1989: 10) meliputi: a. Mengobservasi

b. Mengklasifikasi

c. Melakukan pengukuran

d. Membuat hipotesis atau prediksi e. Menjelaskan

f. Menduga atau membuat kesimpulan dari data g. Aktif bertanya tentang alam

h. Merumuskan masalah

i. Merancang penelitian mencakup eksperimen j. Melakukan eksperimen

k. Menyusun data, prinsip, hukum, dan teori

Keterampilan proses adalah keterampilan yang diperoleh dari latihan kemampuan-kemampuan mental, fisik, dan sosial yang mendasar sebagai


(42)

40

penggerak kemampuan-kemampuan yang lebih tinggi. Menurut Nuryani (2005: 78), keterampilan proses adalah keterampilan yang melibatkan aspek kognitif atau intelektual, manual dan sosial. keterampilan intelektual dan kognitif terlibat karena dengan melibatkan keterampilan proses siswa menggunaka n pikirannya. Keterampilan manual jelas terlibat dalam keterampilan proses karena mungkin mereka melibatkan penggunaan alat dan bahan, pengukuran, penyusun atau prakitan alat, dengan adanya keterampilan proses dimaksudkan bahwa mereka berinteraksi dengan sesamanya dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar misalnya mendiskusikan hasil pengamatan.

Menurut Rezba (1999: 27), ada enam karakterteristik dasar keterampilan proses sains dasar, diantaranya:

a. Pengamatan (Observation)

Mengamati adalah keterampilan proses sains yang paling awal. Pengamatan benda-benda dan peristiwa menggunakan semua panca indera yang berarti mempelajari tentang dunia di sekitar. Kemampuan untuk membuat pengamatan yang baik sangat penting untuk perkembangan keterampilan proses sains lainnya, yaitu: berkomunikasi, mengklasifikas i, mengukur, menyimpulkan, dan memprediksi. Pengamatan sederhana dibuat hanya menggunakan indera, yang biasanya menghasilkan penamatan kualitatif (misalnya: daun berwarna hijau).


(43)

41

Pengamatan yang melibatkan angka atau kuantitas adalah pengamata n kuantitatif (misalnya: massa satu daun adalah lima gram, jumlah daun bergerombol dalam kelompok adalah lima). Pengamatan kuantitat if memberikan informasi yang lebih tepat dibandingkan informasi dari indera saja. Tidak mengherankan, jika siswa terutama yang masih kecil, membutuhkan bantuan untuk membuat pengamatan yang baik. Pengamatan baik jika hasil pengamatan rinci dan akurat. Siswa harus diminta untuk mendeskripsikan pengamatan berupa tulisan atau gambar selengkap mungkin. Informasi hasil pengamatan siswa harus dibuat dengan penuh rincian karena akan dapat meningkatkan pemahaman mereka tentang konsep yang sedang dipelajari. Jika siswa mengamati dengan panca indera atau dengan instrumen, guru dapat membimbing siswa agar membuat deskripsi lebih baik dan lebih rinci. Guru dapat melakukan dengan mendengarkan pengamatan awal siswa dan kemudian mendorong siswa untuk menjelaskan. Misalnya, jika seorang siswa menjelaskan apa yang dia lihat, mereka mungkin hanya menggambarkan warna suatu objek tetapi tidak ukuran atau bentuknya. Seorang siswa mungkin menggambarkan volume suara namun tidak pitch atau iramanya. Guru dapat mendorong siswa untuk menambahkan rincian deskripsi mereka dan tidak hanya dari lima indera yang digunakan.


(44)

42 b. Komunikasi (Communication)

Komunikasi adalah keterampilan proses sains yang ke dua, bergandengan dengan pengamatan. Siswa harus berkomunikasi dalam rangka membagikan hasil pengamatan kepada orang lain, dan komunikas i harus jelas dan efektif agar orang lain dapat memahami informasi tersebut. Salah satu kunci untuk berkomunikasi efektif adalah dengan menggunaka n rujukan (referensi). Pada pengamatan dapat dikatakan bahwa langit biru, rumput hijau, atau lemon kuning untuk menggambarkan nuansa biru, hijau, atau kuning. Idenya adalah untuk berkomunikasi menggunakan deskrip si kata-kata yang baik untuk berbagi pemahaman dengan orang-orang pada umumnya. Tanpa rujukan, akan terjadi kesalahpahaman. Jika hanya mengatakan panas atau kasar, mungkin pendengar mempunyai gagasan yang berbeda tentang bagaimana panas atau kasar. Jika siswa mencoba untuk menjelaskan ukuran diameter kelereng mereka mungkin menggunaka n ukuran sepatunya sebagai suatu rujukan. Diameter kelereng bisa lebih besar atau lebih kecil dari sepatu siswa tersebut.

