pemanfaatan subsidi untuk keperluan lain di luar proses produksi pada petani masih sangat tinggi. Nasir, 2010.
Dari uraian singkat di atas terdapat 3 alasan perlunya dilakukan penelitian
mengenai peranan kelompok tani terhadap keberhasilan penyaluran pupuk bersubsidi, yaitu :
1 Agar dapat diukur sejauh mana keberhasilan penyaluran pupuk bersubsidi
pada tingkatan kelompok tani 2
Untuk mencari solusi-solusi dari permasalahan yang timbul dalam penyaluran pupuk bersubsidi
3 Sebagai informasi untuk pihak-pihak atau lembaga-lembaga terkait dalam
penyaluran pupuk bersubsidi
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian diatas dapat dirumuskan beberapa permasalahan yang perlu
diteliti sebagai berikut: 1
Sejauh mana pengetahuan kelompok tani dalam penyaluran pupuk bersubsidi? 2
Bagaimana peran kelompok tani dalam penyaluran pupuk bersubsidi? 3
Apa saja masalah-masalah yang dihadapi petani atau kelompok tani untuk memperoleh pupuk bersubsidi?
4 Upaya-upaya apayang dilakukan petani untuk mengatasi permasalahan
perolehan pupuk bersubsidi?
Universitas Sumatera Utara
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian adalah sebagai berikut:
1 Untuk mengetahui sejauh pengetahuan kelompok tani terhadap penyaluran
pupuk bersubsidi 2
Untuk mengetahui peran kelompok tani terhadap keberhasilan penyaluran pupuk bersubsidi
3 Untuk mengetahui apa saja masalah yang di hadapi kelompok tani dalam
memperoleh pupuk bersubsidi ? 4
Untuk mengetahui upaya-upaya apa saja yang dilakukan petani dalam mengatasi permasalahan perolehan pupuk bersubsidi
1.4. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan penelitian adalah sebagai berikut :
1 Sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan khususnya anggota
kelompok tani dalam penyaluran pupuk bersubsidi. 2
Sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan.
3 Meningkatkan efisien penjualan pupuk bersubsidi.
4 Dapat mengetahui secara lebih mendalam peran pemerintah terhadap
kelompok tani dalam penyaluran pupuk bersubsidi.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI
DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1. Tinjauan Pustaka
Sistem pendistribusian pupuk yang diterapkan saat ini menunjukkan kinerja yang
kurang bagus. Hal ini dengan mudah dapat dibuktikan dengan masih seringnya terjadi isu langka pasok dan lonjak harga pupuk ditingkat petani. Kurang
berhasilnya sistem ini menciptakan harga pupuk ditingkat pengecer sesuai HET tidak sepenuhnya disebabkan olehs sistem itu sendiri, tapi juga ada kontribusi
prilaku petani dalam menggunakan pupuk. Petani pada umumnya dalam memperoleh pupuk tidak melalui kelompok tani, melainkan secara sendiri-
sendiri, mengingat banyak kelompok tani pada saat sekarang tidak berfungsi. Petani membeli pupuk sesuai kebutuhan pada kios terdekat dengan harapan agar
biaya transportasi menjadi lebih murah. Kalau pada kios terdekat tidak ada pasokan pupuk, petani biasanya membeli pada kios lain walaupun dengan
harganya relative mahal. Sugiono, 2009. Beberapa akibat yang ditimbulkan dari beberapa permasalahan diatas antara lain
adalah: 1
Adanya kesenjangan antara rencana kebutuhan pupuk dengan kebutuhan riil petani, karena secara umum petani menggunakan pupuk Urea jauh diatas
dosis rekomendasi. 2
Peluang terjadinya kelangkaan pupuk yang akan berdampak pada peningkatan harga pupuk diatas harga HET.
Universitas Sumatera Utara
3 Konsekuensinya adalah menambah beban biaya produksi yang harus
ditanggung petani atau subsidi yang dikeluarkan pemerintah tidak sepenuhnya diterima oleh petani.
