PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEMPAR TANGKAP TERHADAP PENINGKATAN KOORDINASI MATA DAN TANGAN PEMAIN KASTI PADA SISWA KELAS 3 SDN 4 NATAR LAMPUNG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2014/2015

(1)

ABSTRAK

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEMPAR TANGKAP TERHADAP PENINGKATAN KOORDINASI MATA DAN TANGAN PEMAIN KASTI

PADA SISWA KELAS 3 SDN 4 NATAR LAMPUNG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Oleh Dewi Anita Sari

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran lempar tangkap terhadap peningkatan koordinasi mata dan tangan pemain kasti. Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi guru, dan sekolah untuk menambah pengetahuan mengenai model pembelajaran penjaskes untuk SDN 4 Natar Lampung Selatan.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan populasi siswa kelas 3 SDN 4 Natar Lampung Selatan. Penelitian ini menggunakan populasi sampel, karena subyeknya kurang dari 100 yaitu 56 orang. Dengan masing-masing presentase 46,40% laki-laki dan 53,60% perempuan. Dalam penelitian ini subyek dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

Dari hasil penelitian dengan sampel masing-masing kelompok yang berjumlah 28 orang diperoleh hasil rata-rata tes awal kelompok eksperimen 54,71 dan rata-rata tes ahir 76,89. Sedangkan pada kelompok kontrol diperoleh rata-rata tes awal 54,68 dan pada tes 55,05. Pada kelompok eksperimen diperoleh thitung sebesar 22,14 dan ttabel sebesar 1,72. Sedangkan thitung pada kelompok kontrol diperoleh hasil 0,14 dan ttabel sebesar 1,72. Oleh karena thitung>ttabel maka dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran lempar tangkap dapat mempengaruhi peningkatan koordinasi mata dan tangan pemain kasti pada siswa kelas 3 SDN 4 Natar Lampung Selatan.


(2)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEMPAR TANGKAP TERHADAP PENINGKATAN KOORDINASI MATA DAN TANGAN PEMAIN KASTI

PADA SISWA KELAS 3 SDN 4 NATAR LAMPUNG SELATAN TAHUN PELAJARAN

2014/2015

(Skripsi)

Oleh

DEWI ANITA SARI 1113051029

PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG 2015


(3)

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Hakikat Olahraga 15

2. Lempar Tangkap Bola 32

3. Lapangan Kasti 33

4. Skema Pembagian Kelompok Ordinal Pairing 42

5. Instrumen Penelitian Tes Lempar Tangkap Bola Ke Dinding 46 6. Grafik Perbandingan Rata-Rata Hasil Wall Pass Test 57 7. Grafik Perbandingan Tes Awal Dan Tes Ahir Kelompok Eksperimen ... 61 8. Grafik Perbandingan Tes Awal Dan Tes Ahir Kelompok Kontrol 62


(4)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Uji Instrumen ... ... 76

2. Hasil Output SPSS Uji Validitas ... ... 77

3. Hasil Output SPSS Reliabilitas ... ... 77

4. Tes Awal Wall Pass Test Kelompok Eksperimen ... ... 79

5. Tes Awal Wall Pass Test Kelompok Kontrol ... ... 80

6. Ordinal Pairining Model Pembelajaran Lempar Tangkap Bola ... ... 81

7. Tes Akhir Wall Pass Test Kelompok Eksperimen ... ... 82

8. Tes Akhir Wall Pass Test Kelompok Kontrol ... ... 83

9. Uji Normalitas Tes Awal Wall Pass Test Kelompok Eksperimen . ... 84

10. Uji Normalitas Tes Awal Wall Pass Test Kelompok Kontrol ... ... 85

11. Uji Homogenitas Tes Awal ... ... 86

12. Uji Homogenitas Tes Akhir ... ... 87

13. Uji Normalitas Tes Akhir Wall Pass Test Kelompok Ekperimen .. ... 89

14. Uji Normalitas Tes Akhir Wall Pass Test Kelompok Kontrol ... ... 90

15. Uji Hipotesis ... ... 91

16. Uji Pengaruh Kelompok Eksperimen ... ... 93

17. Uji Pengaruh Kelompok Kontrol ... ... 95

18. Uji Perbandingan Tes Akhir Kelompok Eksperimen Dan Kelompok Kontrol ... ... 97


(5)

xiii

20. Surat-Surat ... ... 105 21. Kartu Bimbingan ... ... 113


(6)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Desain Penelitian eksperimen 41

2. Gambar Dan Keterangan Alat 46

3. Norma Penilaian Tes Lempar Tangkap Bola 47

4. Model Pembelajaran Lempar Tangkap 48

5. Kriteria Reliabilitas 54

6. Deskripsi Data Hasil Penelitian 59

7. Uji Normalitas 63

8. Uji Homogenitas 64

9. Hasil Analisis Uji Pengaruh Model Bermain Lempar Tangkap 65 10. Uji Perbandingan Tes Ahir Kelompok Eksperimen Dan Tes Ahir


(7)

MOTTO

Tidak semua tindakan akan berhasil,tetapi tidak ada keberhasilan tanpa tindakan.

(Dewi Anita Sari)

Jika engkau ingin merasa lebih percaya diri berfokuslah pada kekuatanmu, bukan pada kelemahanmu!


(8)

(9)

(10)

(11)

PERSEMBAHAN

Puji syukur penulis ucapakan kepada Allah SWT atas semua anugerah yang telah diberikan kepada penulis, karya tulis sederhana ini penulis persembahkan kepada:

Ibu bapak’ku tercinta, ibu Yatinah dan bapak Misnyo Hadi Winoto yang selalu memberikan kasih sayangnya untuk membimbing penulis hingga saat ini, terimaksih untuk kakakku Ari Anggono untuk segala motivasi, dan semua bimbingannya baik secara moril dan materil yang telah diberikan selama penulis

menjalani proses pendidikan perguruan tinngi ini, terimakasih juga kepada saudara-saudariku Gunawan Lisdianto, Nely Ratna Sari, Ani Yulia Sari, Siti Kanipiah, Meyria Sari, dan Ahmad Sobri yang senantiasa menyayangiku serta

membimbingku.

serta seluruh keluarga, sahabat dan teman-teman khususnya Penjas ’11 yang telah memberikan dukungan moril, spiritual dan membantu dalam mensukseskan karya

tulis yang disusun ini.

Terima kasih kepada seluruh pihak yang memberikan dukungan dan doanya yang memberikan harapan serta menginginkan hal yang terbaik

”untukku”. Almamater Tercinta


(12)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Dewi Anita Sari putri keempat dari pasangan bapak Misnyo Hadi Winoto dan ibu Yatinah, lahir di desa Labuhan Ratu VII pada 10 Desember 1992, yang sampai saat ini masih tetap tinggal ditanah kelahiran tercinta desa Labuhan Ratu VII RT/RW 28/004 Kecamatan Labuhan Ratu Kabupaten Lampung Timur Provinsi Lampung.

Pendidikan formal yang telah ditempuh penulis antara lain: Sekolah Dasar Negeri 1 Labuhan Ratu VII Lampung Timur, selesai pada tahun 2005. SMP Negeri 01 Way Jepara Lampung Timur pada tahun 2005 dan lulus pada tahun 2008. SMA Negeri 1 Way Jepara Lampung Timur pada tahun 2008 dan selesai pada tahun 2011.

Pada tahun 2011, penulis diterima sebagai mahasiswi pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung pada Program Studi Pendidikan Jasmani Dan Kesehatan melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) atau jalur tes. Selama menyelesaikan studinya, penulis juga aktif dalam tim Atletiik Lampung yang pernah mewakili lampung dalam ajang POMNAS( Pekan Olahraga Mahasiswa Nasional) dan pada bulan Juli tahun 2014 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata dan Program Pengalaman Lapangan di SMAN 1 Karya Penggawa Pesisir Barat. Demikianlah riwayat hidup penulis, semoga apa yang disampaikan dapat memberikan manfaat bagi pembaca.


(13)

SANWACANA

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah S.W.T, sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Pengaruh Model Pembelajaran Lempar Tangkap Terhadap Peningkatan Koordinasi Mata Dan Tangan Pemain Kasti Pada Siswa Kelas 3 SDN 4 Natar Lampung Selatan. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah untuk Nabi Muhammad SAW yang telah membimbing umatnya ke jalan yang diridhoi Allah.

Di akhir penantian ini penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada pribadi-pribadi yang luar biasa antara lain:

1. Dr. Bujang Rahman, M.Si., Dekan FKIP Universitas Lampung.

2. Dr. Riswanti Rini M.Si., Ketua jurusan Ilmu Pendidikan dan segenap dosen dan karyawan Universitas Lampung.

3. Drs. Ade Jubaedi M.Pd Kepala program studi Penjaskesrek yang sekaligus pembahas skripsi yang telah memberikan kritik dn saran bagi penulis.

4. Drs. Herman Tarigan M.Pd pembimbing akademik dan pembimbing 1 yang telah memberikan arahan dan bimbingan pada penulis.


(14)

vi

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

7. Bapak dan ibu staff Tata Usaha FKIP Unila yang telah membantu proses terselesaikannya skripsi ini.

8. Kepala SD Negeri 4 Natar Lampung Selatan beserta dewan guru yang telah membantu dalam menyelesaikan penelitian ini.

9. Kepala SD Negeri 2 Rawa Laut Bandar Lampung beserta dewan guru yang telah membantu dalam menyelesaikan penelitian pendahuuan.

10. Sahabat-sahabat tersayang Yuliani, Anggun Anindita Sani, Erlita Sari, Ramandani Ardhi, Restiana Annisa, Anggun Wsd, Anjania Woro, Rita Purnama Sari, Melia Widayanti, Selvia Andriliani, Diana, Sholly, Dian, Luci, Ulfa

11. Teman-teman seperjuangan penjas 2011 Binar, Sopian, Windi, Eko, Candra, Rudi Cahyo, Eno, Masnita, Reza Dodi, Riski, Ziko, Gatot, Satrya, dan seluruh keluarga besar Penjas Universitas Lampung.

12. Teman-teman KKN dan PPL SMA N1 Karya Penggawa Selvia Andriliani, Aulia Afifah junaidi, Aulia Riska Safitri , Helen Meta Afiza, Zania Paradiba , Evi Meriani, Lia Annisa, Rosita Wati, Selvy Dwi Utami, Inna Rahmadona, Heizlan Muhammad, Tri Widioko, dan Budi Darmoko.

13. Semua pihak yang membantu dalam penyusunan skripsi.


(15)

vii

bermanfaat bagi kita semua.

