BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Permasalahan
Kegiatan manusia modern delapan puluh persennya dilakukan di dalam ruangan. Untuk mencapai kinerja optimal dari kegiatan dalam ruangan tersebut
biasanya digunakan alat pendingin ruangan air conditioner, AC. Penggunaan alat pendingin ruangan pada dasarnya ditujukan untuk mengatur temperatur,
kecepatan udara dan kelembaban udara karena ketiga faktor tersebut merupakan faktor-faktor yang signifikan terhadap kenyamanan termal Lung Hwang, 2005.
Kenyamanan termal merupakan kondisi pikiran yang mengekspresikan kepuasan terhadap lingkungan termalnya ASHRAE, 1966; ISO 7730, 1984.
Kenyamanan termal melibatkan tiga aspek yang meliputi fisik, fisiologis dan psikologis.
Kondisi termal ruangan yang tidak nyaman dapat terjadi dimana saja, seperti di kantor, dapur, restoran dan ruang kelas. Berdasarkan hasil penelitian
yang telah dilakukan oleh N.H. Wong 2002 diperoleh hasil bahwa ketidaknyamanan di ruangan kelas dapat mengakibatkan pengaruh negatif berupa
penurunan produktivitas dalam kegiatan belajar. Selain itu kondisi termal yang tidak nyaman juga dapat menyebabkan kelelahan, hambatan dalam berfikir dan
sakit kepala Shinichi Tanabe, 2003.
Ketidaknyamanan termal ruangan ini terjadi di ruang-ruang kelas yang terdapat di Departemen Teknik Industri DTI Fakultas Teknik FT Universitas
Sumatera Utara USU. Salah satunya adalah ruang kelas J15 202 yang terletak di lantai 2 gedung perkuliahan Departemen TI USU. Ruang tersebut memiliki luas
90 m
2
dan tinggi 4 m dengan dilengkapi fasilitas berupa 2 unit meja dan 1 unit kursi untuk dosen yang berada di depan ruangan. Kursi untuk mahasiswa
berjumlah 66 unit, terbagi atas dua blok yang dipisahkan dengan jarak 1,5 m untuk jalan bagi mahasiswa yang keluar-masuk. Masing-masing blok kursi terdiri
atas 6 unit berbaris dan 6 unit berbanjar. Fasilitas pendingin ruangan Air Conditioner, AC berjumlah 3 unit, yang masing-masing unitnya berkapasitas 1
PK dengan perincian 2 unit dalam kondisi baik dan 1 unit rusak. In focus di dalam ruangan terletak di sebelah kanan depan ruangan dengan posisi tergantung 2,5 m
dari permukaan lantai, sedangkan layar in focus terletak di dinding depan dengan posisi sekitar 2,5 m dari dinding sebelah kanan. Pencahayaan ruangan sangat
cukup dengan penerangan dari 16 unit lampu neon yang masing-masing memiliki daya sebesar 40 Watt. Selain itu, sinar matahari juga masuk ke ruangan melalui
jendela dan ventilasi pada pagi sampai sore hari. Jendela ruang kelas terdapat pada dinding belakang ruangan dengan luas 15,3 m
2
menghadap ke timur, pada dinding depan ruangan dengan luas 9 m
2
menghadap ke barat dan di atas pintu di sebelah kiri ruangan dengan luas 1,2 m
2
menghadap ke utara. Ketidaknyamanan yang sering dirasakan oleh pengguna ruang kelas
merupakan akibat banyaknya acces air berupa lubang ventilasi yang cukup banyak, beberapa jendela kaca yang terdapat pada sisi luar gedung dan juga pintu
ruangan yang sering dibiarkan terbuka walaupun didalam ruangan tersebut terdapat 2 unit AC dengan kondisi yang selalu dihidupkan berkapasitas total
20.000 Btu 2 PK. Banyakya lubang ventilasi dan jendela kaca disebabkan karena pada awalnya ruangan tersebut didesain tidak menggunakan AC. Akibat
ketidaknyamanan termal di ruang kelas tersebut menyebabkan hilangnya konsentrasi belajar bagi mahasiswa maupun konsenterasi mengajar bagi dosen
pengajar. Dengan demikian, maka perlu dilakukan penelitian mengenai kenyamanan
termal di ruang kelas agar tercipta perbaikan yang mengarah pada peningkatan produktivitas kegiatan belajar mengajar di ruang kelas DTI FT USU.
1.2. Identifikasi dan Perumusan Masalah