c. Pengukuran (Measurement)

Proses tambahan keterampilan mengukur menjadi kasus khusus dari mengamati dan berkomunikasi. Ketika dilakukan pengukuran pada beberapa benda, benda tersebut dapat dibandingkan untuk didefinis ika n dengan rujukan yang disebut satuan. Sebuah informasi hasil pengukuran berisi dua bagian yaitu angka untuk memberitahu berapa banyak, dan


(45)

43

nama satuan untuk memberitahu berapa banyak dengan rujukan apa. Siswa dapat mengkomunikasikan hasil pengamatan mereka secara lisan, secara tertulis, atau dengan gambar-menggambar. Metode lain untuk mengkomunikasikan hasil pengamatan yang sering digunakan adalah grafik, diagram, peta, dan demonstrasi visual.

d. Pengelompokan (Classification)

Siswa di kelas-kelas awal diharapkan dapat memilah benda-benda atau fenomena ke dalam kelompok berdasarkan pengamatan yang dilakukan. Pengelompokan obyek atau peristiwa adalah cara memila h objek berdasarkan kesamaan, perbedaan, dan hubungan. Ini merupakan langkah penting menuju pemahaman yang lebih baik tentang objek yang berbeda dari gejala alam.

Ada beberapa metode yang berbeda dalam melakukan klasifikas i. Metode yang paling sederhana adalah klasifikasi serial. Objek ditempatkan dalam urutan peringkat didasarkan pada beberapa persyaratan, misalnya siswa dikelompokkan berdasarkan tingginya. Dua metode lainnya adalah klasifikasi biner dan klasifikasi bertingkat. Dalam sistem klasifikas i biner, satu set objek yang sederhana dibagi menjadi dua himpunan bagian. Hal ini biasanya dilakukan atas dasar apakah setiap objek memiliki atau tidak memiliki syarat tertentu. Misalnya, hewan dapat diklasifikas ika n menjadi dua kelompok yaitu hewan dengan tulang punggung danhewan dengan tanpa tulang punggung. Sebuah klasifikasi biner juga


(46)

44

dapat dilakukan dengan menggunakan lebih dari satu persyaratan. Objek dalam satu kelompok harus memiliki semua sifat-sifat yang diperlukan, jika tidak mereka akanmenjadi milik kelompok lain.

e. Kesimpulan (Inference)

Tidak seperti pengamatan yang buktinya langsung terkumpul di sekitar obyek, kesimpulan adalah penjelasan atau tafsiran (interpretasi) yang dibuat berdasarkan pengamatan. Ketika kesimpulan mampu dibuat, menafsirka n dan menjelaskan peristiwa-peristiwa di sekitar, maka sama dengan memilik i apresiasi yang lebih baik terhadap lingkungan di sekitar. Para ilmuwan mengemukakan hipotesis tentang mengapa suatu peristiwa dapat terjadi, didasarkan pada kesimpulannya tentang hasil penyelid ika n (investigation). Siswa perlu diajarkan bagaimana membedakan antara pengamatan dan kesimpulan. Mereka harus mampu membedakan dengan bukti yang mereka kumpulkan mengenai alam antara pengamatan dengan tafsiran mereka berdasarkan pengamatan atau kesimpulan.

Siswa dapat dibantu membuat perbedaan ini dengan terlebih dahulu mendorong mereka untuk mendeskripsikan pengamatan mereka menjadi rinci. Kemudian, dengan memberi pertanyaan-pertanyaan siswa tentang pengamatan mereka, guru dapat mendorong siswa untuk berpikir tentang makna dari pengamatan. Berpikir untuk membuat kesimpulan dengan cara ini mengingatkan untuk mengkaitkan kesimpulan apa yang telah diamati dengan apa yang sudah diketahui dari pengalaman sebelumnya, yaitu


(47)

45

menggunakan pengalaman masa lalu untuk membantu menafsirka n hasil pengamatan.