Bandar Lampung, 30 September 2015 Penulis


(16)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Sistem Pendidikan Nasional Tahun 2003 ... 1

B. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ... 2

C. Latar Belakang Masalah ... 4

D. Identifikasi Masalah ... 6

E. Batasan Masalah ... 6

F. Rumusan Masalah ... 7

G. Tujuan Penelitian ... 7

H. Manfaat Penelitian ... 8

I. Ruang Lingkup Penelitian ... 8

J. Penjelasan Judul ... 9

II.TINJAUAN PUSTAKA ... 11

A. Pendidikan Jasmani ... 11

B. Hakikat Olahraga ... 13

C. Hakikat Bermain ... 15

D. Belajar Dan Pembelajaran ... 19

E. Belajar Motorik ... 22

F. Tahap Belajar Gerak ... 25

G. Hukum Belajar ... 29

H. Lempar Tangkap Bola Dalam Permainan Kasti ... 32

I. Koordinasi ... 34

J. Kerangka Pikir ... 36


(17)

B. Populasi Dan Sampel ... 40

C. Desain Penelitian ... 40

D. Prosedur Penelitian ... 41

E. Variabel Penelitian ... 43

F. Defenisi Penelitian ... 44

G. Instrumen Penelitian ... 45

H. Pelaksanaan Pembelajaran ... 48

I. Teknik Pengumpulan Data ... 53

J. Teknik Analisis Data ... 53

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 59

A. Hasil Penelitian ... 59

1. Deskripsi Data ... 59

2. Perbandingan Hasil Wall Pass Test ... 61

3. Hasil Penelitian ... 63

a. Uji Prasyarat ... 63

1.) Uji Normalitas ... 63

2.) Uji Homogenitas ... 64

b. Pengujian Hipotesis ... 65

1.) Uji Hipotesis ... 65

2.) Uji Pengaruh ... 65

3.) Uji Perbandingan ... 67

B. Pembahasan ... 67

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 71

A. Kesimpulan ... 71

B. Saran ... 71

DAFTAR PUSTAKA ... 73


(18)

I . PENDAHULUAN

A. Sistem Pendidikan Nasional Tahun 2003

Berdasarkan UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman. Sistem pendidikan nasional adalah keseluruhan komponen pendidikan yang saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.

1. Dasar Sistem Pendidikan Nasional

Adanya tuntutan Undang-Undang Dasar 1945 pasal 31 ayat 3 yang berbunyi “Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia


(19)

dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang”, maka diberlakukan UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional.

2. Prinsip Penyelenggaraan Pendidikan

Prinsip penyelenggaraan pendidikan menurut UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 4 yaitu: 1). Pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjujung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai cultural, dan kemajemukan bangsa. 2). Pendidikan diselenggarakan sebagai suatu kesatuan yang sistematik dengan sistem terbuka dan multi-makna. 3). Pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses pembudaan dan pemberdayaan pesertadidik yang

berlangsung sepanjang hayat. 4). Pendidikan diselenggarakan dengan member keteladanan, membangu kemauan, dan mengembangkan kreativitas

pesertadidik dalam proses pembelajaran. 5). Pendidikan diselenggarakan dengan mengembangkan budaya membaca, menulis, dan berhitung bagi segenap warga masyarakat. 6). Pendidikan diselenggarakan dengan memberdayakan semua komponen masyarakat melelui peranserta dalam penyelenggaran dan pengendalian mutu layanan pendidikan.

B. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), merupakan penyempurnaan dari Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang sentralistik menjadi desentralistik, disusun oleh satuan pendidikan (sekolah) masing-masing. KTSP dapat


(20)

memberikan keleluasaan berkreasi bagi satuan pendidikan, membentuk

diferensiasi untuk berkompetisi menuju pendidikan Indonesia yang lebih baik.

1. Pengertian KTSP

KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan (sekolah) dengan mengacu pada Standar nasional Pendidikan yang telah disusun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan ( BSNP).

2. Kriteria Standar Nasional Pendidikan

Standar Nasional Pendidikan adalah kriteria minimal tentang sistem

pendidikan di seluruh wilayah Indonesia yang meliputi 8 (delapan) standar, yaitu:

a. Standar Isi. b. Standar Proses.

c. Standar Kompetensi Lulusan. d. Standar Tenaga Kependidikan. e. Standar Sarana dan Prasarana. f. Standar Pengelolaan.

g. Standar Pembiayaan.

h. Standar Penilaian Pendidikan.

KTSP harus mengacu terutama pada 2 (dua) standar, yaitu Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan. Target yang ingin dicapai adalah setiap satuan pendidikan akan memiliki diferensiasi dan kreativitas pendidik yang dapat memacu kompetisi ke arah pendidikan Indonesia yang dapat lebih baik.


(21)

3. Komponen KTSP

.Struktur dan muatan KTSP.

a. Mata pelajaran yang diajarkan di sekolah tersebut. b. Muatan lokal yang dipilih

c. Kegiatan pengembangan diri yang dilakukan d. Pengaturan beban belajar

e. Pengaturan ketuntasan belajar,

f. Kenaikan kelas, kelulusan dan penjurusan, g. Pendidikan kecakapan hidup,

h. Pendidikan berbasis keunggulan lokal atau global.

C.Latar Belakang Masalah

Kasti adalah salah satu permainan tradisional beregu yang menggunakan bola kecil (bola tenis), alat pemukul yang terbuat dari kayu, tempat perhentian (base), batas lapangan serta peraturannya. Permainan kasti merupakan salah satu cabang olahraga permainan yang diajarkan di sekolah yang terangkum dalam kurikulum pendidikan jasmani. Kasti merupakan salah satu permainan bola kecil yang diajarkan pada murid-murid sekolah dasar. Permainan kasti memiliki aturan permainan tersendiri yang berbeda dengan permainan bola kecil lainnya.

Permainan ini terdiri dari dua regu yang berbeda yaitu regu pemukul dan regu lapangan (penjaga). Regu pemukul diharapkan menghasilkan pukulan yang bagus dan tidak bisa ditangkap oleh regu lawan atau regu penjaga, sedangkan penjaga yaitu regu yang bertugas menangkap dan melawan serangan lawan dari regu


(22)

pemukul. Dalam hal ini diharapkan regu penjaga memiliki kemampuan melempar dan menangkap bola dengan baik dan benar, dalam kata lain koordinasi mata dan tangan yang baik juga diperlukan dalam kegiatan ini agar bola pukulan lawan berhasil ditangkap dan tidak lolos dari genggaman tangan.

Permainan kasti adalah salah satu permainan yang digemari oleh anak usia Sekolah Dasar oleh karenanya melalui model pembelajaran lempar tangkap diharapkan dapat meningkatkan koordinasi mata dan tangan peserta didik

terutama dalam bola kasti agar dapat melempar dan menangkap bola dengan baik dan dapat mendukung saat permainan kasti berlangsung. Sehingga dapat

menyelesaikan tugas saat berjaga dilapangan dengan cepat tanpa membuat siswa merasa bosan karena terlalu lama berjaga.

Dari survey yang dilakukan peneliti pada saat materi permainan bola kasti yang diajarkan oleh guru pada siswa Sekolah Dasar Negeri 4 Natar ternyata

koordinasi mata dan tangan yang dimiliki oleh siswa masih kurang baik sehingga siswa masih kesulitan dalam melakukan lemparan yang tepat mengarah pada teman satu timnya. Seringkali bola yang dilempar tidak mengarah kearah yang dituju melainkan ketempat yang jauh dari penjaga lainnya. Selain itu siswa juga kerap gagal dalam menagkap bola yang melambung kearah dirinya. Bola yang dilempar juga seringkali lolos atau lepas dari genggaman tangan dan regu pemukul berhasil mendapatkan poin.

Permasalahan yang telah dikemukakan diatas yang melatar belakangi judul


(23)

Koordinasi Mata dan Tangan Permain Kasti Pada Siswa kelas 3 SDN 4 Natar Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2014/2015.

D. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan di atas, maka dapat di identifikasikan beberapa masalah sebagai berikut:

1. Masih kurangnya koordanisai mata dan tangan siswa dalam melempar dan menangkap bola pada permaian kasti.

2. Masih kurang pengalaman siswa dalam pengetahuan model bermain bola kasti yang baik.

3. Kurangnya media modikikasi yang dapat menunjang keberhasilan dalam melakukan pembelajaran bola kasti.

E.Batasan Masalah

Untuk menghindari timbulnya penafsiran yang salah dan tidak menyimpang dari permasalahan serta tujuan penelitian, maka penelitimembuat batasan masalah. Adapun pembatasan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran lempar tangkap bola dalam meningkatkan koordinasi mata dan tangan siswa dalam bermain bola kasti.

2. Aspek yang diteliti pada penelitian ini hanya ingin mengetahui pengaruh model bermain lempar tangkap bola terhadap permainan bola kasti.


(24)

3. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas III SDN 4 Natar Lampung Selatan yang berjumlah 56 siswa.

F.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah dipaparkan diatas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan dalam penelitian ini, yaitu antara lain :

1. Apakah ada perbedaan rata-rata skor test awal antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen?

2. Apakah ada perbedaan rata-rata skor tes ahir kelompok kontrol dan kelompok eksperimen?

3. Apakah ada pengaruh model pembelajaran lempar tangkap pada peningkatan koordinasi mata dan tangan ?

G. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan diatas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa tujuan penelitian ini adalah:

1. Mengetahui adakah perbedaan rata-rata skor test awal antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.

2. Mengetahui adakah perbedaan rata-rata skor tes ahir kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.

3. Mengetahui adakah pengaruh model pembeajaran lempar tangkap bola terhadap koordinasi mata dan tangan.


(25)

H. Manfaat Penelitian

Penulis berharap hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi :

1. Guru olahrga

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan tentang model

pembelajaran lempar tangkap bola untuk meningkatkan koordinasi mata dan tangan.

2. Sekolah

Hasil penelitian ini di harapkan dapat berguna bagi peningkatan peserta didik ditingkat SD untuk meningkatkan koordinasi mata dan tangan yang akan membantu peserta didik dalam kegiatan belajar khususnya pada pendidikan jasmani dalam cabang olahraga bola kasti di sekolah.

3. Program Studi Pendidikan Jasmani dan Kesehatan

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi gambaran dalam upaya penelitian yang lebih luas, dan mampu memberikan atau menyajikan penelitian yang lebih baik guna menunjang keberhasilan permainan bola kasti ditingkat sekolah dasar.

I. Ruang Lingkup Penelitian

Adapun ruang lingkup penelitian ini adalah:

1. Tempat penelitian dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri 4 Natar Lampung Selatan.


(26)

3. Subjek penelitian yang diamati adalah siswa kelas III Sekolah Dasar Negeri Natar Lampung Selatan.

J. Penjelasan Judul

Berdasarkan identifikasi masalah yang ada di lapangan, peneliti bermaksud untuk mengetahui apakah ada pengaruh model pembelajaran lempar tangkap terhadap peningkatan koordinasi mata dan tangan permain kasti pada siswa kelas 3 SDN 4 Natar Lampung Sealatan.

Dalam hal ini peneliti ingin menjelaskan poin-poin dalam judul yang akan peneliti ambil sebagai berikut:

1. Model Pembelajaran :

Sagala (2010) model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang

melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar peserta didik untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran dan guru dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar.

2. Lempar Tangkap

Menurut Montolalu (2009: 7.39) lempar tangkap bola merupakan salah satu permainan yang menggunakan bola sebagai media. Permainan lempar tangkap bola ini seringkali diterapkan bagi anak usia dini dengan tujuan dapat melatih motorik. Media dalam permainan ini adalah bola, baik bola berukuran kecil maupun besar.


(27)

3. Koordinasi Mata Dan Tangan

Menurut Hofsab dalam Sri Maezarni (2008:14) menyatakan bahwa “koordinasi gerak mata dan tangan merupakan suatu gerakan yang sangat berkaitan satu dengan yang lainnya agar suatu pekerjaan dapat terselesaikan dengan baik dan lancar, berurutan serta sesuai dengan keinginan”


(28)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pendidikan Jasmani

1. Pengertian Pendidikan Jasmani

Pendidikan jasmani merupakan bagian dari pendidikan secara umum.

