Dari hasil penelitian diketahui bahwa lebih dari seperempat 25,7 responden
memiliki umur yang beresiko terhadap kehamilan dan persalinan. Hasil penelitian ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Nelli Susanti di wilayah kerja
Puskesmas Sungai Sarik Kabupaten Padang Pariaman yang menemukan umur ibu beresiko dalam persalinan sebanyak 24,8. Dari 39 orang ibu dengan umur beresiko
tersebut 26 orang berumur 35 tahun dan 13 orang berumur 20 tahun. Usia termuda adalah 16 tahun dan usia tertua adalah 39 tahun. Sedangkan rata-rata umur ibu bersalin
adalah 27,6 tahun. Sebahagian besar ibu tergolong pada usia beresiko untuk melahirkan adalah usia
35 tahun, karena ibu mempunyai persepsi yang negatif tentang usia yang aman untuk melahirkan. Sedangkan adanya ibu yang melahirkan pada usia 20 tahun adalah karena
budaya kawin muda yang masih dianut oleh sebahagian masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Desa Baru.
2. Tingkat Pendidikan
Pada penelitian ini ternyata didapatkan lebih dari separo reponden 55,3 memiliki tingkat pendidikan yang rendah. Hal ini sejalan dengan data yang diperoleh
dari Profil Kecamatan Ranah Batahan dimana masyarakat yang berpendidikan rendah sebanyak 54, dari profil Kabupaten Pasaman Barat sebanyak 68,6 dan dari profil
Propinsi Sumatera Barat sebanyak 63,3. Berdasarkan hasil wawancara dengan menggunakan kuisioner, didapatkan bahwa
dari 84 orang ibu yang berpendidikan rendah tersebut 51 orang tamatan SMP, 26 orang tamatan SD dan 7 orang tidak tamat SD.
Pendidikan adalah suatu usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah yang berlangsung seumur hidup. Pendidikan
seseorang dikategorikan kurang bilamana ia hanya memperoleh ijazah hingga SMP atau pendidikan setara lainnya kebawah, dimana pendidikan ini hanya mencukupi
pendidikan dasar 9 tahun. Sementara pendidikan reproduksi baru diajarkan secara lebih mendetail di jenjang pendidikan SMA ke atas Depdiknas, 2007
3. Tingkat Pengetahuan
Pada penelitian ini ternyata di dapatkan lebih dari separuh responden yang memiliki tingkat pengetahuan tinggi yaitu sebanyak 69,7. Pada penelitian sebelumnya
yang peneliti lakukan di wilayah kerja Puskesmas Parit 2008 juga di dapatkan lebih dari separuh responden yang memiliki tingkat pengetahuan tinggi yaitu sebanyak
57.5. Pengetahuan yang dimaksud adalah pengetahuan tentang kehamilan dan
persalinan diantaranya adalah pengetahuan mengenai gangguankelahiran yang dapat timbul pada masa kehamilan, persalinan dan nifas dengan menuju pemilihan tenaga
penolongan persalinan. Alat ukur yang dipakai kuisioner dengan 10 pertanyaan. Berdasarkan hasil wawancara dengan menggunakan kuisioner, didapatkan bahwa dari 46
orang ibu yang memiliki tingkat pengetahuan rendah tersebut 24 orang tidak mengetahui berapa kali sebaiknya memeriksakan kehamilan, 21 orang tidak mengetahui umur
beresiko ibu bersalin, 19 orang tidak mengetahui siapa sebaiknya penolong persalinan ibu, 16 orang tidak mengetahui kepada siapa sebaiknya memeriksakan diri bila ditemui
tanda bahaya dalam kehamilan, 12 orang tidak mengetahui tanda bahaya dalam
kehamilan, 8 orang tidak mengetahui jarak persalinan yang aman dan 4 orang tidak mengetahui kepada siapa sebaiknya memeriksakan kehamilan.
Pengetahuan merupakan suatu hal yang sangat dibutuhkan dalam rangka perubahan pola pikir dan perilaku suatu kelompok dan masyarakat. Menurut
Notoadmodjo 2007, pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu.
Menurut Notoatmodjo 2007, jika menghendaki suatu perilaku yang melembaga atau lestari maka diperlakukan adanya pengetahuan dan keyakinanattitude yang positif
tentang apa yang akan dikerjakan. Seseorang yang memperoleh rangsangan dari luar akan timbul proses pengenalan sesuatu. Hal ini akan membangkitkan faktor kognitif
pengetahuan dari orang tersebut. Berdasarkan teori tersebut diatas, maka perlu adanya komunikasi, informasi dan
edukasi yang berkesinambungan seperti penyuluhan pada setiap kali posyandu dan mengaktifkan kelas ibu dalam rangka meningkatkan pengetahuan ibu tentang kehamilan
dan persalinan yang aman. Materi yang dibutuhkan terutama tentang berapa kali sebaiknya memeriksakan kehamilan, umur yang aman untuk hamil dan melahirkan, siapa
sebaiknya penolong persalinan ibu, tanda bahaya dalam kehamilan dan persalinan, kepada siapa sebaiknya memeriksakan diri bila ditemui tanda bahaya dalam kehamilan,
jarak persalinan yang aman, dan berapa kali sebaiknya memeriksakan diri kepada petugas
kesehatan selama kehamilan. Seandainya ibu hamil sudah mengetahui dan mengerti kebaikan perawatan
kehamilan atau siapa yang sebaiknya menolong persalinan akan timbul pemikiran yang positif. Pemikiran ini akan menghasilkan sikap positif yaitu setuju dalam hal tersebut dan
selanjutnya ibu hamil berniat untuk memeriksakan kehamilan atau melahirkan ditempat yang aman dan sehat buat ibu dan bayinya.
4. Paritas