Seringkali kesimpulan yang berbeda dapat dibuat berdasarkan pengamatan yang sama. Kesimpulan juga bisa berubah seiring dengan hasil pengamatan tambahan. Pada umumnya praktikan lebih percaya diri tentang kesimpulan kita ketika pengamatan yang diperoleh cocok dengan pengalaman masa lalu. Praktikan juga lebih percaya diri tentang kesimpula n saat mengumpulkan lebih banyak bukti pendukung. Ketika siswa mencoba untuk membuat kesimpulan, mereka sering harus kembali dan membuat pengamatan tambahan agar menjadi lebih percaya diri dalam menga mb il kesimpulan. Kadang-kadang membuat pengamatan tambahan akan memperkuat kesimpulan, tapi kadang-kadang informasi tambahan akan menyebabkan kita untuk memodifikasi atau bahkan menolak kesimpula n sebelumnya. Dalam ilmu pengetahuan, kesimpulan tentang bagaimana segala sesuatu bekerja secara terus menerus dibangun, diubah, dan bahkan ditolak berdasarkan pengamatan baru.

f. Ramalan (Prediction)

Membuat ramalan atau prediksi adalah membuat dugaan secara logis tentang hasil dari kejadian masa depan. Kemampuan untuk membuat ramalan tentang kejadian di masa depan memungkinkan untuk berhasil berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Ramalan ini didasarkan pada pengamatan yang baik dan kesimpulan yang dibuat tentang kejadian


(48)

46

yang diamati. Seperti kesimpulan, ramalan didasarkan pada apa yang diamati dan masa lalu kita sehingga mengalami model mental yang terbangun dari pengalaman-pengalaman. Jadi meramal tidak hanya sekedar menebak, tetapi harus berdasarkan kesimpulan atau hipotesis tentang peristiwa yang memberikan cara untuk menguji kesimpulan atau hipotesis. Jika ramalan tersebut ternyata benar, maka dimiliki keyakinan lebih besar pada inferensi/hipotesis. Ini adalah dasar dari proses ilmiah yang digunakan oleh para ilmuwan yang bertanya dan menjawab pertanyaan dengan mengintegrasikan bersama-sama enam keterampilan ilmu dasar proses.

Singkatnya, keberhasilan dalam mengintegrasikan keterampilan proses sains dalam pelajaran di kelas dan penyelidikan (investigation) lapangan akan membuat pembelajaran memberikan pengalaman yang lebih kaya dan lebih bermakna bagi siswa. Siswa akan belajar keterampilan sains serta isi sains, dansecara aktif terlibat dengan sains yang mereka pelajari , dan dengan demikian dapat mencapai pemahaman yang lebih dalam. Akhirnya, keterlibatan aktif dengan sains kemungkinan akan menyebabkan siswa menjadi lebih tertarik dan memiliki sikap lebih positif terhadap sains.

Menurut Rezba (1999 :20), keenam keterampilan proses dasar di atas terintegrasi secara bersama-sama ketika ilmuan merancang dan melakukan penelitian, maupun dalam kehidupan sehari-hari. Semua komponen keterampilan proses dasar penting baik secara parsial maupun ketika


(49)

47

terintegrasi secara bersama-sama. Keterampilan proses dasar merupakan fondasi bagi terbentuknya landasan berpikir logis. Oleh karena itu, sangat penting dimiliki dan dilatihkan bagi siswa sebelum melanjutkan ke keterampilan proses yang lebih rumit dan kompleks.

Keterampilan proses sains dapat meletakkan dasar logika untuk meningkatkan kemampuan berpikir siswa bahkan pada siswa di kelas awal tingkat sekolah dasar. Di kelas awal, siswa lebih banyak menggunaka n keterampilan proses sains yang mudah seperti pengamatan dan komunikas i, namun seiring perkembangannya mereka dapat menggunakan keterampila n proses sains yang kompleks seperti inferensi dan prediksi (Rezba, 1999:25). Keterampilan proses sains terpadu menurut Rezba (1999: 27) meliputi: a. Mengidentifikasi Variabel