Merupakan salah satu dari subsistem pendidikan. Menurut Mutohir dan Lutan (1997:1) pendidikan jasmani dapat didefinisikan sebagai suatu proses

pendidikan yang ditujukan untuk mencapai tujuan pendidikan melalui gerakan fisik. Telah menjadi pernyataan umum bahwa pendidikan jasmani sebagai suatu subsistem pendidikan mempunyai peran yang berarti dalam mengembangkan kualitas manusia Indonesia

Menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Pendidikan Jasmani adalah suatu proses pendidikan melalui aktivitas jasmani yang didesain untuk meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan keterampilan motorik, pengetahuan dan perilaku hidup sehat dan aktif, sikap sportif, dan kecerdasan emosi. Lingkungan belajar diatur secara seksama untuk meningkatkan

pertumbuhan dan perkembangan seluruh ranah, jasmani, psikomotorik, kognitif, dan afektif setiap siswa.


(29)

Pendidikan jasmani merupakan bagian dari pendidikan secara keseluruhan yang mampu mengembangkan anak secara utuh dalam arti mencakup aspek-aspek jasmaniah (intelektual, emosional, moral, dan sosial) dan rohani (spiritual) yang dalam proses pembelajarannya mengutamakan aktifitas jasmani dan pembiasaan pola hidup sehat. Sesuai dengan paradigma pendidikan jasmani yang lebih menekankan pada pengembangan individu seccara menyeluruh, dalam arti pengembangan keterampilan intelektual, sosial, moral dan spiritual. Pengembangan fisik dan kesegaran jasmani melalui aktifitas jasmani yang terselektif, terprogram dan terarah.

2. Tujuan Pendidikan Jasmani

Menurut Suparman (2000:2) tujuan pendidikan jasmani dan kesehatan

disekolah ialah untuk memantapkan kesegaran jasmani dan kesehatan melalui pengenalan dan penanaman sikap positif serta kemampuan gerak dasar

berbagai aktifitas jasmani, agar dapat:

a. Tercapainya pertumbuhan dan perkembangan jasmani khususnya tinggi dan berat badan secara harmonis

b. Terbentuknya sikap dan perilaku seperti disiplin, kejujuran, kerjasama, mengikuti peraturan dan ketentuan yang berlaku.

c. Menyenangi aktifitas jasmani dan olahraga yang dapat dipakai untuk pengisian waktu luang dan kebiasaan hidup sehat.

d. Mempunyai kemampuan untuk menjelaskan tentang manfaat pendidikan jasmani dan kesehatan, serta mempunyai kemampuan penampilan gerak yang benar dan efisien.


(30)

e. Meningkatkan kesegaran jasmani dan kesehatan, serta daya tahan tubuh terhadap penyakit.

3. Manfaat Pendidikan Jasmani

Menurut Depdiknas (2003:4) setelah mengikuti proses pembelajaran Pendidikan Jasmani dalam jangka waktu tertentu, peserta didik akan: a. Mampu mempertahankan dan meningkatkan tingkat kebugaran jasmani

yang baik, serta mampu mendesain program latihan kebugaran jasmani yang aman sesuai dengan kaidah latihan

b. Menunjukkan kompetensi untuk melakukan gerakan yang efisien dan memiliki keterampilan tehnis dan taktis dan pengetahuan yang memadai untuk melakukan paling tidak satu jenis aktifitas olahraga

c. Mendemontrasikan gaya hidup yang aktif dan gemar melakukan kegiatan jasmani secara reguler

d. Menghormati hubungan dengan orang lain karena berpartisipasi dalam e. kegiatan olahraga, menghargai kegiatan olah raga yang mengarah kepada

pemahaman universal dan multi budaya dan memiliki kegembiraan karena beraktivitas jasmani secara reguler.

B. Hakikat olahraga

Menurut Edward dalam Suranto (1994:3) pengertian olahraga bergerak dari pengertian yang luas meliputi play, games dan sport.


(31)

tidak dipertandingkan. Bermain merupakan unsur yang selalu ada dalam olahraga dan pendidikan jasmani. Olahraga adalah suatu permainan yang diorganisasikan, pengorga-nisasian bermain ini juga yang kemudian diadopsi dalam pendidikan jasmani. Sifat olahraga yang paling penting adalah

kompetisi, bentuk kompetisi yang sopan dan beradab dengan adanya peraturan. Peraturan baik tertulis maupun tidak, selalu digunakan dalam olahraga. Peraturan ini tidak dapat diubah selama kompetisi berlangsung. Olahraga tanpa kompetisi hanya merupakan aktivitas bermain atau rekreasi.

2. Games merupakan bagian dari play, semua games merupakan bentuk dan play, games memiliki semua karakteristik play akan tetapi semua itu diatur dalam peraturan yang sengaja dibuat dan harus ditaati bersama. Kompetisi merupakan ciri utamanya, sehingga hanya individu atau kelompok yang mempunyai standar ketrampilan yang tinggi yang akan berhasil. Untuk berhasil dalam kompetisi akan selalu bergantung pada ketrampilan teknik, fisik, strategi atau kesempatan.

3. Sedangkan olahraga (sport) merupakan bagian dari permainan pertandingan, perbedaannya terletak pada prasyarat tingkat kecakapan dan, olahraga merupakan permainan pertandingan yang sudah dilembagakan dalam masyarakat seperti halnya pendidikan, agama dan pemerintahan. Ruang lingkup play, games dan olahraga (sport).

Pada hakikatnya bermain, permainan, dan olahraga adalah suatu kegiatan yang saling terkait dan berhubungan. Setiap aktifitas yang dilakukan mengandung ketiga unsur yang yang tidak dapat dipisahkan, seperti pada gambar berikut :


(32)

Gambar 1. Hakikat olahraga

C. Hakikat Bermain 1. Pengertian Bermain

Menurut Furqon (2008: 4) menyatakan bahwa : Bermain adalah aktifitas yang menyenangkan, serius dan sukarela,di mana anak berada dalam dunia yang tidak nyata atau sesungguhnya.Bermain bersifat menyenangkan karena anak diikat oleh sesuatu halyang menyenangkan, dengan tidak banyak memerlukan pemikiran. Bermain juga bersifat serius karena bermain memberi kesempatan untuk meningkatkan perasaan anak untuk menguasai sesuatu dan memunculkan rasa untuk di luar kenyataan, dengan memasuki suatu dunia imajiner.

Bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan atau tanpa mempergunakan alat yang menghasilkan pengertian atau memberikan informasi, memberi kesenangan maupun mengembangkan imajinasi pada anak. Dari pengertian tersebut kita dapat memahami bahwa bermain merupakan suatu kebutuhan bagi anak yang dapat memberikan dampak


(33)

yang positif untuk seluruh aspek perkembangan anak. Dengan bermain kita dapat memberikan kesempatan yang lebih banyak kepada anak untuk bereksplorasi sehingga pemahaman tentang konsep maupun pengertian dasar suatu pengetahuan dapat dipahami oleh anak dengan lebih mudah. Dalam pengertian bermain terbagi menjadi dua yaitu:

a. Bermain sebagai olahraga

Pengertian bermain sebagai olahraga menurut schmitz menjelaskan pendapatnya bahwa olahraga itu adalah perluasan dari bermain dengan mengemukakan tentang adanya berbagai sifat dan keadaan tertentu yang terdapat dalam bermain,yang oleh Schmitz disebutnya sebagai frolic, make believe, sporting skills lari games.

b. Bermain sebagai bekerja

Bermain sebagai bekerja biasanya dianggap sebagai kemampuan seseorang untuk berbuat yang menghasilkan atau yang berakibat membuat kahan untuk memperoleh uang. Bekerja biasanya dianggap sebagai yang serius, yaitu dengan tujuan mendapatkan uang. Kesimpulan yang sederhana boleh jadi mengatakan seseorang bermain apabila sedang tidak bekerja. Tetapi generelasi semacam itu banyak mengandung lubang yang menmjatuhkan.unsur-unsur bermain terjadi ketika waktu seseorang sedang bekerja atau belajar, tetapi dapat berupa bermain bagi orang lain.

2. Karakteristik Bermain

Beberapa karakteristik bermain menurut Hartati dalam Montolalu (2009:2.4), antara lain:


(34)

a. Bermain dilakukan dengan sukarela.

b. Bermain merupakan kegiatan yang menyenangkan, mengasyikan, dan menggairahkan.

c. Bermain dilakukan tanpa “iming-iming” apapun.

d. Bermain lebih mengutamakan aktivitas/kegiatan daripada tujuan. Tujuan bermain adalah aktivitas itu sendiri.

e. Bermain menuntut partisipasi aktif baik fisik maupun psikis.

f. Kegiatan bermain yang bebas. Anak bebas membuat aturan sendiri dan mengoperasikan fantasinya.

g. Bermain sifatnya spontan, sesuai dengan yang diinginkan saat itu. h. Makna dan kesenangan bermain ditentukan oleh anak itu sendiri yang

sedang bermain.

Bermain harus dilakukan dalam situasi yang menyenangkan,

menggembirakan, dipenuhi rasa suka dan ceria. Karakteristik bermain adalah kegiatan yang menyenangkan dan mengasyikkan. Dalam bermain, permainan yang dilakukan anak sesuai dengan kehendak hati dan sesuai harapan mendatangkan kegembiraan dan keceriaan anak. Bermain merupakan bagian terpenting dalam kehidupan anak karena melalui bermain anak-anak tumbuh dan berkembang. Anak yang kebutuhan bermainnya terpenuhi, makin tumbuh dengan keterampilan yang lebih tinggi dan berkembang sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Dalam hal ini bermain memiliki peran yang cukup baik dalam perkembangan emosi anak, bermain juga dapat memberikan anak peluang untuk meniru atau mengambil peran orang lain.


(35)

3. Fungsi Bermain Bagi Anak

Menurt Dworetzky dalam Moeslichatoen (2004: 33) sesuai dengan pengertian bermain yang merupakan tuntutan dan kebutuhan bagi perkembangan anak usia taman Kanak-kanak, fungsi bermain bagi anak adalah :

a. Menirukan apa yang dilakukan oleh orang dewasa.

b. Untuk melakukan berbagai peran yang ada didalam kehidupan nyata seperti guru mengajar dikelas, sopir mengendarai bus, petani

menggarap sawah, dan sebagainya.

c. Untuk mencerminkan hubungan dalam keluarga dan pengalaman hidup yang nyata.

d. Untuk menyalurkan perasaan yang kuat seperti memukul-mukul kaleng, menepuk-nepuk air, dan sebagainya.

e. Untuk melepaskan dorongan-dorongan yang tidak dapat diterima seperti berperan sebagai pencuri, menjadi anak nakal, pelanggar lalulintas, dan lain-lain.

f. Untuk kilas balik peran-peran yang biasa dilakukan seperti gosok gigi, sarapan pagi, naik angkutan kota, dan sebagainya.

g. Mencerminkan pertumbuhan seperti pertumbuhan misalnya semakin bertambah tinggi tubuhnya, semakin gemuk badannya, dan semakin dapat berlari cepat.

h. Untuk memecahkan masalah dan mencoba berbagai penyelesaian masalah seperti menghias ruangan, menyiapkan jamuan makanan, pesta ulang tahun.


(36)

Sedangkan menurut Hetherington dan Parke dalam Moeslichatoen (2004: 34) bermain juga berfungsi untuk mempermudah perkembangan kognitif anak. Dengan bermain akan memungkinkan anak meneliti lingkungan, mempelajari segala sesuatu, dan memecahkan masalah yang dihadapinya. Bermain juga meningkatkan perkembangan sosial anak. Dengan

menampilkan berbagai macam peran, anak berusaha untuk memahami peran orang lain dan menghayati peran yang akan diambilnya setelah ia dewasa kelak.