4 Menimbulkan keraguan bagi kalangan masyarakat petani di pedesaan terhadap keseriusan pemerintah dalam memberikan subsidi pupuk.
5 Meskipun telah dibentuk tim pengawas pupuk pada berbagai tingkatan, dalam prakteknya pemantauan dan pengawasan secara keseluruhan sulit
dilakukan, karena keterbatasan personil dan pendanaan. 6 Mengurangi alokasi dan ketersediaan pupuk Urea bersubsidi pada daerah-
daerah terpencil. Syafaat, 2007. Distribusi pupuk bersubsidi yang ada saat ini menganut sistem distribusi pasif.
Artinya petani secara sendiri-sendiri maupun berkelompok yang membutuhkan pupuk bersubsidi datang sendiri ke kios pengecer resmi yang umumnya berada
dikecamatan, kenyataan dilapangan menunjukkan bahwa tidak semua petani mampu membeli pupuk secara tunai atau bahkan tidak mampu membali pupuk
secara memadai,dan petani yang termasuk kategori ini umumnya melakukan sistem pembelian pupuk tunda bayar utang, dimana pembayarannya dilakukan
setelah panen pasca panen. Dengan demikian, sistem distribusi yang ada saat ini, selain pasif juga tidak lengkap. Tidak lengkap artinya penyaluran pupuk
bersubsidi hanya didukung oleh sistem distribusi saja, dan tidak didukung oleh sistem penerimaan yang baik. Beberapa konsekuensi dari sistem penyaluran
pupuk yang pasif dan tidak lengkap adalah: 1` Tidak tepat sasaran, karena hanya petani yang mampu membeli tunai dan
dalam jumlah besar saja yang dapat menikmati HET, dan
Universitas Sumatera Utara
2` Rawan penyimpangan, yaitu pembelian oleh yang tidak berhak. Mariana, 2000.
Dalam upaya penyaluran distribusi pupuk bersubsidi yang efisien maka
Departemen Pertanian mengadakan kegiatan sosialisasi kebijakan pupuk bersubsidi. Dalam kegiatan sosialisasi kebijakan pupuk bersubsidi tersebut
menghasilkan rumusan-rumusan sebagai berikut: 1 Pemerintah memberikan subsidi pupuk insentif untuk sektor pertanian sejak
tahun 2003 dan masih dilanjutkan sampai tahun 2009 supaya petani dapat memperoleh pupuk sesuai 6 azas tepat jenis, jumlah, harga, tempat, waktu
dan mutu untuk mendukung ketahanan pangan nasional. 2
Kebutuhan pupuk disusun berdasarkan kebutuhan riil ditingkat lapangan RDKK dan rencana kebutuhan pupuk bersubsidi ditetapkan oleh menteri
Pertanian dan selanjutnya dijabarkan dalam Peraturan Gubernur untuk alokasi masing-masing kabupatenkota dan Peraturan BupatiWalikota untuk masing-
masing Kecamatan. 3
Pemerintah melalui kementrian Negara BUMN menugaskan BUMN pupuk untuk memproduksi pupuk bersubsidi dan menjamin pengadaan dan
penyalurannya sampai ke tangan petani bekerjasama dengan distributor dan pengecer.
4 Sistem Distribusi Pupuk Bersubsidi:
5 Diatur dengan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 21 tahun 2008 mulai
dari tingkat produsen sampai penegcer dan dalam kondisi tertentu bila distributor dan pengecer tidak dapat menyalurkan pupuk bersubsidi
penyalurannya dapat dilakukan langsung dari produsen ke petani.
Universitas Sumatera Utara
6 Pengecer
hanya melayani
petanikelompok tani
terdaftar pola tertutup berbasis RDKK. Jasmal, 2007.
Pengertian dari kelompok tani adalah kumpulan orang-orang tani Dewasa,
wanita, pemuda yang terikat secara informal atas dasar keserasian dalam kebutuhan bersama serta didalam lingkungan pengaruh dan pempinan seorang
kontak tani. Ada beberapa fungsi dari kelompok tani adalah: 1
Sebagai kelas belajar sebagai media interaksi dalam belajar para anggota kelompok untuk adopsi inovasi. Media sebai asah, asuh, asih para anggota
dalam menyerap informasi. 2
Sebagai Wahana Kerjasama Wadah kerja sama embrio koperasi, menyelenggarakan kegiatan berdasakan musyawarah.
