Eksistensi Sufisme Dakwah pada Era Kontemporer

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 159 India dan Timur Tengah dimainkan oleh Abu al-H}asan `Ali Nadwi yang memiliki latar belakang keluarga Naqshbandi, tetapi eksistensinya adalah sebagai wakil dari Jama`at Tabligh gerakan reformis inspirasi Sufi. Gerakan ini mendidik masyarakat marginal dan mereformasi praktik agama dan secara tegas menolak model tasawuf yang mengultuskan orang-orang suci marabouts, saint. 226 Peran kedua, sufisme mendorong wawasan hidup menjadi moderat dan tidak bersikap sombong pada orang lain peran motivasi. Peran ini dapat ditemui pada dua fakta: 1 sikap akomodatif sufisme terhadap rezim baru di Iran dan 2 pengembangan bentuk unik asosiasi sukarela lokal di Mesir dan Mali Afrika Barat. Pada fakta pertama, sebagaimana dijelaskan oleh Matthijs van den Bos, tarekat-tarekat sufi di bawah rezim revolusioner Islam di Iran saat ini dan di bawah modernisasi Pahlavi telah menemukan berbagai cara untuk mengakomodasi rezim baru dan mayoritas sufi Iran mempertahankan sikap zuhd. Di sisi lain, ditemukan oleh van den Bos bahwa sufi Iran menampilkan sikap responsip dalam Sosiologi Spiritual karya Tanhai terhadap Sosiologi Islam militan karya Ali Shari`ati yang memberikan dorongan intelektual untuk revolusi Iran pada akhir tahun 1970. 227 Pada fakta kedua, sebagaimana kajian Rachida Chih, tarekat Muridiyah, tarekat Tijaniyah, dan tarekat-tarekat lainnya telah mengembangkan bentuk unik dari asosiasi sukarela lokal dairah di kota-kota Mesir 228 yang saling terkait untuk para anggota perkotaan. Di Mali Afrika Barat, sebagaimana catatan 226 Itzchak Weismann, “Sufi Fundamentalism between India and the Middle East,” dalam Bruinessen dan Howell eds., Sufism and the ‘Modern’ in Islam, 115-128. 227 Matthijs van den Bos, “Elements of Neo-traditional Sufism in Iran,” dalam Bruinessen dan Howell eds., Ibid., 61-76. 228 Chih, “What is a Sufi Order?…” dalam Bruinessen dan Howell eds., Ibid., 21-38. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 160 Benjamin Soares, banyak orang penganut yang memiliki hubungan dari tarekat Qadiriyah dan tarekat Tijaniyah beberapa saint orang suci yang diyakini memiliki karunia supranatural. Suatu jenis baru saint sufi menjadi unggulan publik bintang media yang kharismatik. Gaya hidupnya memainkan peran dalam budaya kaum muda urban modern yang merepresentasi sebuah perubahan dengan jenis tradisional marabout. 229 Peran ketiga, kontribusi sufisme dalam penciptaan rahmat Islam bagi seluruh alam semesta peran kontribusi universal. Peran ini dapat ditemui pada fakta-fakta: 1 tasawuf sebagai varitas transnasionalisme, 2 penekanan sufisme sebagai khidmat, dan 3 relasi globalisasi, transnasionalisme, dan hibriditas. Pada fakta pertama, dukungan komunikasi modern dan signifikansi fenomena diaspora Muslim di seluruh dunia memperkenalkan modalitas baru keterhubungan global yang dapat disebut varitas transnasionalisme. Inovasi teknologi dan sosial ini dapat digunakan untuk merajut jaringan kebersamaan sufi yang bekerja di luar negeri, pelancong bisnis internasional, keluarga migran dan shaykh yang berpindah tempat menjadi keseluruhan sebagai komunitas transnasional. Gerakan Mouride dari Senegal, yang dijelaskan oleh OBrien, Copans, dan Villalon, merupakan tarekat yang berpindah-pindah di mana keanggotaan tarekat, perdagangan, dan migrasi internasional terkoneksi erat. Demikian juga komunitas imigran Asia Selatan dan Turki di Eropa Barat dan Australia menemukan jaringan Sufi transplantasi di negara asal. Pada bagian lain, ekspansi geografis yang cepat cabang Fethullah Gülen dari gerakan Nurcu Turki ke Asia Tengah 229 Benjamin F. Soares, “Saint and Sufi in Contemporary Mali,” dalam Bruinessen dan Howell eds., Ibid., 76-91. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 161 merupakan adaptasi yang sangat sukses dari gerakan yang terinspirasi oleh sufisme di kawasan bekas blok sosialis. 230 Bentuk lain yang lebih dinamis adalah tarekat Naqshbandi Haqqani. Murshid dan khalifah utamanya sangat mobil dan mengawasi para pengikutnya di seluruh dunia. Hubungan dekat yang berkelanjutan dibangun melalui situs yang dikelola di Amerika Utara, komunikasi elektronik lainnya, serta frekuensi kunjungan pimpinan spiritualnya. 231 Bentuk lainnya lagi yang paling dinamis adalah Jama`at Tabligh India. Dengan semangat reformasi tasawuf melalui upaya mendidik masyarakat marginal dan mereformasi praktik agama, Jama`at Tabligh telah berkembang menjadi gerakan paling benar-benar transnasional dalam Islam. 232 Pada fakta kedua, dalam penelitian Silverstein, tarekat Naqshbandiyah di Turki, seperti tarekat Khalwatiyah Mesir, memiliki repertoar persediaan pedoman praktik ritual dan teknik spiritual. Tarekat Naqshbandiyah ini menekankan praktik pendisiplinan, terutama sohbet obrolan, chatting. Dia juga menunjukkan penekanan tarekat pada hizmet hidmat, dedikasi, sebagai pelayanan kepada masyarakat. Basis hizmet menjadi penggerak para anggota Naqshbandi Turki dalam aspek-aspek kehidupan. Komunitas ini menunjukkan sebuah adaptasi yang lebih radikal dan memainkan peran penting dalam aspek politik dan ekonomi negara selama dekade-dekade terakhir. Fenomena ini terkait dengan tarekat sufi sebagai hasil dari perkembangan internal sejak sebelum periode Kemal. 233 230 Villalón, “Sufi Modernities in Contemporary Senegal: …,” 172-191. 231 Damrel, “Aspects of the Naqshbandi–Haqqani Order in North America,” dalam Hinnels dan Malik eds., Sufism in the West, 115-126; Nielsen, Draper, dan Yemelianova, “Transnational Sufism: The Haqqaniyya,” dalam Hinnels dan Malik eds., Ibid., 103-114. 232 Weismann, “Sufi Fundamentalism between India and the Middle East,” 115-128. 233 Silverstein, “Sufism and Modernity in Turkey:…,” 39-60. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 162 Pada fakta ketiga, tema sentral sufisme era kontemporer adalah globalisasi, transnasionalisme, dan hibriditas. Hal ini ditunjukkan oleh penelitian-penelitian Pnina Werbner, Julia Day Howell, Patrick Haenni dan Raphaël Voix, dan Celia Genn. Werbner membahas sejumlah kelompok Sufi Pakistan British yang cukup ortodoks dari jaringan Sufi yang berbasis di Pakistan ke formasi lokal hybrid yang mencerminkan berbagai pengaruh intelektual dan spiritual. Sufi Inggris memberikan bentuk sosialitas intim antara orang-orang yang tidak saling kenal dengan baik. 234 Howell mengungkapkan minat yang marak terhadap tasawuf di kalangan kelas terdidik di ibukota Indonesia, Jakarta, sebagai representasi pemulihan hubungan elit modernisasi muslim dengan sufisme. Dia menjelaskan bahwa rekonsiliasi ini dipengaruhi oleh para tokoh berpengaruh di kalangan muslim Indonesia yang piawai dengan kritik kesarjanaan global yang kritis. Dia juga menjelaskan bahwa warga urban membentuk jaringan Sufi yang menghubungkan tarekat-tarekat sufi dan berbagai penyedia layanan spiritual; yayasan pendidikan berbasis masjid untuk kesehatan alternatif dan kelompok psikologi spiritual yang menjangkau pasar spiritual global. 