Variabel adalah satuan besaran kualitatif atau kuantitatif yang dapat bervariasi atau berubah pada suatu situasi tertentu. Besaran kualitatif adalah besaran yang tidak dinyatakan dalam satuan pengukuran baku tertentu. Besaran kuantitatif adalah besaran yang dinyatakan dalam satuan pengukuran baku tertentu misalnya volume diukur dalam liter dan suhu diukur dalam thermometer.

b. Interpretasi Data

Keterampilan interpretasi data biasanya diawali dengan pengumpulan data, analisis data, dan mendeskripsikan data. Mendeskripsikan data artinya menyajikan data dalam bentuk yang


(50)

48

mudah difahami misalnya bentuk tabel, grafik dengan angka-angka yang sudah dirata-ratakan. Data yang sudah dianalisis baru diiterpretasikan menjadi suatu kesimpulan atau dalam bentuk pernyataan. Data yang diinterpretasikan harus data yang membent uk pola atau beberapa kecenderungan.

c. Perumusan Hipotesis

Hipotesis biasanya dibuat pada suatu perencanaan penelit ia n yang merupakan pekerjaan tentang pengaruh yang akan terjadi dari variable manipulasi terdapat variabel respon. Hipotesis dirumuska n dalam bentuk pernyataan bukan pertanyaan, pertanyaan biasanya digunakan dalam merumuskan masalah yang akan diteliti. Hipotesis dapat dirumuskan secara induktif dan secara deduktif. Perumusa n secara induktif berdasarkan data pengamatan, secara deduktif berdasarkan teori. Hipotesis dapat juga dipandang sebagai jawaban sementara dari rumusan masalah.

d. Pendefinisian Variabel secara Operasional

Mendefinisikan secara operasional suatu variabel berarti menetapkan bagaimana suatu variabel itu diukur. Definisi operasional variabel adalah definisi yang menguraikan bagaimana mengukur suatu variabel. Definisi ini harus menyatakan tindakan apa yang akan dilakukan dan pengamatan apa yang akan dicatat dari suatu eksperimen.


(51)

49 e. Merancang Eksperimen

Eksperimen dapat didefinisikan sebagai kegiatan terinci yang direncanakan untuk menghasilkan data untuk menjawab suatu masalah atau menguji suatu hipotesis. Suatu eksperimen akan berhasil jika variabel yang dimanipulasi dan jenis respon yang diharapkan dinyatakan secara jelas dalam suatu hipotesis, juga penentuan kondisi-kondisi yang akan dikontrol sudah tepat. Untuk keberhasilan ini maka setiap eksperimen harus dirancang dulu kemudian di uji coba. Melatihkan merencanakan eksperimen tidak harus selalu dalam bentuk penelitian yang rumit, tetapi cukup dilatihkan dengan menguj i hipotesis-hipotesis yang berhubungan dengan konsep-konsep didalam GBPP (Garis-garis Besar Program Pengajaran), kecuali untuk melatih khusus siswa-siswa dalam kelompok tertentu. Contohnya Kelompok Ilmiah Remaja.

Keterampilan proses sains yang akan dianalisis dalam penelitian ini menggunakan keterampilan proses sains versi Rezba yaitu:

1. Keterampilan proses sains dasar a. Mengamati

b. Mengkomunikasi c. Mengklasifikasi


(52)

50 e. Menyimpulkan

f. Memprediksi

2. Keterampilan proses sains terpadu a. Identifikasi variabel

b. Membuat tabel data

c. Membuat grafik atau diagram

d. Mendeskripsikan hubungan antar variable e. Mengumpulkan dan mengolah data f. Menganalisis hasil penelitian g. Menyusun hipotesis

h. Menetapkan variabel operasional i. Menyusun percobaan


(53)

51 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian analisis isi (analisis deskriptif kuantitat if) yang dilakukan dengan cara identifikasi. Analisis isi didefinisikan oleh Krippendorff (1991: 15) ialah suatu teknik penelitian untuk membuat inferens i-inferensi yang dapat ditiru (replicable) dan sahih data dengan memperhatika n konteks. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji isi dan keadaan buku kerja LKS Biologi yang terkait dengan proses sains yang terkandung di dalamnya dan tuntuta n kurikulum yang baru yaitu Kurikulum 2013. Identifikasi keterampilan proses sains apa saja yang dikembangkan berdasarkan kurikulum 2013 dalam LKS Biologi SMA. Analisis dilakukan dengan mengidentifikasi bermacam-maca m keterampilan proses yang dikembangkan dan muncul dalam LKS. Hasil identifikas i juga digunakan untuk menghitung frekuensi dan kecenderungan keterampila n proses sains yang dikembangkan berdasarkan kurikulum 2013 dalam LKS Biologi.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di seluruh SMA yang terdapat di Kecamatan Wonosobo karena pada Kecamatan Wonosobo terdapat berbagai macam sekolah baik negeri maupun swasta yang totalnya berjumlah 6 sekolah sehingga dapat


