13
2.2.4 Ekspor Impor
Ekspor adalah pengiriman dan penjualan komoditi yang diproduksi di dalam negeri keluar negeri. Kegiatan ini akan menyebabkan masuknya aliran
pendapatan ke sektor perusahaan atau produsen. Pemintaan agregat akan meningkat dengan adanya kegiatan ekspor sesuai dengan teori permintaan, jika
permintaan tinggi maka harga akan naik dan menaikkan pendapatan nasional. Sebaliknya, impor merupakan kegiatan pembelian komoditi dari luar negeri.
Impor akan menyebabkan aliran pendapatan keluar negeri. Impor akan menambah penawaran agregat yang ada di dalam negeri, sesuai dengan hukum penawaran
jika barang yang tesedia di pasar berlebih maka harga akan turun sehingga menurunkan pendapatan nasional.
Harga merupakan salah satu faktor penting dalam menentukan suatu barang akan diimpor atau diekspor. Sesuai dengan penawaran dan permintaan
komoditi yang harganya murah didalam negeri akan diputuskan untuk diekspor keluar negeri karena dianggap harga ekspor lebih tinggi dibandingkan harga di
dalam negeri. Namun, jika harga komoditi tersebut naik di dalam negeri maka jumlah ekspor akan berkurang. Sebaliknya komoditi dari luar negeri yang
harganya murah dari ongkos produksi di dalam negeri akan diputuskan untuk diimpor Supriana, 2011
2.2.5 Hambatan Perdagangan: Tarif
Hambatan perdagangan yang paling sering kita dengar adalah tarif. Tarif adalah pajak atau cukai yang dikenakan untuk komoditi yang di perdagangkan
lintas-teritorial. Menurut asal komoditi tarif terbagi menjadi dua yaitu tarif impor
Universitas Sumatera Utara
14
dan tarif ekspor. Tarif impor merupakan pajak yang dikenakan pada komoditi yang diimpor dari negara lain, sedangkan tarif ekspor merupakan pajak yang
dikenakan pada komoditi yang di ekspor ke negara lain. Ditinjau dari segi mekanisme perhitungan tarif, tarif dibagi tiga yakni taif ad volarem, tarif spesifik,
dan tarif campuran. Tarif ad volarem merupakan pajak yang dikenakan terhadap komoditi berdasarkan persentase tertentu dari niai harga komoditi yang diimpor.
Tarif spesifik merupakan beban pajak tetap untuk setiap unit komoditi yang diimpor. Tarif campuran merupakan gabungan dari keduanya Salvatore, 1997.
Menurut Krugman 1994, tarif merupakan bentuk kebijakan perdagangan yang paling tua dan secara tradisional telah digunakan sebagai pendapatan
pemerintah. Tarif digunakan untuk sektor-sektor tertentu di dalam negeri. Pada awal abad kesembilan belas, Inggris menetapkan tarif Corn Law untuk
melindungi hasil-hasil pertanian dari persaingan impor dan dipenghujung abad kesembilan belas Jerman dan Amerika Serikat menetapkan tarif impor untuk
beberapa barang manufaktur dalam rangka melindungi industri yang baru tumbuh. Penetapan tarif impor akan meningkatkan harga di pasar dalam negeri, dan
menurunkan harga di luar negeri, sampai perbedaan harga ini mencapai sebesar t. Tarif meningatkan harga di domestik ke PT dan menurunkan harga di asing ke
PT = PT – t. Dengan harga yang lebih tinggi, produsen dalam negeri meningkatkan suplainya, sedangkan konsumen menurunkan permintaannya,
sehingga permintaan untuk impor menjadi berkurang. Pengadaan tarif impor disebut sebagai usaha perlindungan bagi produsen maupun industri dalam negeri.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut.