3 Sebagai unit produksi kegiatan produski bersama usaha perusahaan,
peningkatkan posisi tawar bargaining posistion. 4
Sebagai organisasi kegiatan bersama adanya pembagaian tugas antaranggota untuk mencapai tujuan kelompok
5 Kesatuan swadaya dan swadana.
Beberapa tujuan dari sebuah kelompok tani dalam distribui penyaluran pupuk subsidi:
1 Mengelola, memelihara serta membimbing pelaksanaan kegiatan usaha tani agar lebih intensif, produktif dan berhasil secarapositif sesuai dengan tenaga
dan dana yang digunakan. 2 Sebagai wadah bagi para petani dalam memecahkan permasalahankendala
yang dihadapi lapangan.
Universitas Sumatera Utara
3 Mensukseskan usaha pembangunan di bidang pertanian secara umum dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat pada umumnya dan petani
pada khususnya. 4 Menjadikan gabungan kelompok tani bersaudara sebagai media belajar bagi
para petani. 5 Menghasilkan produksi pertanian yang aman konsumsi dan ramah lingkungan
khususnya dibidang tanaman hortikultura. 6 Mengurangi konsumsi pestisida dan pupuk anorganik pada masyarakat petani
pada umumnya dan anggota gabungan kelompok tani bersaudara pada khususnya.
7 Meningkatkan kesehatan masyarakat melalui hasi produksi pertanian yang aman konsumsi.
8 Meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan produksi pertanian serta melalui pengurangan biaya produksi sehingga keuntungan
akan meningkat. Simatupang, 2004.
Distribusi pupuk bersubsidi dengan sistem tertutup yang mulai diberlakukan saat ini mengandung harapan bahwa pupuk bersubsidi tersebut akan tepat sasaran,
yakni dinikmati langsung oleh petani tanaman pangan. Ada beberapa isu potensial menjadi penghambatnya dari sisi pengguna pupuk bersubsidi agar tepat sasaran
harus didahului dengan identifikasi secara tepat petani tanaman pangan sebagai penerimanya dan jumlah aktual kebutuhannya sesuai dengan jenis tanaman
pangan yang diusahakan, luas lahan yang dikelola, dan intensitas pertanaman. Nasir, 2010.
Universitas Sumatera Utara
Dalam upaya peningkatan produksi pertanian, khususnya komoditas pangan,
pemerintah telah menyediakan berbagai fasilitas sarana produksi, antara lain subsidi pupuk untuk sektor pertanian. Penyaluran pupuk bersubsidi dengan pola
tertutup dimulai pada tahun 2009 salah satu sub sistem dalam rangka pemenuhan kebutuhan pupuk pola tertutup ini adalah melalui sistem perencanaan kebutuhan
pupuk yang dituangkan dalam Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok RDKK. RDKK merupakan rencana kebutuhan kelompoktani untuk 1 satu musim tanam
yang disusun berdasarkan musyawarah anggota kelompok tani meliputi kebutuhan benih, pupuk, pestisida, alat mesin pertanian serta modal kerja untuk mendukung
kegiatan usaha taninya. Penyusunan RDKK dilakukan selambat-lambatnya 1 satu bulan sebelum musim tanam, sehingga teknologi dapat diterapkan sesuai
dengan anjuran. Inspektorat, 2009. Selama ini penyusunan RDKK telah dilakukan oleh kelompok tani dengan
bimbingan penyuluh pertanian, namun demikian masih dirasakan belum optimal karena masih terbatasnya kemampuan petani dalam menyusun perencanaan
kebutuhannya. Oleh karena itu, diperlukan upaya percepatan dan perbaikan dalam penyusunan perencanaan kebutuhan sarana produksi khususnya pupuk bagi