(54)

52

mendapat berbagai macam sampel LKS Biologi yang berbeda pada tiap sekolah. Penelitian dilaksanakan mulai pada bulan Desember 2015.

C. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling 1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah 3 macam LKS Biologi yang digunakan di SMA wilayah Kecamatan Wonosobo.

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah dua macam LKS, dan merupakan LKS yang paling banyak digunakan oleh guru dan siswa di SMA Kecamatan Wonosobo. Ada dua macam LKS yang digunakan yaitu LKS A yang memilik i model pengembangan LKS deduktif (penjabaran konsep terlebih dahulu lalu penemuan fakta) dan LKS B yang memiliki model pengembangan LKS induktif (penemuan fakta terlebih dahulu baru kemudian penjabaran konsep). 3. Teknik Sampling

Sampel ditentukan dengan teknik purposive sampling, ditentuka n dengan kriteria LKS yang paling banyak digunakan di SMA Kecamatan Wonosobo karena LKS yang paling banyak digunakan dianggap merupakan LKS yang paling bagus dan sesuai untuk siswa. Untuk mengetahui LKS kelas X yang paling banyak digunakan, dilakukan observasi perpustakaan sekolah dan wawancara dengan guru mata pelajaran Biologi kelas X karena pada kelas X merupakan tahap awal pengenalan keterampilan proses sains mulai dari


(55)

53

keterampilan proses sains dasar hingga menuju keterampilan proses sains yang lebih kompleks yaitu keterampilan proses sains terpadu.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan untuk menghimpun data dalam penelitian ini berupa lembar observasi dan lembar analisis keterampilan proses sains yang dikandung dalam Kompetensi Dasar serta dituntut dalam buku Lembar Kegiatan Siswa (LKS) kelas X yang paing banyak digunakan dan ditulis berdasarkan Kurikulum 2013. Keterampilan proses sains yang dikembangkan pada penelitian ini adalah keterampilan proses sains menurut Rezba (1999). Semua instrumen divalidasi oleh ahli, yaitu Dosen Pembimbing (Expert Judgement).

Tabel 1. Kisi-kisi Instrumen Penelitian Keterampilan Proses Sains

No. Keterampilan Proses Sains

Bentuk Instrumen Keterangan

1. KPS Dasar

a. Mengamati a. Menggunakan indera penglihatan

b. Menggunakan indera pembau

c. Menggunakan indera pendengar

d. Menggunakan indera pengecap

Apabila muncul salah satu dari item a, b, c, d, e, f, g, dan h


(56)

54

e. Menggunakan indera peraba

f. Mendeskripsikan warna g. Mendeskripsikan bentuk h. Mendeskripsikan tekstur b. Mengkomunikasi a. Menggambar atau

membaca grafik b. Membuat atau

membaca tabel c. Membuat atau

membaca diagram d. Menyusun laporan e. Menyampaikan laporan f. Mendiskusikan kegiatan

atau peristiwa

Apabila muncul salah satu dari item a, b, c, d, e, dan f

c. Mengklasifikasi a. Mencatat pengamatan b. Mencari perbedaan dan

persamaan c. Mencari ciri-ciri d. Membandingkan e. Menggolongkan atau

mengelompokkan

Apabila muncul salah satu dari item a, b, c, d, dan e

d. Melakukan Pengukuran

a. Menggunakan mistar b. Menggunakan

timbangan c. Menggunakan

termometer

d. Menggunakan gelas ukur

Apabila muncul salah satu dari item a, b, c, dan d


(57)