D. Belajar Dan Pembelajaran

1. Pengertian Belajar dan Pembelajaran

Pendidikan di Indonesia baik di sekolah maupun di luar sekolah selalu mengarah kepada tujuan nasional, seperti yang tercantum dalam UU No.20/2003, tentang sistem pendidikan nasional yang berbunyi : "Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermatabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab ".

Tujuan pendidikan nasional yang tercantum di atas dapat terwujud apabila tersedianya suatu perlakuan demi mendukung terwujudnya tujuan yang ingin dicapai. Khususnya pada upaya pembinaan peserta didik melalui pendidikan


(37)

jasmani sebagai bagian integral dari sistem pendidikan secara keseluruhan yang bertujuan untuk mengembangkan aspek kesehatan, kebugaran jasmani, keterampilan berfikir kritis, stabilitas, emosional, keterampilan sosial, penalaran dan tindakan moral melalui kegiatan jasmani.

Menurut Husdarta dan Saputra (2002: 2) Belajar dimaknai dengan proses perubahan tingkah laku sebagai akibat adanya interaksi antar individu dengan lingkungan. Tingkah laku itu mencakup aspek pengetahuan, sikap dan keterampilan. Pengetahuan, sikap dan keterampilan yang dimiliki oleh siswa dapat di ukur penampilannya.

2. Prinsip-prinsip Belajar dan Pembelajaran

Banyak teori dan prinsip-prinsip yang dikemukakan oleh para ahli yang satu dengan para ahli yang lainnya yang memiliki persamaan dan perbedaan. Menurut Dimyati dan Mudjiono (1999:42-50) membagi Prinsip-prinsip belajar dalam 7 kategori, antara lain :

a. Perhatian dan motivasi

Perhatian ini mempunyai peranan yang sangat penting dalam kegiatan belajar. Dari teori belaj ar pengolahan informasi terungkap bahwa tanpa adanya perhatian tidak mungkin terjadi belajar. Sedangkan motivasi juga mempunyai peranan penting dalam kegiatan belajar. Motivasi adalah tenaga yang menggerakkan dan mengarahkan aktivitas seseorang.

b. Keaktifan


(38)

oleh orang lain. Belajar hanya mungkin terjadi apabila anak aktif mengalami sendiri.

c. Keterlibatan langsung atau berpengalaman

Dalam belajar melalui pengalaman langsung siswa tidak sekedar mengamati secara langsung dalam perbuatan dan bertanggung jawab terhadap hasil belajarnya.

d. Pengulangan

Di dalam prinsip belajar pengulangan memiliki peranan yang penting, karena mata pelajaran yang kita dapat perlu diadakan pengulangan--pengulangan agar terjadi kesempurnaan dalam belajar. Oleh karena itu prinsip pengulangan masih relevan sebagai dasar pembelajaran dan dalam belajar masih tetap diperlukan latihan-latihan atau pengulangan-

pengulangan.

e. Tantangan

Dalam situasi belajar siswa menghadapi suatu tujuan yang ingin

dicapai tetapi selalu terdapat hambatan dengan mempelajari bahan ajar, maka timbullah motif untuk mengatasi hambatan itu. Agar pada anak timbul motif yang kuat untuk mengatasi hambatan dengan baik, maka bahan belajar harus memiliki tantangan. Tantangan yang di hadapi dalam bahan belajar membuat siswa bergairah untuk mengatasinya. Bahan belajar yang baru mengandung masalah yang perlu dipecahkan membuat siswa tertantang untuk mempelajarinya.


(39)

f. Balikan atau penguatan

Prinsip belajar yang berkaitan dengan balikan dan penguatan terutama ditekankan pada stimulus (rangsangan) dan respon (reaksi).

g. Perbedaan individu

Perbedaan individu ini pengaruh pada cara dan hasil belajar siswa, karena perbedaan individu perlu diperhatikan oleh guru dalam upaya pembelajaran di sekolah.

3. Tujuan Belajar dan Pembelajaran

Belajar merupakan suatu proses internal yang kompleks, yang terlibat dalam proses internal tersebut adalah seluruh ranah-ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Sehingga proses belajar yang mengaktualisasi (nyata) ranah-ranah tersebut tertuju pada bahan belajar. Menurut Sardiman (1994: 27) secara umum tujuan belajar dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: a. Untuk mendapatkan pengetahuan.

b. Penanaman konsep dan keterampilan, dan c. Pembentukan sikap.

E. Belajar Motorik

1. Pengertian Motorik

Motorik adalah keseluruhan proses yang terjadi pada tubuh manusia, yang meliputi proses pengendalian (koordinasi) dan proses pengaturan (kondisi fisik) yang dipengaruhi oleh faktor fisiologi dan faktor psikis untuk


(40)

mendapatkan suatu gerakan yang baik. Motorik dibedakan menjadi 2 yaitu motorik halus dan motorik kasar.

2. Perkembangan Motorik

Perkembangan motorik adalah proses tumbuh kembang kemampuan gerak seorang anak. Pada dasarnya, perkembangan ini berkembang sejalan dengn kematangan saraf dan otot anak. Sehingga, setiap gerakan

sesederhana apapun, adalah merupakan hasil pola interaksi yang kompleks dari berbagai bagian dan system dalam tubuh yang dikontrol oleh otak.

a. Perkembangan Masa anak-anak Tengah dan Akhir (6 – 12 Tahun) Pada masa anak-anak (usia 6-12 tahun) pertumbuhan cenderung stabil. Pada masa anak-anak banyak mengalami perubahan-perubahan di dalam tubuh yang meliputi meningkatnya tinggi dan berat badan. Menurut Mutohir dan Gusril (2001: 20), secara umum pertumbuhan tinggi badan pada masa anak-anak mangalami kenaikan per tahun 2 sampai 3 inchi (5-7 cm), untu.kanak perempuan umur 11 tahun, rata-rata mempunyai tinggi badan 59 inchi (147,3cm) sedangkan anak Iaki-laki 57,5 inchi (146 cm). Berat badan mengalami kenaikan yang lebih bervariasi daripada kenaikan tinggi badan, berkisar antara sampai 5 pon (1,5 -2,5 kg) per tahun.

Anak perempuan umur 11 tahun, rata-rata mampunyai berat badan 88.5 pon (44,25 kg) sedangkan anak laki-Iaki 85,5 pon (42,75 kg). Pada masa anak-anak kepala masih terlampau besar, wajah yang kurang baik menghilang dengan bertambahnya besar mulut dan rahang, dahi


(41)

melebar dan merata, bibir semakin berisi, sedangkan hidung menjadi lebih besar dan berbentuk. Badan memanjang dan menjadi lebih langsing, leher menjadi lebih panjang, dada melebar dan perut buncit. Begitu juga dengan lengan dan tungkai memanjang sarta lengan dan kaki dengan lambat tumbuh besar. Salama masa anak-anak, jaringan lemak berkembang lebih cepat daripada jaringan otot, yang perkembangannya barn mulai melejit pada awal pubertas. Anak-anak yang bentuk badannya endomorfik, jaringan lemaknya jauh lebih banyak daripada jaringan otot. Bentuk tubuh ektomorfiktidak terdapat jaringan yang melebihi jaringan lainnya sehingga cenderung lebih kurus.

b. Karakteristik Jasmani dan Tahap Kemampuan Motorik Anak Sekolah Dasar

Menurut Sukintaka (2004: 41) karakteristik jasmani dan tahap perkembangan motorik anak umur 6-12 tahun (kelas I-VI) adalah sebagai berikut: Karakteristik jasmani anak umur 6-8 tahun (ke/as / dan II) antara lain; (1) waktu reaksi lambat, koordinasi jelek, membutuhkan banyak variasi otot besar, senang kejar-mengejar, berkelahi, berburu, dan memanjat, (2) aktif, energik dan senang kepada suara berirama, (3) tulang lembek dan mudah berubah bentuk, (4) jantung mudah dalam keadaan yang membahayakan, (5) rasa untuk mempertimbangkan dan pemahaman berkembang,(6) Koordinasi mata dan tangan berkembang, masih tetap belum dapat menggunakan otot-otot halus dengan baik, (7)


(42)

kesehatan umum tidak menentu, mudah terpengaruh terhadap penyakit, dan daya perlawanannya rendah

F. Tahap Belajar Gerak ( Motorik)

Tahap belajar perkembangan motorik terbagi menjadi 2 yaitu :

1. Motorik Halus

Menurut Lerner dalam Sudono (2000: 53) motorik halus adalah keterampilan menggunakan media dengan koordinasi antara mata dan tangan.

Hurlock (1978: 39) mengemukakan bahwa perkembangan motorik anak adalah suatu proses kematangan yang berhubungan dengan aspek deferensial bentuk atau fungsi termasuk perubahan sosial emosional. Proses motorik adalah gerakan yang langsung melibatkan otot untuk bergerak dan proses persyaratan yang menjadikan seseorang mampu menggerakan anggota tubuhnya (tangan, kaki, dan anggota tubuh lainnya).

Berdasarkan kutipan diatas motorik halus adalah pengorganisasian otot-otot kecil seperti jari-jemari dan tangan yang sering membutuhkan kecermatan koordinasi mata dan tangan.

a.Konsep Dasar Pengembangan Motorik Halus

Depdiknas dalam Lutan (1997: 11) menyebutkan bahwa menggambar diawali dengan membuat garis vertikal dan horizontal, spielgaben dan spielformen dengan permainan bentuk, alat permainan berforbel (pekerjaan tangan) misalnya mozaik, menganyam kertas, kertas lipat dan tanah liat. Untuk


(43)

melatih fungsi-fungsi motorik anak tidak perlu diadakan alat-alat tertentu kehidupan sehari-hari cukup memberi latihan bagi motorik anak. Asas metode Mentoseri adalah :

1) Pembentukan Sendiri

Perkembangan itu terjadi dengan cara latihan yang dapat dikerjakan sendiri oleh anak-anak.

2) Masa Peka

Masa peka merupakan masa dimana bermacam-macam fungsi muncul menonjol diri tegas untuk dilatih.

3) Kebebasan

Mendidik untuk kebebasan dan dengan kebebasan bertujuan agar masa peka dapat menampakan diri secara leluasa dengan tidak dihalang-halangi didalam mengekspresikan.

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa konsep dasar

pengembangan motorik adalah dari alat indera pengelihatan untuk melakukan pengamatan permulaannya. Setelah itu anak diberikan kebebasan untuk memilih atau mengekspresikan sesuai dengan kehendak anak.

b. Tujuan Peningkatan Motorik Halus

Tujuan pengembangan motorik halus anak yaitu :

1) Mampu memfungsikan otot-otot kecil seperti gerakan jari tangan. 2) Mampu mengkoordinasikan kecepatan tangan dengan mata. 3) Mampu mengendalikan emosi.


(44)

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan peningkatan motorik halus ini diantaranya adalah untuk meningkatkan kemampuan anak agar dapat mengembangkan kemampuan motorik halus khususnya jari tangan dan optimal kearah yang lebih baik.

2. Motorik Kasar

Motorik kasar adalah kemampuan gerak tubuh yang menggunakan otot-otot besar, sebagian besar atau seluruh anggota tubuh motorik kasar diperlukan agar anak dapat duduk, menendang, berlari, naik turun tangga dan

sebagainya. Perkembangan motorik kasar anak lebih dulu dari pada motorik halus, misalnya anak akan lebih dulu memegang benda-benda yang ukuran besar dari pada ukuran yang kecil. Karena anak belum mampu mengontrol gerakan jari-jari tangannya seperti meruncing pensil, menggunting dan lain-lain.