Universitas Sumatera Utara
15
Gambar 2.1. Dampak Tarif
Keterangan: S
: Penawaran dalam negeri PW
: Harga keseimbangan dunia D
: Permintaan dalam negeri PT
: H. setelah tarif dalam negeri XS
: Penawaran ekspor dunia PT
: Harga setelah tarif asing MD
: Permintaan impor dunia QW
: Kuantitas dunia S
: Penawaran di asing QT
: Kuantitassetelah tarif D
: Permintaan di asing t
: tarif Apabila tarif impor ditiadakan, maka akan menurunkan harga di dalam
negeri. Dengan harga yang lebih rendah produsen menurunkan suplainya, sedangkan konsumen meningkatkan pemintaannya, sehingga permintaan untuk
impor menjadi meningkat. Di asing harga yang lebih tinggi menyebabkan penawaran meningkat dan pemintaan menurun, dan karena itu penawaran untuk
ekspor menjadi turun. Keadaan kembali seperti sebelum diberlakukan tarif Krugman, 1994.
D XS
MD S
D S
PT
Q P
Q
QT PW
Q P
P
PT
QW
Pasar Dalam Negeri Pasar Dunia
Pasar Asing
t
Universitas Sumatera Utara
16
2.3Penelitian Terdahulu
Gultom 2013 dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Dampak CAFTA China ASEAN Free Trade Area Terhadap Perdagangan Jeruk Sumatera
Utara menyimpulkan bahwa neraca perdagangan jeruk di Sumatera Utara sebelum dan sesudah CAFTA China ASEAN Free Trade Area mengalami defisit dan
terdapat perbedaan nyata neraca perdagangan jeruk Sumatera Utara sebelum dan sesudah CAFTA China ASEANFree Trade Area. Terdapat perbedaan nyata
volume impor jeruk, harga jeruk impor, volume ekspor jeruk dan harga jeruk domestik Sumatera Utara sebelum dengan sesudah CAFTA China ASEANFree
Trade Area dan tidak terdapat perbedaan nyata harga jeruk ekspor Sumatea Utara sebelum dan sesudah CAFTA China ASEANFree Trade Area.
Azhar 2013 menjelaskan dalam penelitiannya Hubungan Impor Beras dengan Harga Beras dan Produksi Beras di Sumatera Utara bahwa ada hubungan
yang nyata antara impor beras dengan harga beras di Sumatera Utara dengan tingkat signifikansi 0,008 0,05 dan korelasi kedua variabel sedang, dengan
koeisien korelasi 0,339. Penelitian ini juga menyimpulkan bahwa ada hubungan yang nyata antara harga beras di Sumatera Utara dengan harga beras internasional
dengan tingkat signifikansi 0,00 0,05 dan korelasi kedua variabel kuat, dengan koefisien korelasi sebesar 0,596. Tidak terdapat hubungan yang nyata antara
impor beras dengan produksi beras di Sumatera Utara dengan tingkat signifikansi 0,645 0,05 dan tidak ada korelasi kedua variabel, dengan koefisien korelasi
sebesar -0,126. Dan ada hubungan yang nyata antara impor beras dengan produksi beras dengan lag 2 bulan dengan signifikansi 0,04 0,05.
Universitas Sumatera Utara
17
Husni 2013 dalam jurnalnya yang berjudul Dampak Pemberlakuan ASEAN-China Free Trade Agreement ACFTA Terhadap Sektor Komoditas
Pertanian di Indonesia bisa ditarik kesimpulan bahwa sejak penandatanganan kerangka kesepakatan ekonomi antara ASEAN dan China pada tahun 2002,
bahwa dalam perdagangan Indonesia dan China terjadi kenaikan secara signifikan, baik dalam impor maupun ekspor, ekspor yang terjadi antara China dan Indonesia
pada tahun 2010 mencapai USD 3.520,90 juta dibandingkan dengan impor hanya USD 1.709,76 juta. Dari keseluruhan ekspor dan impor yang ada, bisa dikatakan
Indonesia lebih banyak mengimpor. Jika melihat dari keseluruhan total impor yang ada. Dari subsektor hortikultura Indonesia bisa dikatakan bergantung pada
impor. Misalnya buah-buahan dan sayur-sayuran Indonesia sampai sekarang masih dikatakan ketergantungan akan impor dari China. Tetapi disisi lain,
kenaikan ekspor yang ada dinikmati oleh subsektor pekebunan, yaitu minyak sawit.
2.4 Kerangka Pemikiran