Rasio Solvabilitas Rasio Aktivitas Tabel 4.3

66 menjadi indikasi bahwa PT Perkebunan Nusantara IV Persero tidak mampu membayar hutang-hutangnya dimasa yang akan datang. Dari sisi modal kerja, meningkatnya jumlah kewajiban hutang lancar tersebut akan mengakibatkan perputaran modal kerja tidak efisien. Sedangkan Cash Ratio mengalami penurunan hingga tahun 2006 jika dibandingkan tahun 2004 dan 2005, yakni dari 35,61 menjadi 29,12 tetapi masih lebih baik jika dibandingkan tahun 2002 hanya mencapai 24,21 dan 2003, yang hanya mencapai 5,29 . Penurunan di tahun 2006 dipengaruhi oleh peningkatan jumlah kewajibanhutang lancar yang tidak sebanding dengan kenaikan piutang dan pertambahan kas.

2. Rasio Solvabilitas

Dalam menganalisis rasio solvabilitas, penulis menggunakan Total Debt to Equity Ratio, Total Debt to Total Asset Ratio dan Long Term Debt to Total Equity Ratio. Tabel 4.2 menunjukkan posisi rasio solvabilitas PT Perkebunan Nusantara IV Persero dari tahun 2002 hingga tahun 2006. Tabel 4.2 Rasio Solvabilitas PT Perkebunan Nusantara IV Persero dari tahun 2002 sampai 2006 No Jenis Rasio 2002 2003 2004 2005 2006 a Total Debt to Equity Ratio 55,85 56,57 75,09 88,89 122, 99 b Total Debt to Total Asset Ratio 35,83 36,13 42,89 47,06 55,16 c Long Term Debt to Total Equity Ratio 11,92 3,14 2,79 18,27 38,61 Sumber : Hasil Penelitian, 2008 diolah Rasio kewajiban hutang terhadap ekuitas secara drastis mengalami kenaikan dari tahun 2002 hingga tahun 2006, dari 55,85 menjadi 122,99 , menunjukkan Universitas Sumatera Utara 67 semakin rendah pendanaan PT Perkebunan Nusantara IV Persero yang disediakan oleh ekuitas pemegang saham. Rasio kewajiban hutang terhadap Aktiva juga mengalami kenaikan dari tahun 2002 hingga tahun 2006, mulai dari 35,83 hingga 55,16 , ini berarti investasi dalam aktiva yang dibiayai hutang juga meningkat, sehingga menyebabkan peningkatan resiko pada kreditur berupa ketidakmampuan untuk membayar semua kewajibannya. Pencapaian tingkat rasio Kewajiban hutang jangka panjang terhadap ekuitas terus menurun dari tahun 2002 hingga tahun 2004, yakni dari 11,92 menjadi 2,72 , disebabkan adanya penurunan kewajiban jangka panjang. Berarti pengaruh modal sebagai jaminan atas kewajiban jangka panjang juga menurun. Akan tetapi rasio ini kembali menanjak di tahun 2005 hingga 2006, mulai dari 18,27 hingga 38,61 di tahun 2006, sebagai akibat meningkatnya jumlah kewajiban, sehingga semakin besar jumlah kewajiban yang terikat dengan ekuitas. Kenaikan ini akibat adanya penarikan kredit investasi dan kredit modal kerja sejalan dengan kenaikan aktiva, khususnya selama kurun waktu 2 dua tahun terakhir, dengan investasi di bidang tanaman.

3. Rasio Aktivitas Tabel 4.3

Rasio Aktivitas PT Perkebunan Nusantara IV Persero dari tahun 2002 sampai 2006 No Jenis Rasio 2002 2003 2004 2005 2006 a Inventory Turn Over 31 hari 26 hari 20 hari 20 hari 17 hari b Total Asset Turn Over 1.04 1.18 1.22 0.92 0.72 c Receivable Turn Over 13 hari 9 hari 7 hari 10 hari 13 hari Sumber : Hasil Penelitian, 2008 diolah Universitas Sumatera Utara 68 Dari tahun 2002 hingga 2006 periode perputaran persediaanya menurun dari 31 hari hingga 17 hari, walaupun sempat stabil di tahun 2004 dan 2005 yang hanya berkisar 20 hari. 2003. Namun tingkat perputarannya menjadi semakin tinggi, akibatnya lama waktu terikatnya modal yang diinvestasikan dalam persediaan menjadi lebih cepat. Hal ini disebabkan oleh menurunnya tingkat produksi sebagai dampak langsung dari areal yang dikonversi yakni penurunan produksi daun teh dikonversi ke tanaman kelapa sawit dan adanya fenomena alam yang tidak normal dengan terjadinya musim kering berkepanjangan. Total Asset Turn Over semakin menurun di tahun 2006, ini menunjukkan kemampuan modal yang diinvestasikan untuk menghasilkan pendapatan berupa penjualan juga semakin menurun. Selama 5 lima tahun terakhir 2002-2006, total aktiva pada tahun 2006 meningkat sangat pesat. Pertumbuhan ini terjadi karena adanya investasi.dibidang tanaman, namun meskipun tingkat aktiva meningkat, penjualan justru menurun. Selain adanya konversi ke tanaman kelapa sawit, hal ini juga disebabkan tidak tercapainya kuantum penjualan, serta harga jual dalam rupiah yang menurun akibat menguatnya nilai tukar rupiah terhadap Dollar AS. Tingkat perputaran piutang Receivable Turn Over masih bervariasi seiap tahunnya. Pada tahun 2004 tingkat perputaran piutang menurun hingga 7 hari, namun meningkat kembali di tahun 2005 menjadi 10 hari, dan terus neningkat di tahun 2006 hingga 13 hari. Ini menunjukkan pengumpulan piuang menjadi lebih lama, sehingga dana yang tertanam dalam piutang akan terikat semakin lama. Selain itu, proses pengumpulan piutang yang semakin lama juga bisa memberikan indikasi semakin banyak jumlah piutang yang sulit untuk di tagih. Universitas Sumatera Utara 69 4. Rasio Rentabilitas Profitabilitas Tabel 4.4