Gerakan motorik kasar adalah kemampuan yang membutuhkan koordinasi sebagian besar bagian tubuh anak. Gerakan motorik kasar melibatkan aktivitas otot-otot besar, seperti otot tangan, otot kaki dan seluruh tubuh anak.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa gerakan motorik kasar adalah menggerakan berbagai bagian tubuh atas perintah otak dan mengatur gerkan badan terhadap macam-macam pengaruh dari luar dan dalam. Motorik kasar sangat penting dikuasai oleh sesorang karena bisa melakukan aktivitas sehari-hari, tanpa mempunyai gerak yang bagus akan ketinggalan dari orang lain seperti : berlari, melompat, mendorong, melempar,


(45)

menangkap, menendang, dan lain sebagainya, kegiatan itu memerlukan dan menggunakan otot-otot besar pada tubuh seseorang.

Dengan demikian yang dimaksud motorik kasar adalah kemampuan yang membutuhkan koordinasi bagian tubuh anak seperti mata, tangan, dan aktivitas otot kaki, dalam menyeimbangkan badan dan kekuatan kaki.

a. Unsur-unsur Motorik Kasar

Keterampilan motorik setiap orang pada dasarnya berbeda-beda tergantung pada banyaknya gerakan yang dikuasainya. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa keterampilan motorik kasar unsur-unsurnya identik dengan unsur yang dikembangkan dalam kebugaran jasmani pada umumnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Depdiknas dalam Lutan (1997: 1) bahwa perkembangan motorik merupakan perkembangan unsur kematangan dan pengendalian gerak tubuh.

b. Stimulasi motorik kasar yang bisa dilakukan:

1) Bermain kasti, basket, dan bola kaki. Kegiatan ini sangat baik untuk melatih keterampilan menggunakan otot kaki. Anak juga belajar mengenal adanya aturan main, sportivitas, kompetisi dan kerja sama dalam sebuah tim.

2) Berenang. Manfaat dari kegiatan ini sangat banyak karena melatih semua unsur motorik kasar anak. Anak pun mendapat pelajaran dan latihan mengenai perbedaan berat jenis maupun keseimbangan tubuh.


(46)

3) Lompat jauh. Manfaatnya hampir sama dengan bermain bola kaki dan sejenisnya. Pada kegiatan ini anak mendapatkan point plus, yaitu prediksi terhadap jarak.

4) Lari maraton. Manfaatnya mirip sekali dengan lompat jauh, hanya caranya yang berbeda.

5) Kegiatan outbound. Seperti halnya berenang, maka dengan

ber-outbound semua kemampuan motorik kasar dilatih. Malahan anak bisa mendapatkan hal yang lain, seperti keberanian, survival, dan

kedekatan dengan Maha Pencipta serta kesadaran pentingnya menjaga keharmonisan antara manusia dengan hewan dan tumbuhan.

G. Hukum Belajar

Dengan perkembangan pendidikan yang luas melihat persaingan di era globalisasi keberadaan guru sangat sentral dalam membentuk karakter anak didik menuju cita-cita dan masa depannya. Dalam sistem pendidikan nasional pemerintah melalui mentri pendidikan nasional bahwa pendidikan merupakan pondasi yang sangat penting untuk ditanamkan pada generasi penerus untuk bisa melanjutkan pembangunan bangsa kearah yang lebih baik lagi. Dalam undang-undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sisdiknas dan terakhir Undang-undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Selain itu beberapa Peraturan Pemerintah seperti PP No. 19 Tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan juga telah menjadi “guide” perlunya peningkatan profesionalisme guru dilakukan dalam rangka menjawab pendidikan yang berhubungan dengan peningkatan mutu dan relevansi pendidikan


(47)

.

Dasar, fungsi dan tujuan pendidikan yang sesuai dengan sistem pendidikan nasional undang-undang RI No.20 Tahun 2003 dalam pasal 2 dan 3 yaitu Bab II Pasal 2 tentang Pendidikan nasional berdasarkan Pancasila Dan Undang-Undang Dasar Negara Republic Indonesia Tahun 1945 dan Bab II pasal 3 tentang Pendidikan nasional berfungsi dalam pengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermatabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqawa kepada Tuhan Yang Maha Esa, bedrakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Thorndike dalam teori belajar behavioristik menjelaskan belajar itu adalah perubahan perilaku yang dapat diamati, diukur dan dinilai secara konkret. Perubahan terjadi melalui rangsangan (stimulans) yang menimbulkan hubungan perilaku reaktif (respon) berdasarkan hukum-hukum mekanistik. Berikut hukum-hukum belajar menurut Thorndike :

1. Hukum kesiapan “Law of Readiness”

Dalam belajar seseorang harus dalam keadaan siap dalam artian seseorang yang belajar harus dalam keadaan yang baik dan siap, jadi seseorang yang hendak belajar agar dalam belajarnya menuai keberhasilan maka seseorang dituntut untuk memiliki kesiapan, baik fisik dan psikis, siap fisik seperti seseorang tidak dalam keadaan sakit, yang mana bisa menagganggu kualitas konsentrasi. Adapun contoh dari siap psikis adalah seperti


(48)

seseorang yang jiwanya tidak lagi terganggu, seperti sakit jiwa dan lain-lain.

2. Hukum Latihan”Law of Exercise”

Untuk menghasilkan tindakan yang cocok dan memuaskan untuk merespon suatu stimulus maka seseorang harus mengadakan percobaan dan latihan yang berulang-ulang, adapun latihan atau pengulangan prilaku yang cocok yang telah ditemukan dalam belajar, maka ini merupakan bentuk peningkatan existensi dari perilaku yang cocok tersebut agar tindakan tersebut semakin kuat (Law of Use). Dalam suatu teknik agar seseorang dapat mentrasfer pesan yang telah ia dapat dari sort time memory ke long time memory ini di butuhkan pengulangan sebanyak-banyak nya dengan harapan pesan yang telah di dapat tidak mudah hilang dari benaknya.

f. Hukum Akibat “Law of Effect”

Setiap organisme memiliki respon sendiri-sendiri dalam menghadapi stimulus dan situasi yang baru, apabila suatu organisme telah menetukan respon atau tindakan yang melahirkan kepuasan dan keocokan dengan situasi maka hal ini pasti akan di pegang dan dilakuakn sewaktu-waktu ia di hadapakan dengan situasi yang sama. Sedangkan tingkah laku yang tidak melahirkan kepuasaan dalam menghadapi situasi dan stimulus maka respon yang seperti ini aka ditinggalkan selama-lamanya oleh pelaku. Hal ini terjadi secara otomatis bagi semua binantang (otomatisme).


(49)

H. Lempar Tangkap Bola Dalam Permainan Kasti 1. Pengertian lempar tangkap bola

Menurut Montolalu (2009: 739) lempar tangkap bola merupakan salah satu permainan yang menggunakan bola sebagai media. Permainan lempar tangkap bola ini seringkali diterapkan bagi anak usia dini dengan tujuan dapat melatih motorik. Media dalam permainan ini adalah bola, baik bola berukuran kecil maupun besar.

Gambar 2. Lempar tangkap bola

2. Permainan Kasti

Permainan bola kecil adalah permaian yang biasanya menggukana bola kecil atau alat seperti raket atau alat lian yang digunakan untuk memainkan bola tersebut. Permainan bola kecil ini daopat dilakukan secara beregu atau berkelompok,tergantuk pada jenis olahraganya. Contoh beberapa

permaianan bola kecil yang menggunakan alat pemukul atau raket sebagai penunjang permaianan adalah bulu tangkis (menggunakan raket), Tenis meja (menggunakan badge), Kasti (menggunakan alat pemukul bola).


(50)

Gambar 3. Lapangan kasti

3. Model Pembelajaran Lempar Tangkap Bola

Lingkaran silang, melempar tangkap bola dengan anggota berjumlah 4 orang dengan menggunakan 2 bola disudut yang bebeda. Cara bermainnya adalah bergeser ke arah kanan,diujung kiri melempar setinggi dada,setelah melempar lalu bergeser kesebelah kanan dan dilanjutkan melempar

setinggi kepala. Lempar kolong simpai. Permainan ini berbentuk garis panjang yang beranggotakan 8 orang dan hanya menggunakan satu bola. Cara permainan ini adalah melempar bola kedepan kesebrang arah yang terdapat simpai sebagai pembatas. Peraturan nya adalah bola yang menyebrang kearah lawan harus melewati tengah simpai,apabila tidak lolos melewati simpai maka lemparan dianggap gagal.

Lempar bola berekor garis lurus. Cara permainan ini adalah melempar bola melewati tali plastik yang terbentang lalu berlari menuju teman satu regu yang berada diseberang tali dan dari menuju posisi paling belakang hingga posisi kembali seperti awal. Lari segitiga, sepertinya namanya


(51)

permainan ini berbentuk segitiga dengan masing-masing pos memiliki tugas yang berbeda. Ada pos tunggu,pos lempar dan pos tangkap. Masing-masing peserta memiliki hak dan kewajiban yang sama. Permainan ini berjumlah 9 anggota.

Lari kotak 7 pos bentuk permainan ini adalah persegi, permain berjumlah 8 orang cara bermain nya adalah setiap pemain melepar bola kearah depan lalu lali menyebrang kearah penerima bola. Setiap pemain memiliki hak dan kewajiban yang sama yaitu setelah melempar lari kearah yang menangkap bola,setelah itu bergeser kekanan dan melakukan lemparan lagi lari kearah penangkap bola lalu bergeser kesebelah kanan lagi. Permainan ini terbagi menjadi dua kubu yang berbeda. Jarak antar kubu 10m. Pelempar bola harus melempar bola kearah kubu yang berlawanan dan tiba dikubu lawan sebelum bola sampai ditangan lawan. Jika

pelambung terlambat sampai dikubu lawan. Maka pelambung akan jadi tawanan oleh kubu penangkap. Permainan ini menggunakan sisti permainan catur, jadi apabola anggota regu lawan habis maka regu tersebut dinyatakan kalah.

I. Koordinasi

1. Pengertian Koordinasi

Menurut Schmidt (1988:265), koordinasi adalah perpaduan gerak dari dua atau lebih persendian, yang satu sama lainnya saling berkaitan dalam menghasilkan satu keterampilan gerak. Koordinasi neuromuskuler adalah


(52)

setiap gerak yang terjadi dalam ururtan dan waktu yang tepat serta gerakannya mengandung tenaga. Sebab terjadinya gerak timbul oleh kontraksi otot, dan otot berkontraksi karena adanya perintah yang diterima melalui sistem syaraf.

Koordinasi neuromuskuler meliputi koordinasi intramuskuler dan

intermuskuler. Koordinasi intramuskuler adalah kinerja dari seluruh serabut syaraf dan otot dalam setiap kerja otot yang berkontraksi secara maksimum. Kinerja otot tergantung dari interaksi serabut syaraf dan serabut otot di dalam otot itu sendiri.

