17
Husni 2013 dalam jurnalnya yang berjudul Dampak Pemberlakuan ASEAN-China Free Trade Agreement ACFTA Terhadap Sektor Komoditas
Pertanian di Indonesia bisa ditarik kesimpulan bahwa sejak penandatanganan kerangka kesepakatan ekonomi antara ASEAN dan China pada tahun 2002,
bahwa dalam perdagangan Indonesia dan China terjadi kenaikan secara signifikan, baik dalam impor maupun ekspor, ekspor yang terjadi antara China dan Indonesia
pada tahun 2010 mencapai USD 3.520,90 juta dibandingkan dengan impor hanya USD 1.709,76 juta. Dari keseluruhan ekspor dan impor yang ada, bisa dikatakan
Indonesia lebih banyak mengimpor. Jika melihat dari keseluruhan total impor yang ada. Dari subsektor hortikultura Indonesia bisa dikatakan bergantung pada
impor. Misalnya buah-buahan dan sayur-sayuran Indonesia sampai sekarang masih dikatakan ketergantungan akan impor dari China. Tetapi disisi lain,
kenaikan ekspor yang ada dinikmati oleh subsektor pekebunan, yaitu minyak sawit.
2.4 Kerangka Pemikiran
CAFTA merupakan kesepakatan perdagangan antar negara–negara ASEAN dengan negara China. CAFTA dibuat untuk mewujudkkan kawasan
pedagangan bebas dengan menghilangkan atau mengurangi hambatan perdagangan baik tarif maupun non taif, meningkatkan akses pasar jasa, peraturan
dan ketentuan investasi, sekaligus peningkatan aspek kejasama ekonomi untuk mendorong hubungan perekonomian anggota CAFTA dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan masyarakat ASEAN dan China.
Universitas Sumatera Utara
18
Dalam CAFTA disepakati tarif 0 bagi produk Early Harvest Package dimana salah satunya adalah komoditi sayur sayuran. Pemberlakuan Early
Harvest Package ini akan memudahkan sayur sayuran dari negara anggota CAFTA bebas masuk ke Indonesia dan sebaliknya produk sayur sayuran dari
Indonesia bebas masuk ke negara anggota CAFTA. Masuknya sayur sayuran dari negara anggota CAFTA seperti bawang
putih impor membuat peredaran bawang putih impor di pasaran sangat mudah dijumpai. Penghapusan tarif pada bawang putih diasumsikan akan menurunkan
harga di dalam negeri dan meningkatkan permintaan di dalam negeri sehingga akan meningkatkan harga di negara pengekspor. Rendahnya harga di dalam
negeri akan meningkatkan permintaan di dalam negeri maka membutuhan pasokan yang lebih dan menaikkan volume impor bawang putih.
Untuk mengetahui lebih jelas dapat dilihat pada skema kerangka pemikiran penelitian ini:
Universitas Sumatera Utara
CAFTA
Sebelum Sesudah
Harga Impor Bawang Putih
dari China Harga Impor
Bawang Putih
Total Volume Impor Bawang
Putih Volume
Bawang Putih Impor dari
Harga Impor Bawang Putih
Harga Impor Bawang Putih
dari China
Total Volume Impor Bawang
Putih Volume
Bawang Putih Impor dari
Gambar 2.2. Skema Kerangka Pemikiran
Keterangan: : Menyatakan pengaruh
2.5 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan identifikasi masalah, maka hipotesis penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Terdapat perbedaan nyata harga impor bawang putih di Sumatera Utara
sebelum dan sesudah pelaksanaan CAFTA. 2.
Terdapat perbedaan nyata total volumeimpor bawang putih di Sumatera Utara sebelum dan sesudah pelaksanaan CAFTA.
Universitas Sumatera Utara
3. Terdapat perbedaan nyata harga impor bawang putih dari China di Sumatera
Utara sebelum dan sesudah pelaksanaan CAFTA. 4.
Terdapat perbedaan nyata volumeimpor bawang putih dari China di Sumatera Utara sebelum dan sesudah pelaksanaan CAFTA.
Universitas Sumatera Utara
21
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian
Daerah penelitian ditentukan secara purposive atau sengaja. Penelitian ini dilakukan di Provinsi Sumatera Utara, dengan alasan bahwa Provinsi Sumatera
Utara merupakan pengimpor bawang putih dengan volume tertinggi ketiga dibandingkan dengan provinsi lainnya yang merupakan gerbang masuknya
bawang putih impor di Indonesia yakni Provinsi Riau, Kepulauan Riau, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Barat dan Sulawesi Selatan.
Untuk lebih spesifik dapat dilihat pada Tabel 3.1 berikut ini
Tabel 3.1. Volume dan Nilai Impor Bawang Putih di Beberapa Provinsi di Indonesia Tahun 2012
Provinsi Volume Kg
Nilai USD Sumatera Utara
33.873.998 25.613.118
Riau 1.722.349
1.600.224 Kep. Riau
5.179.965 3.199.594
DKI Jakarta 79.746.767
53.245.779 Jawa Tengah
16.308.581 9.900.624
Jawa Timur 313.322.430
176.536.251 Kalimantan Barat
529.000 285.309
Sulawesi Selatan 1.562.000
853.500 Sumber: Lampiran 1, diolah
3.2. Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data sekunder. Jenis data yang digunakan adalah data time series harga bawang putih impor
tahun 1998-2013 dan data volume impor bawang putih tahun 1998-2013. Data sekunder yang digunakan merupakan data yang diperoleh dari instansi terkait
Universitas Sumatera Utara