kelompoktani melalui Gerakan Penyusunan RDKK dengan mengoptimalkan peran penyuluh sebagai pendamping dan pembimbing dalam penyusunan RDKK,
sehingga dapat memenuhi 6 enam. Jasmal, 2007. Dalam pelaksanaan penyusunan RDKK mengacu kepada kebutuhan masing-
masing kelompok. Penyusunan Rencana Defenitif Kelompok RDKK dengan tahapan sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
1 Pertemuan pengurus kelompok tani yang di dampingi oleh penyuluh pertanian
dalam rangka persiapan penyusunan RDKK 2
Pertemuan anggota kelompok tani di pimpin oleh ketua kelompok tani yang di dampingi penyuluh pertanian untuk membahas. Menyusun dan menyepakati
daftar kebetuhan sarana produksi 6 tepat tepat jenis, jumlah, waktu, tempat, harga dan mutu yang akan di biayai secara swadana maupun kredit dari tiap
anggota kelompok tani. Daftar yang disusun akan berfungsi sebagai pesanan kelompok tani kepada pengecer. RDKK selesai paling lambat 1 bulan sebelum
jadwal tanam. 3
Meneliti kelangkaan RDKK dan pendantaganan RDKK oleh ketua kelompok tani yang diketahui oleh Penyuluh Pertanian. Budiarto, 1997.
Sistem distribusi pupuk bersubsidi yang bersifat terbuka dan pasif tersebut menyebabkan petani berpeluang besar tidak mendapatkan jumlah pupuk
bersubsidi sesuai dengan yang dibutuhkan. Dengan perkataan lain sistem distribusi tersebut sering kali menyebabkan terjadinya langka pasok. Terjadinya
langka pasok berarti sejumlah azas dalam pendistribusian pupuk bersubsidi, seperti jumlah, jenis, mutu, dan tempat, akan dilanggar. Ketersediaan pupuk
sering kali lebih kecil dari pada kebutuhan petani Anonimus, 2008.
2.1.1. Aturan Tata Niaga Pupuk Bersubsidi Menurut Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor.03M-DAGPER22006
Dalam Pasal 4 BAB II mengenai pengadaan dan penyaluran pupuk bersubsidi disebutkan bahwa :
Universitas Sumatera Utara
1. Pelaksanaan penyaluran Pupuk Bersubsidi ditetapkansebagai berikut :
a. Produsen melaksanakan penyaluran pupuk bersubsidi di gudang lini III
produsen kepada distributor di wilayah tanggung jawabnya; b.
Distributor melaksanakan penyaluran pupuk bersubsidi dari gudang Lini III distributor kepada pengecer di wilayah tanggung jawabnya;dan
c. Pengecer melaksanakan penyaluran pupuk bersubsidi di ini IV kepada
Petanielompok Tani. 2.
Produsen wajib melakukan penjualan langsung di lini IV kepada Petani danatau kelompok Tani, apabila penyaluran pupuk bersubsidi oleh distributor
danatau Pengecer tidak berjalan lancar atau tidak mungkindilaksanakan. Dengan ketentuan umum pada Bab I Pasal 1, pada ayat 3 sebagai berikut :
1 Pasal 1 ayat 3: lini I adalah lokasi gudang pupuk di wilayah pabrik dari
masing-masing produsen atau di wilayah pelabuhan tujuan untuk pupuk impor.
2 Pasal 1 ayat 3: lini II adalah lokasi gudang produsen di wilayah Ibukota
propinsi dan unit pengantongan pupuk UPP atau di luar wilayah pelabuhan. 3
Pasal 1 ayat 3: lini III adalah lokasi gudang produsen danatau distributor di wilayah kabupatenkota yang ditunjuk atau ditetapkan oleh produsen.
4 Pasal 1 ayat 3: lini IV adalah lokasi gudang pengecer di wilayah kecamatan
danatau desa yang ditunjuk atau ditetapkan oleh distributor. Anonimous, 2011.
Universitas Sumatera Utara
2.2 Landasan Teori 2.2.1. Kelompok Tani