2. Macam-macam Koordinasi

Pada dasarnya koordinasi dibedakan menjadi dua macam, yaitu koordinasi umum dan koordinasi khusus (Bompa,1994:322).

a. Koordinasi umum merupakan kemampuan seluruh tubuh dalam menyesuaikan dan mengatur gerakan secara simultan pada saat melakukan suatu gerak. Artinya, bahwa setiap gerak yang dilakukan melibatkan semua atau sebagian besar otot-otot, sistem syaraf, dan persendian. Untuk itu, koordinasi umum ini diperlukan adanya

keteraturan gerak dari beberapa anggota badan yang lainnya, agar gerak yang dilakukan dapat harmonis dan efektif sehingga dapat harmonis dan dapat menguasai keterampilan gerak yang dipelajari. Koordinasi umum merupakan unsur penting dalam penampilan motorik dan menunjukkan tingkat kemampuan yang dimiliki seseorang.


(53)

b. Koordinasi Khusus merupakan koordinasi antar beberapa anggota badan, yaitu kemampuan untuk mengkoordinasikan gerak dari sejumlah anggota badan secara simultan. Pada umumnya setiap teknik dalam cabang olahraga merupakan hasil perpaduan antara pandangan mata-tangan (hand eye coordination) dan kerja kaki (footwork). Ciri-ciri orang yang memiliki koordinasi khusus yang baik dalam menampilkan keterampilan teknik dapat secara harmonis, cepat, mudah, sempurna, tepat, dan luwes

Menurut Hofsab dalam Maezarni (2008:14) menyatakan bahwa

“koordinasi gerak mata dan tangan merupakan suatu gerakan yang sangat berkaitan satu dengan yang lainnya agar suatu pekerjaan dapat

terselesaikan dengan baik dan lancar, berurutan serta sesuai dengan keinginan”

3. Kegunaan koordinasi mata dan tangan dalam permainan kecil Koordinasi mata dengan tangan yang berhubungan dengan kemampuan memilih suatu objek dan mengkoordinasikannya (objek yang dilihat dengan gerakan-gerakan yang diatur). Koordinasi mata dan tangan menghendaki pengamatan yang tepat. Dengan adanya koordinasi yang baik,maka hasil dalam lemparan dan tamgkapan yang akan dihasilkan dalam permaianan bola kecil ini.

J. Kerangka Pikir

Bermain lempar tangkap bola dapat melatih kelenturan, koordinasi


(54)

emosional dan sosial anak. Dengan memberikan berbagai bentuk model bermain pada anak dapat meningkatkan ketertarikan terhadap anak agar tidak mudah bosan.

Permainan kasti merupakan permainan yang banyak diminati oleh anak usia sekolah dasar. Dalam kasti terdapat berbagai teknik dasar diantaranya adalah melempar dan menangkap bola. Melalui model bermain yang akan diberikan ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan koordinasi mata dan tangan anak.

K. Hipotesis

Hipotesis adalah dugaan atau jawaban sementara yang harus di uji

kebenarannya. Menurut Arikunto (2013: 64), Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap penelitian, sampai terbukti melalalui data yang terkumpul.

Ho1 : Ada perbedaan rata-rata skor test awal antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.

Ha1 : Tidak ada perbedaan rata-rata skor test awal antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.

Ho2 : Ada perbedaan rata-rata skor test ahir kelompok kontrol dan kelompok eksperimen?.

Ha2 : Tidak ada perbedaan rata-rata skor test ahir kelompok kontrol dan kelompok eksperimen?..


(55)

koordinasi mata dan tangan pada siswa kelas 3 SDN 4 Natar Lampung Selatan.

Ha3 : Tidak ada pengaruh model pembelajaran lempar tangkap bola terhadap peningkatan koordinasi mata dan tangan pada siswa kelas 3 SDN 4 Natar Lampung Selatan.


(56)

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Dalam memecahkan masalah sangat diperlukan suatu cara atau metode, karena metode merupakan faktor yang penting dalam menentukan

keberhasilan dari suatu penelitian terhadap subjek yang akan diteliti. Metode sendiri merupakan salah satu strategi yang digunakan peneliti, gunanya yaitu menghasilkan jawaban dari masalah yang akan diteliti. Menurut Sukardi (2013:93) metode penelitian adalah cara yang dilakukan secara sistematis mengikuti aturan-aturan, direncanakan oleh para peneliti untuk memecahkan permasalahan yang hidup dan berguna bagi masyarakat, maupun bagi peneliti sendiri, sedangkan menurut Sugiyono (2013:73) metodologi penelitian adalah prosedur atau langkah-langkah yang tersusun Secara sistematis untuk

mendapatkan pengetahuan ilmiah atau ilmu.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian eksperimen. Metode eksperimen dapat diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan (treatment) tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan. Metode eksperimen merupakan bagian dari metode kuantitatif yang mempunyai khas tersendiri terutama dengan adanya kelompok kontrol.


(57)

B.Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian di tarik kesimpulan. Menurut Arikunto (2013: 106) populasi adalah keseluruhan dari subyek penelitian. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas 3 SD N 4 Natar Lampung Selatan.

2. Sampel

Sampel merupakan bagian dari populasi yang mewakili dari populasi tersebut untuk diteliti.pengambilan sampel harus benar-benar representatif dan

mewakili. Menurut Arikunto (2013: 108) sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti. Apabila subyeknya kurang dari 100 lebih baik di ambil semua, sebaliknya jika subyeknya lebih dari 100 dapat di ambil antara 10-15% atau 20-25%. Berdasarkan pendapat diatas mengambil seluruh populasi sebagai sampel karena subyeknya hanya berjumlah 56 siswa.

C. Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah pretest-posttest kontrol group design. Pada desain ini terdapat pretest sebelum diberi perlakuan dengan demikian hasil perlakuan dapat diketahui lebih akurat, karena dapat


(58)

membandingkan dengan keadaan sebelum diberi perlakuan. Desain tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :

Tabel 1. Desain penelitian eksperimen

Subjek Tes Awal Treatment Tes Akhir

Kelompok eksperimen A1 X A2

Kelompok kontrol B1 __ B2

Keterangan :

A1 : tes awal kelompok eksperimen (sebelum diberi perlakuan) B1 : tes awal kelomok kontrol

X : treatment ( perlakuan) _ : tanpa perlakuan

A2 : tes akhir kelompok eksperimen (setelah diberi perlakuan) B2 : tes akhir kelompok kontrol.

D. Prosedur Penelitian

1. Dalam pelaksanaan penelitian, peneliti mula-mula melakukan pre tes terlebih dahulu untuk mengetahui hasil sementara, lalu mengelompokan subjek menjadi dua kelompok dengan cara membagi sesuai dengan ranking ( ordinal pairing) sehingga terjadi keseimbangan antara kedua kelompok. Kedua kelompok tersebut masing-masing yaitu kelompok eksperimen yang


(59)

diberi perlakuan X1 (model pembelajaran lempar tangkap). Dan kelompok kontrol yang tidak diberi perlakuan X2 .

pre test OP

Gambar 4. Skema pembagian kelompok Ordinal Pairing

2. Pertahankan semua kondisi kedua kelompok tersebut tetap sama, kecuali kelompok eksperimen dikenai perlakuan X1 (treatment) untuk jangka waktu tertentu.

3. Berikan post test kepada kedua kelompok tersebut yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

KE X1 Post Test

KK X2 Post Tes

A

1 2

3 B

7 5

6 4

9 8

10

Keterangan:

A : Kelompok Eksperimen (Ke)

B : Kelompok Kontrol (Kk)

1,2,3 Dst : Rangking (Tes Awal)


(60)

4. Hitung perbedaan hasil pre test dan pos test untuk masing-masing kelompok.

5. Bandingkan perbedaan tersebut, untuk menentukan apakah X1 berkaitan dengan perubahan lebih besar pada kelompok eksperimen.

6. Perbedaan yang ada apakah cukup signifikan untuk mengolah hipotesis nol (Ho).

E. Variabel Penelitian

Variabel penelitian merupakan himpunan beberapa gejala yang berfungsi sama dalam suatu masalah. Menurut Arikunto (2013:99) variabel penelitian adalah obyek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu : variabel bebas dan variabel terikat.

1. Variabel bebas

Variabel bebas adalah variabel yang nilai-nilainya tidak tergantung pada variabel lainnya yang berguna untuk meramalkan dan menerangkan nilai variabel yang disimbolkan dengan (X), adapun variabel bebas dalam penelitian ini yaitu model bermain lempar tangkap bola (X) .

2. Variabel terikat

Variabel terikat adalah variabel yang nilai-nilainya bergantung pada variabel lainnya dan merupakan variabel yang diterangkan nilainya dan dilambangkan dengan (Y). Dan variabel terikat dalam penelitian ini adalah peningkatan koordinasi mata dan tangan.


(61)

F. Definisi Oprasional 1. Lempar Tangkap Bola

Menurut Montolalu (2009: 7.39) lempar tangkap bola merupakan salah satu permainan yang menggunakan bola sebagai media. Permainan lempar

tangkap bola ini seringkali diterapkan bagi anak usia dini dengan tujuan dapat melatih motorik. Media dalam permainan ini adalah bola, baik bola

berukuran kecil maupun besar.

2. Koordinasi

Menurut Schmidt (1988:265) koordinasi adalah perpaduan gerak dari dua atau lebih persendian, yang satu sama lainnya saling berkaitan dalam

menghasilkan satu keterampilan gerak. Dimana komponen gerak terdiri dari energi, kontaksi otot, syaraf, tulang dan persendian merupakan koordinasi neuromuskuler.Menurut Hofsab dalam Maezarni (2008:14) menyatakan

bahwa “koordinasi gerak mata dan tangan merupakan suatu gerakan yang

sangat berkaitan satu dengan yang lainnya agar suatu pekerjaan dapat terselesaikan dengan baik dan lancar, berurutan serta sesuai dengan

keinginan”

3. Belajar Gerak

Pengertian belajar gerak tidak terlepas dari pengertian belajar pada umumnya, tetapi dalam belajar gerak mengandung karakteristik tertentu. Karakteristik tersebut berhubungan dengan domain tujuan belajar yang menjadi sasarannya yaitu menyangkut penguasaan keterampilan dan gerak tubuh.


(62)

4.Pendidikan Jasmani

Usaha pendidikan dengan menggunakan otot-otot besar hingga proses pendidikan berlangsung tidak terhambat oleh gangguan kesehatan dan pertumbuhan.

5. Permainan Kasti

Kasti adalah suatu permainan yang dimainkan oleh dua regu yang masing-masing regu terdiri dari 12 orang. Kasti adalah permainan yang berasal dari negeri Belanda. Pengertian kasti sebenarnya sudah cukup lama kita kenal, permainan tersebut dimainkan oleh anak.

G. Instrumen Penelitian

1. Untuk mengumpulkan data dari sampel dibutuhkan alat yang disebut instrumen. Arikunto (2013: 65) menyatakan bahwa instrumen yang sudah berdasarkan teori penyusunan instrumen, secara logis sudah valid. Untuk itu validitas logis dapat dicapai apabila instrumen disusun mengikuti ketentuan yang ada. Berikut adalah bentuk instrumen tes lempar tangkap bola tenis (Kirkendall: 1987:412).

a. Alat atau fasilitas : Bola tenis, kapur atau pita untuk membuat batas, sasaran berbentuk persegipanjang dengan ukuran panjang 250cm dan lebar 120cm dan tinggi dari lantai yaitu 130 cm, meteran dengan tingkat ketelitian 1 cm, stopwatch.


(63)

b. Gambar lapangan

Gambar 5. Instrument penelitian tes lempar tangkap bola ke dinding

Tabel 2. Gambar dan keterangan alat No Keterangan Gambar 1 Bola tenis

2 Pita pembatas


(64)

5 Stopwatch

c. Pelaksanaan: Berdiri tegak sejauh 250 cm dari dinding atau media lain untuk memantulkan bola tenis.

