sektor formal meski berstatus ilegal sehingga wajar pula kalau mereka tidak terjangkau dan atau menjadi serikat pekerja.
C. Dampak anak bekerja sebagai artis
Sebenarnya secara psikologis dengan melatih anak bekerja secara mandiri memiliki efek pedagogis yang positif. Tetapi, yang dikhawatirkan banyak pihak
adalah seringkali beban anak yang bekerja menjadi terlalu berlebihan. Anak-anak diharapkan belajar dengan baik di sekolah, sambil bekerja kurang lebih penuh.
Hal ini, jelas merupakan tugas ganda yang jauh melampaui kemampuan anak- anak, sehingga disinilah awal mula terjadinya masalah putus sekolah.
62
Di lingkungan keartisan khususnya artis anak, kerap ditemui anak-anak tidak sampai tamat. Sekolah Dasar atau kalaupun tamat biasanya dilakukan
dengan susah payah dan karena belas kasihan guru-gurunya. Di samping itu, yang memprihatinkan adalah dari segi hak anak, anak-anak yang bekerja sebagai artis
umumnya berada dalam posisi rentan untuk diperlakukan salah, termasuk dieksploitasi oleh orang lain - khususnya oleh orang dewasa atau suatu sistem
yang memperoleh keuntungan dari tenaga anak.
63
Pertama, dari segi pendidikan, anak-anak yang bekerja sebagai artis disinyalir cenderung mudah putus sekolah, baik putus sekolah karena bekerja
terlebih dahulu atau putus sekolah dahulu baru kemudian bekerja. Bagi anak-anak sekolah dan bekerja adalah beban ganda yang seringkali dinilai terlalu berat
Adapun dampak anak bekerja sebagai artis yaitu:
62
Bagong Suyanto, op.cit hal 126
63
http:mfirmansyah.worpress.com , op.cit, diakses tanggal 11 Maret 2011
Universitas Sumatera Utara
sehingga setelah ditambah tekanan ekonomi dan faktor lain yang sifatnya struktural, tak pelak mereka terpaksa memilih putus sekolah di tengah jalan.
64
Kedua, beban kerja yang berat, siksaan, dan tekanan psikis yang dirasakan anak-anak yang bekerja sebagai artis, tidak jarang membuat anak-anak tersebut
putus asa. Mereka nekat melarikan diri seperti yang dialami oleh bintang sinetron Arumi Bachsin. Kabarnya kasus kekerasan dan eksploitasi anak menjadi latar
belakang Arumi Bachsin minggat dari rumahnya. Selain itu, banyak artis anak di rekrut berdasarkan penampilan dan berkemampuan untuk menjalin hubungan
dengan orang lain. Mereka harus melayani para pelanggan yang kebanyakan orang dewasa, sehingga mungkin berpeluang untuk mengalami rayuan seksual.
65
Ketiga, bekerja dalam waktu panjang, selain tidak sesuai dengan kondisi fisik anak-anak, juga mempunyai dampak sosial lainnya, menurut
Wirartakusumah yang dikutip dari
66
Keempat, cepatnya anak-anak bekerja juga mempunyai dampak negatif terhadap masa depannya. Menurut Bellamy yang dikutip dari
bahwa tersitanya waktu anak-anak untuk bekerja, dalam jangka waktu yang panjang dikhawatirkan mengancam mutu
sumber daya manusia Indonesia. Sementara pendapat lain mengatakan bahwa panjangnya jam kerja mengakibatkan anak-anak kehilangan tiga hak dasar, yaitu:
pendidikan, kehilangan kreativitas, dan kasih sayang.
67
64
Ibid, diakses tanggal 11 Maret 2011
65
Eksploitasi Ekonomi Anak, op.cit, diakses 10 Maret 2011
66
Hardius Usman; Nachrowi Djalal Nachrowi, op.cit, hal 195
67
Ibid, hal 196
suatu kehidupan dari pekerjaan yang tidak terlatih dan kebodohan, tidak saja bagi anak itu sendiri
tetapi seringkali untuk anak-anak generasi mendatang. Suatu pendapatan jangka
Universitas Sumatera Utara
pendek bagi anak dengan kerugian jangka panjang yang tak terhitung. Kemiskinan melahirkan pekerja anak, yang melahirkan kurangnya pendidikan,
yang akan melahirkan pula kemiskinan. Pendidikan merupakan suatu cara untuk membantu anak untuk berkembang secara kognitif, emosional dan sosial. Akan
tetapi, dengan bekerjanya anak, maka cara ini tidak dapat dijalankan, karena tidak sedikit anak-anak yang tidak mempunyai akses ke sekolah, anak-anak bekerja
dalam waktu yang sangat panjang, seringkali anak-anak kehabisan tenaga setelah bekerja, lingkungan sosial kerja merendahkan nilai pendidikan bagi anak,
sehingga anak-anak mengalami trauma, dan tidak bisa konsentrasi.
68
Di luar faktor itu yang harus diperhatikan adalah cara keluarga mendidik anak, hubungan orang tua dengan anak, dan sikap atau aspirasi orang tua terhadap
pendidikan. Di samping itu, tingkat pendidikan orang tua si anak itu sendiri juga tidak dapat dilupakan. Orang tua yang tidak sekolah, biasanya akan mengalami
kesulitan membantu anaknya belajar, tidak mampu memecahkan persoalan sekolah yang dihadapi anak, dan cenderung memberikan hukuman pada anaknya
untuk berprestasi di luar kemampuan yang ada. Jadi meskipun di sekolah telah disediakan berbagai kegiatan dan fasilitas pendidikan, tidaklah akan mencapai
hasil yang memuaskan tanpa peran aktif keluarga - khususnya orang tua si anak itu sendiri. Menurut Irwanto yang dikutip dari
69
68
Ibid, hal 197
69
Bagong Suyanto, op.cit, hal 121
menemukan bahwa pendidikan ibu mempunyai peran penting dalam mempertahankan anak di sekolah. Anak dari
ibu yang berpendidikan lebih rendah, cenderung lebih rentan putus sekolah dibandingkan dengan anak dari ibu yang berpendidikan lebih tinggi.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV PERLINDUNGAN TERHADAP ANAK YANG MENJADI
KORBAN EKSPLOITASI SEBAGAI ARTIS
A. Perlindungan hak anak korban eksploitasi.