b. Intervensi kemanusiaan
Kendati posisi warga negara asing dalam hukum internasional adalah seperti itu, proposisi umum tetap menyatakan bahwa sebelum Piagam PBB
berlaku, individu pada dasarnya tetap tunduk terhadap penguasa mereka. Suatu pengecualian terhadap dalil ini adalah apa yang disebut sebagai intervensi
kemanusiaan. Berdasarkan “hak” ini, negara dapat mengintervensi secara militer untuk
melindungi penduduk atau sebagian penduduk dalam suatu negara lain jika penguasa negara tersebut memperlakukan rakyatnya sedemikian rupa sehingga
“menyangkal hak asasi mereka dan menggoncangkan hati nurani umat manusia”.
34
c. Penghapusan perbudakan
Sepanjang abad ke-19 dan awal abad ke-20 telah terjadi perkembangan kemanusiaan tertentu pada hukum internasional, diantaranya adalah penghapusan
perdagangan perbudakan. Meskipun ekonomi perbudakan pada akhir abad ke-18 dan awal abad ke-19 secara komersial telah menjadi kurang menarik bagi negara-
negara Eropa dibanding masa sebelumnya, penghapusan perbudakan juga merupakan suatu bentuk kepedulian kemanusiaan.
Praktek perbudakan berawal dari larangan dalam Traktat Perdamaian Paris pada tahun 1814 antara Inggris dan Prancis, namun 50 tahun kemudian, Akta
Umum Konferensi Berlin yang mengatur kolonisasi Eropa di Afrika menyatakan bahwa “perdagangan budak dilarang berdasarkan asas-asas hukum internasional”.
34
Oppenheim, “International Law, Vol. 1: Peace”, di sunting oleh H. Lauterpacht London: Longman, ed. 8, 1955, hlm 312
Universitas Sumatera Utara
Aksi internasional menentang perbudakan dan perdagangan budak berlanjut sepanjang abad 20.
Liga Bangsa-Bangsa mensahkan Konvensi untuk Melenyapkan Perbudakan dan Perdagangan Budak pada tahun 1926
35
dan melarang praktek perbudakan di daerah-daerah bekas koloni Jerman dan Turki yang berada di
bawah sistem mandat Liga Bangsa-Bangsa pada akhir Perang Dunia I. Konvensi 1926 ini masih tetap merupakan dokumen internasional utama yang melarang
praktek perbudakan, meskipun konvensi ini telah diamandemenkan dengan suatu protokol pada tahun 1953
36
, dan pada tahun 1956
37
d. Palang Merah