Dihitung jumlah pengulangan melempar dan menangkap bola dengan tangan berbeda, tanpa jatuh ke lantai selama 60 detik.

d. Skor: Skor yang dihitung adalah lemparan yang sah, yaitu lemparan yang mengenai sasaran dan dapat ditangkap kembali, serta pada pelaksanaan lempar dan tangkap bola peserta tidak menginjak garis batas. Sebuah lemparan akan memperoleh skor 1 apabila lemparan tersebut mengenai sasaran dan dapat ditangkap kembali dengan benar. Jumlah skor adalah keseluruhan hasil lempar tangkap bola dengan tangan yang sama dan tangan berbeda.

e. Tabel norma penilaian

Tabel. 3 Norma penilaian tes lempar tangkap bola

Kategori Putra Putri

Sangat Baik >35 >25

Baik 30 – 35 20 – 25

Sedang 24 – 29 14 – 19

Kurang 18 – 23 7 – 13


(65)

H. Pelaksanaan pembelajaran

Pelaksanaan pembelajara dilakukan selama kurang lebih 1 bulan setengah dengan perlakuan 3 kali dalam seminggu. Menurut Harsono (2001:194) mejelaskan jumlah latihan dalam seminggu sebaiknya dilakukan sebanyak 3 kali.

Tabel. 4 Model pembelajaran lempar tangkap N

o

Nama kegiatan/ Jumlah peserta

Formasi/Gambar Cara melakukan

1 Lingkaran silang/ 4 orang

Melempar tangkap bola dengan anggota

berjumlah 4 orang dengan menggunakan 2 bola disudut yang berbeda.Cara bermainnya adalah bergeser ke arah kanan,diujung kiri melempar setinggi dada,setelah melempar lalu bergeser kesebelah kanan dan dilanjutkan melempar setinggi kepala. Begitu selanjutnya dengan aturan geser dan melempar yang sama. 2 Lempar kolong

simpai/ 8 orang

Permainan ini

berbentuk garis panjang yang beranggotakan 8 orang. Dalam sekali permainan ini menggunakan 1 bola secara bergantian arah. Cara permainan ini adalah melempar bola kedepan kesebrang arah


(66)

yang terdapat simpai sebagai pembatas. Peraturan nya adalah bola yang menyebrang kearah lawan harus melewati tengah simpai, apabila tidak lolos melewati simpai maka lemparan

dianggap gagal, begitu juga bagi sipenerima bola juga harus menangkap dan tidak diperkenankan lolos dari genggaman tangan.

3 Lempar bola berekor garis lurus/ 8 orang

Dalam permainan ini 2 regu yang berbeda di sejajarkan posisinya, masing-masing regu dipisah menjadi 2 kubu, yaitu kubu kanan dan kubu kiri yang dipisahkan oleh tali plastik(rafia) yang terbentang setinggi 1,5m jarak lintasan nya adalah 10m. Cara permainan ini adalah melempar bola melewati tali plastik yang terbentang lalu berlari menuju teman satu regu yang berada diseberang tali dan dari menuju posisi paling belakang hingga posisi kembali seperti awal permainan. Regu yang kalah akan diberi hukuman.


(67)

4 Lempar tangkap bola berekor/ 6 orang

Permainan ini bertujuan untuk membangun kekompakan dan kerjasama sesama kelompok, dalam 1 regu dipisah menjadi 2 bagian. Lalu melempar bola berekor ke teman satu regu yang berada didepan. Dalam permainan ini terdapat kotak kardus yang menggantung. Bola berekor yang dilemparkan harus melewati kotak kardus tersebut dan sampai ditangan teman dengan tepat. Bola yang sah adalah bola yang berhasil melewati kardus.

5 Lari segitiga/ 9 orang

Permainan lempar tangkap bola yang ini menggunakan pola pola yang sedikit berbeda dari permainan sebelemnya. Seperti namanya permainan ini berbentuk segitiga dengan masing-masing pos memiliki tugas yang berbeda. Ada pos tunggu, pos lempar dan pos tangkap. Masing-masing peserta memiliki hak dan kewajiban yang sama. Permainan ini

berjumlah 9 anggota.

6 Lari kotak 7 pos/

Bentuk permainan ini adalah persegi, permain berjumlah 8 orang cara bermainnya adalah setiap pemain melepar


(68)

8 orang bola kearah depan lalu lari menyebrang kearah penerima bola. Setia pemain memiliki hak dan kewajiban yang sama yaitu setelah melempar lari kearah yang menangkap bola, setelah itu bergeser kekanan dan melakukan lemparan lagi lari kearah penangkap bola lalu bergeser kesebelah kanan lagi, begitu seteruhnya. Permainan ini tidak hanya

meningktakan koordinasi mata dan tangan siswa, tapi juga dapat meningkatkan konsentrasi siswa.

7 Lomba

Lambung Bola Sampai Kegaris Finish/ 3 orang Permainan ini menggunakan lintasan yang berbentuk layaknya lintasan lari. Pemain memiliki lintasannya masing-masing dan tidak diperkenankan melewati lintasan lawan. Dalam

permainan ini peserta harus melambungkan bola keatas mulai dari garis star sampai kegaris finish. Lemparan yang sah adalah lemparan yang melewati kepala. Apabila peserta keluar dari lintasan nya maka peserta harus kembali mengulang dari garis star.


(69)

1. Dalam pelaksanaan latihan terbagi dalam tiga tahap. Yaitu : a. Pemanasan Atau Warming Up

Dalam pelaksanaan pembelajaran pemanasan merupakan hal yang sangat penting dalam aktifitas fisik atau olahraga yang mana harus dilakukan guna mempersiapkan tubuh untuk beraktifitas.

b. Kegiatan Inti

Kegiatan inti merupakan pelaksanaan model bermain yang akan

diterapkan untuk menuju hasil peningkatan koordinasi mata dan tangan.

c. Penutup

Dalam suatu pembelajaran penutup adalah bentuk latihan yang

bertujuan untuk mengembalikan organ– organ tubuh kedalam keadaan

8 Lempar

Mangsa/ 10 orang

Permainan ini terbagi menjadi dua kubu yang berbeda. Jarak antar kubu 10m. Pelempar bola harus melempar bola kearah kubu yang berlawanan dan tiba dikubu lawan sebelum bola sampai ditangan lawan. Jika pelambung terlambat sampai dikubu lawan. Maka pelambung akan jadi tawanan oleh kubu penangkap. Begitu seterusnya hingga anggota salah satu kubu habis.


(70)

rileks. Penutupan ini dilakukan dengan cara relaksasi, evaluasi, pemberian motivasi, dan mendiskusikan kesulitan dalam latihan.

I. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang penulis gunakan yaitu dengan pengamatan (observasi). Sebagaimana yang telah diungkapkan oleh Sutrisno Hadi dalam Sugiyono (2013:203) bahwa observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Kemudian Sugiyono (2013: 203) menambahkan bahwa teknik pengumpulan data dengan observasi dugunakan bila, penelitian berkenaan dengan prilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar. Dalam penelitian ini observer bertugas mengamati responden sebelum dan sesudah diberi treatment.

J. Analisa Data 1. Uji Instrument

a. Uji Validitas

Perolehan1 Perolehan2

Perolehan1 Pearson Correlation 1 .834**

Sig. (2-tailed) .000

N 28 28

Perolehan2 Pearson Correlation .834** 1

Sig. (2-tailed) .000

N 28 28


(71)

Berdasarkan tabel nilai kritis untuk korelasi r Product – Moment dan berdasarkan dengan jumlah responden 28 orang serta taraf signifikasi 5% maka perolehan data per item dikatakan valid jika Pearson Correlation > 0,374. Perolehan 1 telah valid, karena Pearson Correlation bernilai 0,834 itu berarti Pearson Correlation > 0,374. Perolehan 2 telah valid, karena Pearson Correlation bernilai 1, itu berarti Pesrson Correlation > 0,374.

b. Uji Reabilitas

Menurut Suherman (1990:177), koefisien reliabilitas diinterpretasikan seperti yang terlihat pada Tabel Kriteria Reliabilitas berikut :

Tabel 5. Kriteria reliabilitas

Koefisien relibilitas (r11) Kriteria

r11≤ 0,20 sangat rendah

0,20 < r11≤ 0,40 Rendah 0,40 < r11≤ 0,60 Sedang 0,60 < r11≤ 0,80 Tinggi 0,80 < r11≤ 1,00 sangat tinggi

Berikut hasil uji reabilitas data :

Reliability Statistics Cronbach's

Alpha N of Items

.902 2

Menurut Suherman (1990:177), kita dapat menyatakan tinggi rendahnya reabilitas data ini dengan memperhatikan nilai Cronbach's Alpha pada


(72)

aplikasi SPSS. Karena koefisien reabilitas (Cronbach's Alpha pada SPSS) adalah 0,902 > 0,6 maka reabilitas instrumen non tes (angket) tersebut secara keseluruhan dapat dikatakan sangat tinggi.

tem-Total Statistics

Scale Mean if

Item Deleted

Scale Variance if

Item Deleted

Corrected

Item-Total Correlation

Cronbach's

Alpha if Item

Deleted

Perolehan1 11.75 18.935 .834 .a

Perolehan2 8.86 26.868 .834 .a

a. The value is negative due to a negative average covariance among items. This

violates reliability model assumptions. You may want to check item codings

Menurut Suherman (1990:177), kita dapat menyatakan tinggi rendahnya reabilitas data ini dengan memperhatikan nilai pada kolom corrected item total correlation di atas. Perolehan 1 reabilitasnya sangat tinggi, karena

Cronbach's Alpha nya 0,80 < 0,834 ≤ 1,00. Dan Perolehan 2 reabilitasnya juga sangat tinggi, karena Cronbach's Alpha nya 0,80 < 0,834

2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk memperoleh informasi apakah sampel memiliki varians yang homogen atau tidak. Menurut Sudjana (2005:250) untuk pengujian homgogenitas digunakan rumus sebagai berikut:

Terkecil Varians

Terbesar Varians

F

Membandingkan nilai F hitung dengan F tabel dengan rumus Dk pembilang : n-1 (untuk varians terbesar)


(73)

Dk penyebut : n-1 (untuk varians terkecil)

Taraf signifikan ( 0.05) maka dicari pada tabel F.

Didapat dari tabel F

Dengan kriteria pengujian

Jika : F hitung≥ F tabel berarti tidak homogen

F hitung ≤ F tabel berarti homogen

Pengujian homogenitas ini bila F hitung lebih kecil (<) dari F tabel maka data tersebut mempunyai varians yang homogen. Tapi sebaliknya bila

F hitung (>) dari F tabel maka kedua kelompok mempunyai varians yang berbeda.

3. Uji Normalitas

Uji normalitas adalah uji untuk melihat apakah data penelitian yang diperoleh mempunyai distribusi atau sebaran normal atau tidak. Untuk pengujian normalitas ini adalah menggunakan uji Liliefors. Langkah pengujiannya mengikuti prosedur Sudjana (2005: 466) yaitu : a. Pengamatan X1,X2,...,Xn dijadikan bilangan baku Z1,Z2,...,Zn

dengan menggunakan rumus

SD Zi

X x1

SD : Standar deviasi Z : Skor baku


(74)

x : Row skor X : Rata-rata

b. Untuk tiap bilangan baku ini dengan menggunakan daftar distribusi normal baku. Kemudian di hitung peluang F(Zi)P(ZZi)

c. Selanjutnya dihitung Z1,Z2,...,Zn yang lebih kecil atau sama dengan

i

Z kalau proporsi ini dinyatakan dengan S(Zi)maka

n Z yang Z Z Z banyaknya Z

S n i

i

 .. , ,..., ...