235 Haenni dan Voix mencatat perkembangan yang sangat mirip antara bagian- bagian dari borjuis Maroko yang dipengaruhi oleh budaya Barat yang ditemukan di tarekat Budchichiyah sebuah tradisi spiritual adat yang menarik. Tarekat ini juga memperluas di antara orang-orang Barat dengan minat yang sama dalam spiritualisme oriental ketimuran. Kajian Haenni dan Voix ini dan kajian Howell di atas mengungkapkan bahwa kelas menengah dan kaum urban elit di Indonesia 234 Werbner, “Intimate Disciples in the Modern World:…,” 195-216. 235 Howell, “Modernity and Islamic Spirituality in Indonesia’s New Sufi Networks,” 217-240. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 163 dan Maroko menjalankan otonomi yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam kehidupan spiritual mereka, bahkan dalam beberapa kasus, beberapa model praktik dari tradisi esoteris lain berasimilasi dengan Islam melalui pemahaman mereka dari warisan Sufi Islam. 236 Genn mencontohkan cara lain tasawuf Gerakan Sufi Internasional Hazrat Inayat Khan yang terbuka terhadap budaya non-Muslim yang tidak memerlukan konversi agama. Gerakan ini dibangun di atas tradisi keterbukaan di kalangan Sufi Chishtiyah India Selatan ke Hindu dan Sikh. Sebagai organisasi formal modern, ISM dan cabang-cabangnya telah mampu mengatur pengajaran spiritual yang sangat personalistik. 237 Gerakan Hazrat Inayat Khan memperlihatkan keterbukaan pintu besar spiritualisme dalam sufisme Islam yang mewadahi spiritualitas agama-agama lain tanpa konversi agama. Pintu besar spiritualisme ini hampir sama dengan konsep “puncak esoterisne agama-agama” menurut versi Frithjof Schuon dalam bukunya The Transcendent Unity of Religions. 238 Puncak esoterisne tersebut merupakan kesatuan transenden agama-agama dan oleh karenanya dapat menjadi wadah komunikasi yang mempertemukan spiritualisme agama-agama. 239 Dapat mungkin terjadi sebuah aliran spiritualisme agama tertentu, yang menyediakan pintu terbuka bagi spiritualisme agama-agama lain, menerima kehadiran pemeluk agama-agama lain untuk menjadi peserta aktivitas spiritualnya tanpa konversi agama. Lebih jauh, 236 Haenni dan Voix, “God by All Means:..,” 241-256. 237 Genn, “The Development of a Modern Western Sufism,” 257-278. 238 Frithjof Schuon, The Transcendent Unity of Religions New York: Harper and Row, 1975. 239 Sebagai pengayaan wawasan, terdapat karya-karya spiritualisme klasik lintas sebagaimana dikaji dalam 50 Spiritual Classics: 50 Great Books of Inner Discovery, Enlightenment and Purpose Tom Butler-Bowdon - London Boston: Nicholas Brealey. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 164 bagi tradisi baru dialog antariman pada era kontemporer ini, konsep “puncak esoterisme” tersebut dapat digunakan sebagai pintu masuk bagi dialog antaragama. Pada akhirnya dari pembahasan tentang kajian teori ini penulis menyajikan visualisasi grafisnya ke dalam gambar skema theoretical framework berikut ini. Gambar 2.2 Skema Theoretical Framework Sufisme Dakwah Era Kontemporer Sumber: Sokhi Huda, 2016. SISTEM AJARAN ISLAM Aqidah Shari‘ah AkhlaqTasawuf