55

e. Menyimpulkan a. Menghubungkan hasil pemgamatan

b. Menemukan pola dalam pengamatan

c. Menyimpulkan kegiatan

Apabila muncul salah satu dari item a, b, dan c

f. Memprediksi a. Menggunakan pola hasil penelitian

b. Menyatakan apa yang mungkin terjadi pada kegiatan yang belum diamati

Apabila muncul salah satu dari item a dan b

2. KPS Terpadu

a. Identifikasi Variabel a. Menentukan variabel bebas

b. Menentukan variabel terikat

Apabila muncul salah satu dari item a dan b b. Membuat Tabel

Data

a. Menentukan label pada kolom pencatatan data b. Membuat tabel dan

mengisi data pada kolom tabel

Apabila muncul salah satu dari item a dan b

c. Membuat Grafik atau Diagram

a. Menentukan label pada sumbu X dan Y

b. Menetukan skala interval pada sumbu X dan Y

Apabila muncul salah satu dari item a dan b


(58)

56 d. Mendeskripsikan

Hubungan antar Variabel

a. Menjelaskan hubungan antar variabel bebas dari data

b. Menjelaskan hubungan antar variabel terikat dari data

Apabila muncul salah satu dari item a dan b

e. Mengumpulkan dan Mengolah Data

a. Mengumpulkan data b. Merekam suatu

peristiwa atau objek c. Menganalisa data d. Menginterpretasikan

data

Apabila muncul salah satu dari item a, b, c, dan d

f. Menganalisis Hasil Penelitian

a. Menginterpretasikan data hasil pengamatan b. Menghubungkan data

dengan teori

Apabila muncul salah satu dari item a dan b g. Menyusun Hipotesis a. Menentukan

kemungkinan yang terjadi pada percobaan b. Menyusun hipotesis

percobaan

Apabila muncul salah satu dari item a dan b

h. Menetapkan

variabel operasional

a. Menetapkan variabel yang akan dilakukan dalam percobaan b. Cara pengambilan data

dari objek

Apabila muncul salah satu dari item a dan b

i. Menyusun Percobaan

a. Menentukan alat dan bahan percobaan

Apabila muncul salah


(59)

57

b. Menentukan variabel c. Menentukan apa yang

akan diukur

d. Menentukan apa yang akan diamati

e. Menentukan cara kerja

satu dari item a, b, c, d, dan e

j. Melakukan Percobaan

a. Melaksanakan kegiatan sesuai dengan cara kerja

Apabila muncul item a

( Sumber : Rezba, 1999 ) E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini melalui analisis isi terhadap keterampilan proses sains yang dilakukan dengan cara identifikasi ini dilakukan oleh lima panelis yang masing- masing mempunya i kemampuan yang relevan. Kelima panelis diberi kode dengan panelis 1, panelis 2, panelis 3, panelis 4, dan panelis 5. Kriteria panelis dalam penelitian ini yaitu : 1) Mahasiswa Pendidikan Biologi

2) Mahasiswa merupakan kakak tingkat

3) Mahasiswa yang sudah atau sedang menempuh pendidikan S2

4) Diutamakan mahasiswa sedang mengajar di sekolah atau lembaga kependidikan lainnya

Pada penelitian ini data yang dikumpulkan berupa data kuantitatif sehingga diperoleh data dari berbagai sumber. Teknik pengumpulan data yang dilakukan


(60)

58

dalam penelitian ini dipilih menurut data yang ingin dilihat (purposive sampling), yaitu tentang keterampilan proses sains yang dikandung dalam Kompetensi Dasar dan dituntut dalam buku kerja yang berupa Lembar Kegiatan Siswa (LKS).

Hasil analisis isi keterampilan proses sains terhadap Kompetensi Dasar dan LKS Biologi SMA kelas X diidentifikasi kemudian aspek kemuncula n keterampilan proses sains ditentukan dengan menghitung jumlah keterampila n proses sains yang teridentifikasi pada seluruh kompetensi dasar atau bab. Frekuensi keterampilan proses sains ditentukan dengan menghitung jumlah kemuncula n keterampilan proses sains dalam bab pada setiap LKS yang sesuai dengan tuntuta n Kurikulum 2013. Kecenderungan keterampilan proses sains ditentuka n menghitung jumlah persentase banyaknya keterampilan proses sains yang muncul termasuk dalam keterampilan proses sains dasar atau keterampilan proses sains terpadu.

