“Tinjauan Yuridis Pelanggaran HAM Terhadap Muslim Di Uighur Ditinjau Dari Hukum Humaniter”.
B. Rumusan Masalah
Dalam pembuatan suatu karya ilmiah khususnya skripsi, maka untuk mempermudah penulis dalam pembahasan perlu dibuat suatu permasalahan sesuai
dengan judul yang diajukan penulis. Dari uraian diatas maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana bentuk-bentuk masalah pelanggaran HAM terhadap muslim di
Uighur ? 2.
Bagaimana kejahatan kemanusiaan terhadap muslim di Uighur ditinjau dari konvensi jenewa 1949 dan statuta roma ?
3. Bagaimana upaya-upaya yang telah dilakukan oleh organisasi
internasional dalam meredam kericuhan yang terjadi pada muslim di Uighur ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Permasalahan hak asasi manusia ini sangat luas cakupannya dan tidak pernah habis-habisnya untuk dibicarakan karena masalahnya sangat kompleks dan
sifatnya sangat universal, baik ditinjau dari dasar pemikiran dan pelaksanaannya di setiap negara khususnya pelanggaran Muslim di Uighur. Dan secara singkat
tujuan dan manfaat dari penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :
1. Tujuan Penulisan
a. Untuk memenuhi dan melengkapi syarat kesarjanaan hukum pada jurusan
Hukum Internasional di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
Universitas Sumatera Utara
b. Untuk mengetahui bentuk-bentuk masalah pelanggaran HAM terhadap
muslim di Uighur. c.
Untuk mengetahui kejahatan kemanusiaan terhadap muslim di Uighur ditinjau dari konvensi jenewa 1949 dan statuta roma.
d. Untuk mengetahui upaya-upaya yang telah dilakukan oleh organisasi
internasional dalam meredam kericuhan yang terjadi pada muslim di Uighur
2. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat penulisan skripsi yang akan penulis lakukan adalah a.
Secara Teoritis Guna mengembangkan khasanah ilmu pengetahuaan hukum internasional,
khususnya terkait mengenai Tinjauan yuridis pelanggaran HAM terhadap Muslim Di Uighur ditinjau dari Hukum Humaniter .
b. Secara praktis
Memberikan sumbangan pemikiran yuridis tentang pelanggaran HAM terhadap Muslim Di Uighur ditinjau dari Hukum Humaniter dan Hukum
Internasional kepada Almamater Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara sebagai bahan masukan bagi sesama rekan-rekan mahasiswa.
D. Keaslian Penulisan
Berdasarkan penelusuran kepustakaan dengan membaca literature buku yang terkait dan informasi yang ada khususnya dilingkungan Universitas
Sumatera Utara, tulisan skripsi mengenai pelanggaran HAM terhadap Muslim Di Uighur Ditinjau dari Hukum Humaniter, sehingga keaslian tulisan ini dapat
dipertanggungjawabkan.
Universitas Sumatera Utara
E. Tinjauan Kepustakaan
Hak asasi manusia adalah hak universal yang dimiliki oleh seorang individu sejak lahir dan tidak boleh ditiadakan oleh orang lain. Istilah hak di sini
mengacu pada nilai-nilai khusus manusia yang dianggap sedemikian fundamental pentingnya sehingga nilai-nilai itu harus ditegakkan apabila aspirasi terpenting
dalam tatanan sosial ingin diwujudkan.
7
Aspirasi terpenting manusia itu menjelma menjadi hak-hak asasi. HAM adalah hak-hak yang melekat pada diri setiap manusia sehingga mereka diakui
kemanusiaannya tanpa membedakan jenis kelamin, ras, warna kulit, bahasa, agama, politik, bangsa, status sosial, kekayaan, dan kelahirannya.
8
Instrumen Hak Asasi Manusia Internasional, dewasa ini telah berkembang disiplin ilmu hukum yang mengatur tentang perlindungan HAM secara
internasional, yang pada hakikatnya merupakan cabang dari hukum internasional publik public international law, ilmu hukum ini disebut dengan istilah hukum
hak asasi manusia internasional international human rights law. Definisi hukum Termasuk
dalam hak asasi ini adalah hak untuk hidup layak, merdeka, dan selamat. Ini merupakan tugas negara untuk melindungi hak asasi warga negaranya dari pihak-
pihak yang ingin mengganggu atau meniadakannya. Hak Asasi Manusia Human Rights menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa
PBB adalah hak asasi manusia secara umum didefenisikan sebagai hak yang melekat pada diri manusia dan dengan tidak adanya hak tersebut kita tidak dapat
hidup sebagai manusia.