2. Teori Pendekatan Dakwah:

a. Pendekatan Dakwah dari Segi Orientasi b. Pendekatan Dakwah dari Segi Kategori c. Stategi, Metode, Teknik, dan Taktik Dakwah

1. Teori Sufisme:

a. Doktrin Pokok Tasawuf b. Ekspresi Keperilakuan Sufisme c. Makna Instrumental Spiritualisme

3. Komponen Pendekatan Sufisme Dakwah:

a. Landasan Teologis b. Perangkat Spiritual c. Manifestasi Akhlak d. Orientasi Praksis

5. Sufisme Dakwah Era Kontemporer:

a. Urgensi Sufisme Dakwah Era Kontemporer b. Eksistensi Sufisme Dakwah Era Kontemporer

4. Era Kontemporer:

a. Era Kontemporer Global b. Era Kontemporer di Dunia Islam: digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 165

BAB III M. FETHULLAH GÜLEN DALAM DINAMIKA

DAKWAH KONTEMPORER

A. Biografi M. Fethullah Gülen dan Karir Dakwahnya

Muhammad Fethullah Gülen adalah seorang tokoh besar Islam kontemporer berkebangsaan Turki yang beraliran Sunni-Hanafi dengan pengaruh utama pemikiran Said Nursi 1878-1960. Perhatian utamanya adalah pemikiran Islam ortodoks, konservatisme Islam, pendidikan, dialog anaragama dan antarbudaya, dan tasawuf sebagai spirit sentralnya. 1 Spirit inilah yang menjadi motor utama gerakan dakwahnya ke berbagai penjuru dunia melalui gerakan “hizmet”-nya. Seiring dengan laju seleksi sejarah, Gülen dianugerahi sebagai tokoh intelektual nomor 1 di dunia, menang telak atas 99 tokoh lainnya dari 100 tokoh intelektual, dengan perolehan lebih dari 500.000 suara masyarakat global menurut versi survei majalah The Guardian, 23 Juni 2008. 2 Hal ini menarik untuk ditelusuri lebih jauh tentang biografi, sumber-sumber pemikiran, teologi, proyek utama, inspirasi dan daya kembang gerakan, serta pengaruh dan kontribusinya untuk Turki sendiri, Islam, dan masyarakat global. 1 Pim Valkenberg, Renewing Islam by Service: A Christian Wiew of Faethullah Gülen and Hizmet Movement Washington, D.C.: The Catholic University of America Press, 2015, 131; Omair Anas et.al., “Fethullah Gülen Movement in South Asia,” Indian council of World Affairs Issue Brief, 5 October 2016, 1; Greg Barton, “Preaching by Example and Learning for Life: Understanding the Gülen Hizmet in the Global Context of Religious Philanthropy and Civil Religion,” dalam Ihsan Yilmaz conf. coord., Muslim World in Transition: Contributions of the Gülen Movement International Gülen Conference Proceedings, London, United Kingdom, 25-27 October 2007 London: Leed Metropolitan University Press, 2007, 654. 2 Daniel W. Skubik, “Fethullah Gülen, Islamic Banking and Global Finance,” A Paper Prepared for the Fourth Conference on International Corporate Responsibility, Doha, Qatar, 16-18 November 2008, 1. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 166 Gülen pada perkembangan hidupnya menjadi tokoh besar dan mencapai strata puncak ketokohannya di tingkat global. Pemikiran dan aktivitasnya sebagai tokoh memungkinkan dirinya menjadi subjek penting dalam berbagai ruang media, kajian ilmiah, komentar ahli, sampai pada respons dinamis dari para tokoh agama, budaya, dan politisi, termasuk di Turki sendiri sebagai kawasan asalnya. Oleh karena itu, pembahasan tentang biografi M. Fethullah Gülen ini niscaya melibatkan hal-hal penting yang terkait dengan statusnya sebagai tokoh dunia. Dalam hal ini pembahasan meliputi lima poin, yaitu: a profil utama, b kronologi karir sebagai juru dakwah, c publikasi karya, d dialektika sosial dan politik di Turki, dan e penerimaan penghargaan. Pada akhirnya lima poin ini menjadi bahan kronologi kehidupan Gülen sebagaimana terlampir.