Persentase kemunculan keterampilan proses sains yang teridentifikasi pada seluruh kompetensi dasar atau bab, frekuensi dan arah kecenderungan keterampila n proses sains dalam LKS berdasarkan tuntutan Kurikulum 2013 dianalisis oleh peneliti. Panelis dalam penelitian ini berperan dalam mengidentifikasi kemuncula n keterampilan proses sains pada Kompetensi Dasar dan LKS pada setiap bab. Bab dalam LKS yang tidak dianalisis yaitu pada ringkasan materi, soal ulangan harian, uji kompetensi, soal ulangan tengah semester dan soal ulangan semester.

Teknik pengumpulan data macam-macam keterampilan proses sains dilakukan oleh peneliti yang diperoleh melalui kegiatan sebagai berikut:


(1)

178

LKS dapat membantu siswa dan guru dalam proses belajar mengajar

terutama pada saat praktikum, sehingga dapat meningkatkan pemahaman siswa

terutama pemahaman terhadap konsep-konsep, oleh karena itu LKS harus sesuai

dengan keterampilan proses sains atau dengan kata lain di dalam LKS harus muncul

keterampilan proses sains secara menyeluruh. Pada LKS A seluruh keterampila n

proses sains muncul namun pada LKS B keterampilan proses sains membuat grafik

atau diagram tidak muncul. Keterampilan proses sains yang muncul secara lengkap

dan keseluruhan baik keterampilan proses sains dasar maupun keterampilan proses

sains terpadu akan sangat membantu bagi siswa untuk memahami konsep serta

menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan teori menurut Blosser

(dalam Kamriantiramli, 2011), proses pembelajaran sains cenderung menekankan

pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi dan

menumbuhkan kemampuan berfikir juga dalam pembentukan sikap ilmiah seperti

ditunjukan oleh para ilmuawan sains dapat dikembangkan melalui keterampila

n-keterampilan proses sains. Sehingga n-keterampilan proses sains dapat untuk

digunakan sebagai pendekatan dalam pembelajaran dan juga keterampilan proses

sains sebagai pendekatan dalam pembelajaran sangat penting karena


(2)

179 BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Dari penelitian tentang analisis keterampilan proses sains pada LKS Biologi

kelas X yang dilakukan, maka dapat disimpulkan :

4. Kompetensi Dasar Kurikulum 2013 memuat keterampilan proses sains dasar

dan keterampilan proses sains terpadu hampir sama atau berimbang sedangkan

pada LKS Biologi Kelas X lebih banyak memuat keterampilan proses sains

dasar daripada keterampilan proses sains terpadu sehingga LKS Biologi Kelas

X tidak mengacu sepenuhnya pada Kompetensi Dasar Kurikulum 2013.

5. Frekuensi kemunculan keterampilan proses sains yang muncul dalam LKS

Biologi Kelas X yang dikembangkan berdasarkan Kurikulum 2013 yaitu

keterampilan proses sains dasar sebanyak 52,65% dan keterampilan proses

sains terpadu sebanyak 43,84%.

6. Arah penerapan keterampilan proses sains yang terdapat dalam LKS Biologi

Kelas X termasuk dalam keterampilan proses sains dasar berdasarkan hasil

persentase yang telah didapat dari analisis kemunculan keterampilan proses


(3)

180 B. Saran

1. Bagi peneliti selanjutnya, penelitian tentang identifikasi isi LKS yang ditinja u

dari keterampilan proses sains dapat dilakukan dengan menggunakan panelis

yang sudah ahli atau pakar dalam bidang tersebut sehingga analisis dapat lebih

baik dan tajam.

2. Bagi guru mata pelajaran Biologi, identifikasi keterampilan proses sains dalam

LKS Biologi kelas X dapat digunakan saat pembuatan Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP), sehingga guru dapat melengkapi keterampilan proses

sains yang tidak dikandung dalam LKS.

3. Bagi penerbit, untuk dapat memunculkan semua keterampilan proses sains baik

keterampilan proses sains dasar maupun keterampilan proses sains terpadu

dalam LKS dan mengacu sepenuhnya kepada Kompetensi Dasar Kurikulum

2013.

C. Keterbatasan

1. Panelis yang digunakan dalam penelitian ini adalah mahasiswa pascasarjana

dan mahasiswa yang sudah lulus serta mengajar di sekolah, belum melibatka n


(4)

181

DAFTAR PUSTAKA

BSNP. 2006. Permendiknas RI No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta.

