Faktor Kebutuhan Realitas Historis terhadap Penguatan Citra Rahmat Islam

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 154 Islam”. Abu Zayd memfokuskan perhatian pada problem-problem kontemporer abad XX dengan tujuh topik yang dilengkapi oleh eksplorasi dua kasus di Indonesia dan Iran. 216 Problem-problem tesebut menuntut adanya solusi. Sebagian solusi ini sudah diberikan oleh para tokoh pemikir dan aktivis di kalangan muslim sesuai dengan kapasitas, selera pendekatan, dan coak gerakan yang digunakan oleh mereka sebagaimana penjelasan di muka. Sebagian dari mereka berkapasitas intelektual organik dan sebagian lainnya berkapasitas intelektual non-organik. Sebagian dari mereka menggunakan pendekatan tafsir normatif dan sebagian lainnya menggunakan pendekatan interdisipliner atau multidisipliner. Sebagian dari mereka menggunakan corak gerakan reformis dan sebagian lainnya menggunakan corak gerakan progresif. Variasi solusi tesebut merupakan bentuk-bentuk kontribusi yang berharga bagi lingkungan internal umat Islam maupun dalam konteks Islam sebagai agama rahmat bagi seluruh alam semesta. Pada sisi lain, terdapat peluang solusi dari aspek yang mampu mengurai skat-skat egoisme dan menghubungkan idealisme ideologis kelompok-kelompok muslim di berbagai belahan dunia. Pada sisi inilah sufisme dakwah berposisi urgen untuk memenuhi kebutuhan progresif terhadap pendekatan “problem solving” internal umat Islam. Sufisme dakwah menyediakan perangkat dedikasi yang bersumber dari kedalaman ih}san. Dengan ih}san ini muslim pemikir dan aktivis dalam pelaksanaan dakwah berekspresi sebagai pelomba dalam kebajikan dan terbebas dari perbuatan 216 Abu Zayd, Reformation of Islamic Thought: A Critical Historical Analysis, 37-79. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 155 zalim 217 , menghiasi diri dengan akhlak yang luhur dan keluar dari akhlak yang rendah 218 , merealisasikan keseimbangan jiwanya sehingga timbul kemampuannya menghadapi berbagai masalah kehidupan, bersikap moderat dan tidak terjerat oleh hawa nafsu 219 , dan menempatkan seluruh kontribusi ke dalam landasan moral. 220

4. Eksistensi Sufisme Dakwah pada Era Kontemporer

Eksistensi sufisme dakwah dalam sejarah memperlihatkan sosoknya yang signifikan dalam ekspansi Islam ke berbagai belahan dunia. Menurut John Renard, sufisme merupakan bagian signifikan dalam pengalaman kesejarahan muslim. Secara mudah, buku teks mendefinisikan sufisme sebagai “ekspresi mistis keimanan Islam. 221 Lebih jauh menurut Marshall G.S. Hodgson, sufisme merupakan arus utama tatanan sosial internasional. Dalam sufisme ini hubungan internasional diberi dukungan moral yang kuat, ketika shari ‘ah sudah disediakan dan perguruan tinggi berbasis madrasah membantu untuk mempertahankan dalam bentuk konkret hubungan tesebut. 222 Pada tempat pertama, banyak tarekat berskala internasional dan minimal pada awalnya ada subordinasi tertentu Pirs dan khaniqah, zawiyah pada jarak ke markas pimpinan tarekat, biasanya di makam pendirinya. Dengan cara ini, beberapa tarekat membentuk jaringan erat otoritas yang fleksibel yang tidak memperhatikan batas-batas politik pada saat itu dan mudah diperluas ke daerah- 217 Ibn Taymiyah, Al-I ma n, 11. 218 Al-Taftazani, Madkhal ila al-Tas } awwuf al-Isla mi, 168-169. 219 Ibid., j. 220 Ibid., 11. 221 John Renard, Seven Doors to Islam: Spirituality and the Religious Life of Muslims Berkeley: University of California Press, 1996, 307. 222 Marshall G.S. Hodgson, The Venture of Islam: Conscience and History in a World Civilization Volume 2: The Expansion of Islam in the Middle Periods Chicago: The University of Chicago Press, 1977, 220.