1. Profil M. Fethullah Gülen

Muhammad Fethullah Gülen lahir di desa Korucuk, dekat Erzurum, pada 27 April 1941. 3 Ayahnya adalah seorang imam. 4 Ibunya mengajarkan al-Qur’an di desa mereka, meskipun pelajaran agama informal dilarang oleh pemerintah Kemal. 5 Dia khatam al-Qur’an ketika berusia sekitar empat tahun, hafal al- Qur’an ketika berusia 12 tahun, dan hafal 90 jilid kitab. 6 3 Gürkan Çelik, The Gülen Movement Delft, Netherlands: Eburon Academic Publishers, 2010. 42; Pim Valkenberg, Renewing Islam by Service: A Christian Wiew of Faethullah Gülen and Hizmet Movement Washington, D.C.: The Catholic University of America Press, 2015, 72–73; Walter H. Wagner, Beginnings and Endings, Prologue Clifton, New Jersey: Blue Dome Press. 2013. 2. 4 Helen Rose Ebaugh, The Gülen Movement New York: Springer Science Business Media, 2010, 23. 5 Ibid., 24. 6 Wawancara dengan Ali Unal di kantor Fethullah Gülen Chair FGC UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, pada 15 Januari 2014, sekitar pukul 09.45-11.30 WIB. Dia adalah kepala FGC, murid langsung Fethullah Gülen, dan sering terlibat sebagai penerjemah karya-karya dan hasil wawancaranya ke dalam bahasa Inggris. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 167 Pendidikan formal Gülen diawali di desa kelahirannya, dan setelah keluarganya pindah ke desa tetangga, Gülen mulai belajar agama secara informal dari ayahnya sendiri, serta guru-guru sufi seperti Muhammad Lutfi Effendi, Haci Sıtkı, Sadi Effendi, dan Osman Bektaş. Latar belakang pendidikan agama Gülen dipenuhi oleh nilai-nilai kebajikan yang dicontohkan secara langsung oleh para gurunya. Pendidikan formal Gülen berhenti ketika keluarganya pindah daerah. 7 Ia hidup dalam asuhan orang tua yang sangat religius dan mementingkan pendidikan Islam. 8 Dia mengambil bagian dalam pendidikan Islam di beberapa madrasah Erzurum 9 dan dia memberi khutbah pertamanya ketika berusia 14 tahun. Gülen dipengaruhi oleh ide-ide dari Said Nursi. 10 Menurut Hakan Yavuz, dalam perbandingan terhadap Gülen untuk pengikut Said Nursi yang terinspirasi oleh Risale-i Nur gerakan nur, Gülen lebih berorientasi nasionalis Turki dalam pemikirannya. Selain itu, dia lebih berorientasi kenegaraan dan lebih peduli terhadap ekonomi pasar dan kebijakan ekonomi neo-liberal. 11 Dalam kaitan hal ini Oxford Analytica menjelaskan: Gülen put Nursis ideas into practice when he was transferred to a mosque in Izmir in 1966. Izmir is a city where political Islam never took root. However, the business and professional middle class came to resent the constraints of a state bureaucracy under whose wings it had grown, and supported market-friendly policies, while preserving at least some elements of a conservative lifestyle. Such businessmen were largely pro-Western, because it was Western mainly U.S. influence, which had persuaded the 7 Ibid., 23; Martin E. Marty ed., Who is Fethullah Gülen, Hizmet Means Service Oakland, California: University of California Press, 2015. 20. 8 Dogu Ergil, Fethullah Gülen the Gülen Movement in 100 Questions Izmir: Caglayan, 2012, 1 9 Gülen-Years of Education. fGülen.com 17 Nopember 2016. 10 Michael J. Fontenot and Karen Fontenot,The Gülen Movement: Communicating Modernization, Tolerance, and Dialogue in the Islamic World, The International Journal of the Humanities, Volume 6, Issue 12: 67-78. 11 Religioscope - JFM Recherches et Analyses. Religioscope: The Gülen Movement: A Modern Expression of Turkish Islam - Interview with Hakan Yavuz. Religion.info. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 168 government to allow free elections for the first time in 1950 [sic] and U.S. aid, which had primed the pump of economic growth. 12 Gülen menempatkan ide-ide Nursi dalam praktik ketika ia dipindahkan ke sebuah masjid di Izmir pada tahun 1966. Izmir adalah kota di mana Islam politik tidak pernah mengambil akar. Namun, kelas menengah bisnis dan profesional hadir untuk membenci kendala dari birokrasi negara yang di bawah sayapnya hal itu telah tumbuh, dan mendukung kebijakan yang ramah pasar, sambil menjaga beberapa elemen dari gaya hidup konservatif. Pengusaha tersebut sebagian besar pro-Barat, karena hal itu merupakan pengaruh Barat terutama Amerika Serikat, yang telah membujuk pemerintah untuk memungkinkan pemilihan umum yang bebas untuk pertama kalinya pada tahun 1950 [sic] dan bantuan AS, yang telah memancing pompa pertumbuhan ekonomi. Dari tahun 1988 M sampai 1991 M Gülen memberikan serangkaian khutbah di masjid-masjid populer di kota-kota besar. Hal ini dilaksanakan oleh Gülen setelah pensiun dari tugas dakwah resmi pada tahun 1981. Pada tahun 1994, dia berpartisipasi dalam pendirian Yayasan Jurnalis dan Penulis dan diberi gelar Presiden Kehormatan oleh yayasan. Sebagai Presiden Kehormatan ini, Gülen tidak membuat komentar apapun mengenai penutupan Welfare Party Partai Kesejahteraan di tahun 1998 atau Virtue Party Partai Kebajikan pada tahun 2001. Gülen telah bertemu dengan beberapa politisi seperti Tansu Çiller dan Bulent Ecevit, tetapi ia menghindari pertemuan dengan para pemimpin partai politik Islam. 13 Pada tahun 1999, Gülen beremigrasi ke Amerika Serikat. Dia mengklaim perjalanannya untuk perawatan medis, 14 meskipun dapat dibilang bahwa hal itu untuk mengantisipasi pernyataan yang tampaknya mendukung negara Islam. 15 Pada bulan Juni 1999, setelah Gülen meninggalkan Turki, rekaman video yang dikirim ke beberapa stasiun televisi Turki dengan rekaman Gülen mengatakan, 12 Gülen Inspires Muslims Worldwide, Forbes, 21 January 2008. 13 Clement M. Henry, Rodney Wilson, The Politics of Islamic Finance Edinburgh: Edinburgh University Press, 2004, 236. 14 U.S. Charter Schools Tied to Powerful Turkish Imam, 60 Minutes, CBS News, May 13, 2012 23 November 2016. 15 Turkish Investigation into Islamic Sect Expanded, BBC News. 21 June 1999.