Baskoro. 2010. Menuju Pendidikan Berkualitas. www.baskoro.wordpress.com. diakses tanggal 3 Januari 2016, jam 14:00.

Carin, A & R.B. Sund. 1989. Teaching Science Through Discovery.Sixth edition. USA: Merrill Publishing Company.

Dahar, R.W. (1985). Kesiapan Guru Mengajarkan Sains di Sekolah Dasar Ditinjau Dari Segi Pengembangan Keterampilan Proses Sains. Disertasi PPS IKIP Bandung.

Depdiknas. 2003. Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional

Endang Widjajanti. 2008. Kualitas Lembar Kerja Siswa. Kegiatan Pengabdian Masyarakat. Yogyakarta: FMIPA UNY.

E. Mulyasa. 2013. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Freedman, Paul. B.Sc. 1950. The Principles of Scientific Research. Public Affair s Press. Washington. D. C.

Hamalik, Oemar. (2010). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Hamdani. 2011. Filsafat Sains. Bandung: Pustaka Setia.

JICA. 2009. Buku Petunjuk Guru untuk Pembelajaran yang Lebih Baik . Kemendiknas, Depag, dan Internasional Development Center of Japan.


(5)

182

Kamriantiramli. 2011. Keterampilan Proses Sains (Online). http:// kamriantiramli.wordpress.com/2011/03/21/keterampil-proses-sains/,

diakses tanggal 16 Maret 2016.

Krippendorff, K. 1991. Content Analysis An Introduction to Its Metodology (Analisis Isi Pengantar Teori dan Metodologi). (Alih bahasa: Farid Wajidi). Jakarta: Rajawali Press.

Nuryani R. 2005. Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang: UM Press.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia. 2013. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2013 Tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta. Permendiknas. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia. 2013. Peraturan Menteri

Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 69 Tahun 2013 Tentang Kurikulum SMA-MA. Jakarta. Permendiknas.

Piaget, J. 1988. Actions and Reactions. (Antara Tindakan dan Pikiran). Alih Bahasa: Agus Cremers). Jakarta: PT. Gramedia.

Purwandono, E. 2000. Penerapan Pertanyaan Produktif dalam Mengembangkan Keteramilan Proses Sains Siswa pada Pembelajaran Konsep Pemencaran Organisme. UPI : Bandung.

R. Rohadi. 2003. Memberdayakan Anak Melalui Pendidikan Sains (makalah dalam buku kumpulan tulisan) Pendidikan Sains yang Humanistis. Penerbit Kanisius: Yogyakarta.

Rezba. 1999. Learning and assessing science process skill. Four Edition. Kendall/Hunt Publishing Company Iawa.


(6)

183

Rezba, RJ., C.R. Sprangue, J.T. McDonnourgh, & J.J. Matkin. 2007. Learning and Assessing Science Process Skills. Fifth edition. USA. Kendal/Hunt Publishing Company.

Rustaman, A. 2005. Pengembangan Kompetensi (Pengetahuan, Keterampilan, Sikap, dan Nilai) Melalui Kegiatan Praktikum Biologi. Penelitian Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI Bandung.

Rustaman, A. 2008. Pengembangan Bahan Ajar. Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI Bandung.

Rustaman, Nuryani. 2005. Pengembangan Butir Soal Keterampilan Proses Sains. FPMIPA UPI Bandung.

Saptono, Sigit. 2003. Strategi Belajar Mengajar Biologi. Semarang: Universitas Negeri Semarang.

Semiawan, C. 1992. Pendekatan Keterampilan Proses. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.

Sudjoko. 2001. Membantu Siswa Belajar IPA. Yogyakarta. FMIPA UNY

Suhardi. 2012. Pengembangan Sumber Belajar Biologi. Yogyakarta : UNY Press.

Surachman. (1998). Pengembangan Bahan Ajar. Yogyakarta: Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UNY Yogyakarta.

Suyanto, Slamet, Paidi dan Insih Wilujeng. 2011. Lembar Kerja Siswa (LKS). Yogyakarta: FMIPA UNY.

Trianto. 2008. Mendesain Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning) di Kelas. Surabaya: Cerdas Pustaka.