)

( 1 2

d. Hitung selisih F(Zi)S(Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya. e. Ambil harga paling besar di antara harga mutlak selisih tersebut.

Sebutlah harga terbesar ini dengan L0. Setelah harga L0, nilai hasil perhitungan tersebut dibandingkan dengan nilai kritis L0 untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan 0,05. bila harga L0 lebih kecil (<) dari L tabel maka data yang akan diolah tersebut berdistribusi normal sedangkan bila L0 lebih besar (>) dari L tabel, maka data tersebut tidak berdistribusi normal.

0

L < L tabel berarti normal

0

L > L tabel berarti tidak normal

4. Uji Hipotesis

Untuk menguji hipotesis maka diperlukan perhitungan uji t. Hasil uji t akan dikonsultasikan dengan tabel t. Jika t hitung lebih besar dari t tabel


(75)

maka hipotesis diterima. Namun jika t hitung lebih kecil dari t tabel maka hipotesis ditolak.

Menurut Sugiyono (2013: 197) Pengujian hipotesis yang sampelnya berkorelasi/berpasangan, misalnya membandingkan sebelum dan sesudah treatment atau perlakuan atau membandingkan kelompok kontrol dan kelompok eksperimen, maka digunakan t-test sample related dengan rumus : T =

             2 1 2 1 2 21 2 2 1 1 2 1 1 1 2 1 1 n n n n S n S n x x

5. Analisis uji pengaruh

Berdasarkan kenormalan atau tidaknya serta homogen atau tidaknya varians antara kedua kelompok latihan peregangan, maka analisis yang digunakan dapat dikemukakan berdasarkan alternatif. Menurut Sudjana, (2005 : 242) untuk menguji pengaruh pendekatan bermain terhadap kemampuan wall pass test adalah sebagai berikut:

Keterangan :

B = Rata-rata Selisih antara post test dan pretest.

D

S

= Standar deviasi nilai terbesar / nilai terkecil kelompok

n= Jumlah kelompok keterampilan gerak dasar n

D B ThitungS


(1)

x : Row skor X : Rata-rata

b. Untuk tiap bilangan baku ini dengan menggunakan daftar distribusi normal baku. Kemudian di hitung peluang F(Zi)P(ZZi)

c. Selanjutnya dihitung Z1,Z2,...,Zn yang lebih kecil atau sama dengan

i

Z kalau proporsi ini dinyatakan dengan S(Zi)maka

n

Z yang Z

Z Z banyaknya Z

S n i

i

 .. , ,..., ...

)

( 1 2

d. Hitung selisih F(Zi)S(Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya. e. Ambil harga paling besar di antara harga mutlak selisih tersebut.

Sebutlah harga terbesar ini dengan L0. Setelah harga L0, nilai hasil perhitungan tersebut dibandingkan dengan nilai kritis L0 untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan 0,05. bila harga L0 lebih kecil (<) dari L tabel maka data yang akan diolah tersebut berdistribusi normal sedangkan bila L0 lebih besar (>) dari L tabel, maka data tersebut tidak berdistribusi normal.

0

L < L tabel berarti normal

0

L > L tabel berarti tidak normal 4. Uji Hipotesis

Untuk menguji hipotesis maka diperlukan perhitungan uji t. Hasil uji t akan dikonsultasikan dengan tabel t. Jika t hitung lebih besar dari t tabel


(2)

maka hipotesis diterima. Namun jika t hitung lebih kecil dari t tabel maka hipotesis ditolak.

Menurut Sugiyono (2013: 197) Pengujian hipotesis yang sampelnya berkorelasi/berpasangan, misalnya membandingkan sebelum dan sesudah treatment atau perlakuan atau membandingkan kelompok kontrol dan kelompok eksperimen, maka digunakan t-test sample related dengan rumus : T =

             2 1 2 1 2 21 2 2 1 1 2 1 1 1 2 1 1 n n n n S n S n x x

5. Analisis uji pengaruh

Berdasarkan kenormalan atau tidaknya serta homogen atau tidaknya varians antara kedua kelompok latihan peregangan, maka analisis yang digunakan dapat dikemukakan berdasarkan alternatif. Menurut Sudjana, (2005 : 242) untuk menguji pengaruh pendekatan bermain terhadap kemampuan wall pass test adalah sebagai berikut:

Keterangan :

B = Rata-rata Selisih antara post test dan pretest. D

S

= Standar deviasi nilai terbesar / nilai terkecil kelompok n= Jumlah kelompok keterampilan gerak dasar

n D

B ThitungS


(3)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dari penelitian dan analisis data dari uji hipotesis dapat disimpulkan bahwa:

1. Terdapat pengaruh yang signifikan dari model pembelajaran lempar tangkap bola dalam permainan kasti terhadap peningkatan koordnasi mata dan tangan pada siswa kelas 3 SDN 4 Natar Lampung Selatan.

2. Terdapat berpedaan yang signifikan antara kelompok kontrol dan

kelompok eksperimen pada siswa kelas 3 SDN 4 Natar Lampug Selatan. 3. Terjadinya peningkatan yang signifikan pretest-postes pada kelompok

eksperimen dalam model pembelajaran lempar tangkap pada bola kasti.

B. Saran

Berdasarkan hasil dari penelitian ini, peneliti memberikan saran kepada :

1. Guru Penjaskes

Agar memberikan model pembelajaran ini kepada siswa, karena dapat memberikan peningkatan dalam koordinasi mata dan tangan yang dibutuhkan dalam permainan bola kasti untuk anak Sekolah Dasar (SD).


(4)

2. Sekolah

Dapat menyediakan sarana dan prasarana yang memadai untuk kelangsungan pembelajaran penjas terutama untuk pelajaran yang mengarah ke permainan karena sangat berguna bagi perkembangan motorik siswa.

3. Bagi Peneliti Lain

Dapat menciptakan model pembelajaran lain yang lebih menarik dan mendukung dalam pembelajaran penjaskes di sekolah khususnya permainan kasti.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2013. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Bompa, T.O. 1994. Total Training For Young Champion USA: Human Kinetichs BSNP. 2006. Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan

Pendidikan Menengah. Jakarta: BP. Cipta Jaya.

Depdiknas. 2003. “Pedoman Praktis Bermain Bulutangkis”. Departemen Pendidikan Nasional.

Dimyati dan Mudjiono. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta Harsono. 2001. Coaching dan Aspek-Aspek Pskologis dalam Coaching. Jakarta:

CV. Tambak Kusuma.

Hurlock, E.B. 1978. Child Growth and Development. New Delhi: Tata McGrawhall. Husdarta dan Saputra, Y.M. 2002, Belajar dan Pembelajaran Departemen

Pendidikan Nasional Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah, Dikjen Olahraga.

Kirkendall 1987 . Measurement and Evaluation For Physical Educators (Second Edision) Human Kinetics Publishers, Ine Champaign, Ilinois.

Lutan, R. 1997. Belajar Keterampilan Motorik. Jakarta: Depdiknas.

Furqon, M.H. 2008. Mendidik Anak dengan Bermain (Buku Pegangan Guru Penjasdi Sekolah Dasar). Surakarta : Universitas Sebelas Maret. Maizarni, Sri. 2008 . Meningkatkan Gerak Mata dan Tangan pada Anak

Tunagrahita.Skripsi. Padang: FIP UNP.

Moeslichatoen, R. 2004 . Metode Pengajaran Di Taman Kanak-kanak. Jakarta: PT Rineka Cipta.


(6)

Montolalu. 2009. Bermain dan Permainan Anak. Jakarta: Universitas Terbuka. Mutohir, C.T. dan Lutan, R.1997. “Pendidikan Jasmani dan Kesehatan”.

Departemen Pendidikan Nasional.

Mutohir, C.T. dan Gusril. 2001. Perkembangan Motorik pada Anak-Anak. Jakarta: Depdiknas

Sagala, S. 2010. Konsep dan Makna Pembelajaran. Alfabeta. Bandung.

Sardiman, A.M. 1994. Iteraksi dan Motifasi Belajar Mengajar. Bandung: Rajawali press.

Schmidt A. R. 1988. Motor Control and Learning: A Behavioral Emphasis. Edisi ke-2. Champaign Illinois: Human Kinetics Publishers, Inc.

Sudjana, N. 2005. Metode Statistika Edisi keenam. PT. Tarsito. Bandung.

Sudono, A. 2000. Sumber Belajar dan Alat Permainan untuk Pendidikan Usia Dini. Jakarta: PT Grasindo

Sugiyono. 2013 . Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: ALFABETA

Suherman, E. 1990 Evaluasi Pendidikan Matematika, Bandun: Wijaya Kusuma. Sukardi. 2013 . Metode Penelitian Penelitian Pendidikan Tindakan

Kelas,Implementasi dan Pengembangannya. Jakarta: PT. Bumi Aksara Sukintaka .2004 . Teori Pendidikan Jasmani ; Filosopi Pembelajaran Dan

Masa Depan, Bandung, nuansa

Suparman, E. 2000. Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta. Suranto, Heru. 1994. Pengetahuan pendidikan jasmani dan kesehatan. Jakarta: PT

Rineka Cipta.

Undang-undang Republik Indonesia,No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Penjelasannya. sinar grafika.


Dokumen yang terkait

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INDUKTIF DENGAN MEDIA GAMBAR PADA MATA PELAJARAN PKn KELAS IV SDN 08 METRO SELATAN TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 11 69

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN LEMPAR TANGKAP BOLA KASTI PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 1 RAJABASA JAYA TAHUN PELAJARAN 2011/2012

1 13 57

PENINGKATAN KEMAMPUAN GERAK DASAR MEMUKUL BOLA DALAM BERMAIN KASTI DENGAN MENGGUNAKAN ALAT MODIFIKASI BOTOL PLASTIK PADA SISWA KELAS IV SDN 4 REJOSARI NATAR TAHUN PELAJARAN 2011/2012

1 5 37

PENINGKATAN KEMAMPUAN GERAK DASAR MEMUKUL BOLA DALAM BERMAIN KASTI DENGAN MENGGUNAKAN ALAT MODIFIKASI BOTOL PLASTIK PADA SISWA KELAS IV SDN 4 REJOSARI NATAR TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 4 47

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN IPS MENGGUNAKAN MEDIA GRAFIS PADA SISWA KELAS V SDN 3 NEGARARATU KECAMATAN NATAR

0 6 19

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR SISWA MELALUI MEDIA REALIA PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS IV SDN I CANDIMAS KECAMATAN NATAR KABUPATEN LAMPUNG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 2 35

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MEDIA LKS PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS IV SDN MANDAH KEC. NATAR LAMPUNG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 4 31

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MURDER TERHADAP PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS VII A SMP NEGERI 3 TUMIJAJAR TAHUN AJARAN 2014/2015

3 16 60

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEMPAR TANGKAP TERHADAP PENINGKATAN KOORDINASI MATA DAN TANGAN PEMAIN KASTI PADA SISWA KELAS 3 SDN 4 NATAR LAMPUNG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2014/2015

3 34 79

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN GALLERY WALK TERHADAP MINAT BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN SEJARAH KELAS XI IIS 3 DI SMAN 1 NATAR TAHUN PELAJARAN 2014/2015

5 21 61