7
Lynn H. Miller, “Agenda Politik Internasional”, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006, hlm. 388
8
Deklarasi HAM PBB 1948
Universitas Sumatera Utara
hak asasi manusia internasional menurut pendapat Thomas Buergenthal,
9
Namun, hak asasi manusia akan mengalami hambatan dalam situasi konflik bersenjata, baik itu konflik antar negara maupun konflik dalam negeri
dalam konflik bersenjata, penduduk sipil suatu negara atau wilayah sering menjadi sasaran langsung dan menderita karenanya. Penduduk sipil yang tidak terlibat
dalam konflik terkadang mengalami pembantaian masal, diperkosa, disandera, dilecehkan, diusir, dijarah, dan dihalang-halangi aksesnya terhadap makanan, air,
dan layanan kesehatan. “…..
the international of human rights is defined as the law that deals eith the protection of individual and groups against violations by government of their
internationally guaranteed rights and with the promotion of these rights” hukum yang melindungi individu dan kelompok dari kesewenang-wenangan pemerintah
terhadap hak mereka yang dijamin secara internasional dan dengan tujuan untuk kemajuan hak-hak tersebut.
10
Tidak selamanya saat perang atau konflik terjadi akan memikirkan tetang HAM, namun antara hukum Humaniter dan HAM tentu memiliki kaitan dan
saling berhubungan. Dalam konvensi tentang hak asasi manusia terdapat pula berbagai ketentuan yang penerapannya pada situasi perang. Konvensi Eropa
Tahun 1950, misalnya dalam Pasal 15 menentukan bahwa bila terjadi perang atau Hukum Humaniter Internasional adalah seperangkat aturan yang karena
alasan kemanusiaan dibuat untuk membatasi akibat-akibat dari pertikaian dan membatasi cara-cara dan metode berperang. Hukum humaniter dikenal dengan
dengan istilah hukum perang dan hukum bersenjata.
9
Thomas Buergenthal, “International Human Rights”, St. Paul, Minn: West Publishing , Co.,1995, hlm.14-15
Universitas Sumatera Utara
bahaya umum lainnya yang mengancam stabilitas nasional, hak-hak yang dijamin dalam konvensi ini tidak boleh dilanggar. Setidaknya terdapat 7 tujuh hak yang
harus dihormati, karena merupakan intisari dan konvensi ini yaitu : hak atas kehidupan, hak kebebasan, integritas fisik, status sebagai subjek hukum,
kepribadian, perlakuan tanpa diskriminasi, dan hak atas keamanan. Selain itu terdapat pula hak-hak yang tak boleh dikurangi non derogable
rights, baik dalam keadaan damai maupun dalam keadaan sengketa bersenjata. Hak-hak yang tidak boleh dikurangi tersebut meliputi hak hidup, prinsip
perlakuan non diskriminasi, larangan penyiksaan torture, larangan berlaku surutnya hukum pidana seperti yang ditetapkan dalam hukum sipil dan politik,
hak untuk tidak dipenjarakan karena ketidakmampuan melaksanakan ketentuan perjanjian kontrak, perbudakan slavery, perhambaan servitude, larangan
penyimpangan berkaitan dengan penawanan, pengakuan seseorang sebagai subjek hukum, kebebasan berpendapat, keyakinan dan agama, larangan penjatuhan
hukum tanpa putusan yang diumumkan lebih dahulu oleh pengadilan yang lazim, larangan menjatuhkan hukuman mati dan melaksanakan eksekusi dalam keadaan
yang ditetapkan dalam Pasal 3 ayat 1 huruf d yang bersamaan pada keempat konvensi jenewa.
11
Konferensi internasional mengenai hak asasi manusia yang diselenggarakan oleh PBB di Teheran pada tahun 1968 secara resmi menjalin
hubungan antara Hak Asasi Manusia HAM dan Hukum Humaniter Internasional.
10
ICRC, “Kenali ICRC”, Jenewa, 2005, hlm. 22
Universitas Sumatera Utara
F. Metode Penelitian