Analisis Hubungan Kinerja Keuangan Terhadap Kemampulabaan PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero).

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM S-1 REGULER MEDAN

ANALISIS HUBUNGAN KINERJA KEUANGAN TERHADAP

KEMAMPULABAAN PERUSAHAAN PT. PERKEBUNAN

NUSANTARA IV (PERSERO)

DRAFT SKRIPSI

OLEH

M AZMI NASUTION 040502014

DEPARTEMEN MANAJEMEN

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Universitas Sumatera Utara Medan


(2)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah S.W.T yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya yang telah diberikan sampai saat sekarang ini, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini yang berjudul

“ANALISIS HUBUNGAN KINERJA KEUANGAN TERHADAP

KEMAMPULABAAN PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV (PERSERO)”. Penulisan skripsi ini disusun dan dimaksudkan guna memenuhi syarat untuk mendapatkan Gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Program S-1 Departemen Manajemen Universitas Sumatera Utara.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis tidak luput dari berbagai kesulitan dan hambatan. Namun berkat pertolongan Allah S.W.T dan dorongan, bantuan bimbingan serta pengarahan dari berbagai pihak akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepadan pihak pihak yang telah berjasa pada penulis dalam penyusunan skripsi ini:

1. Bapak Drs. John Tafbu Ritonga, MEc., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, SE, Msi.,selaku ketua Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Nisrul Irawati, MSi., selaku sekretaris Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.


(3)

4. Bapak Dr. Muslich Lufti, SE, MBA., selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan masukan, bimbingan dan arahan pada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak Drs, Nakman Harahap, Msi., selaku dosen penguji I.

6. Bapak Syafrizal Helmi Situmorang, SE, Msi., selaku dosen penguji II yang telah memberikan masukan dan dorongan pada penulis.

7. Ibu Dra. Lisa Marlina, Msi, selaku dosen pembimbing akademik yang telah banyak membantu penulis selama masa perkuliahan.

8. Pegawai Fakultas Ekonomi dan Departemen Manajemen :Bang Udin ”Brimob”, Kak Dani, Bang Jumadi, Kak Susi, Kak Vina, dan seluruh pegawai yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu persatu.

9. Staf dan Pegawai PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) dan KORWIL PTPN: Ibu Hj Ir. Sri Mitha Tarigan , Bapak H Drs. Aminuddin Toha, Bapak A Rahim Purba, SE dan Bapak kadafi.

10.Keluargaku yang telah membantu dan memberikan dorongan agar terselesaikannya skripsi ini: Pak Awin dan Tante Yanti, Wak Atas dan Wak Siti, Om Husin dan Tante Elly, Bang Abbas, Mak Lian.

11.Ayu Pratiwi Namora Siregar, SH., yang senantiasa menemani, memberikan dukungan dan bantuan moral pada penulis.

12.Sahabat-sahabatku: Putra ”Badok”, Dani, Dodi, Fauzi, Firman, Bang kandar, Rahmin, Ilunk, Deni ”Pak Den”, Reza ”Gembul”, Beni, M Nur, Yophan, Dedev, Arifin, Vina.

13.Rekan-Rekan stambuk 2004: Selamat, Rocky, Meilton, Sidqi, Musdar, Ikbal ”Gubernur”, Beni, William, Ponco, Andre, Sumarfin, Anto, Simon, Roni,


(4)

Dewi, Magda, Santi, Sari, Liza, Ningsih, Puspita dan semua rekan rekan yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

14.Kawan Kawan Femi dan Manja Family: Teguh ”Racun”, Agung, Agus, Ando, Assad, Hardi, Ikbal ”Ganteng”, Ari ”Cuppie”, Anwar, Imen, Jaya, Angga ”Beruang”, Udin, Maiky ”AK”, Yogi ”AK”, Erwin, Stanly, Arief, Ikbal aceh, Fadli, Wendy, Yundhi, AQ ”Panjang”, Ajo ”EP”, Adi ”EP” ,Dino ”terimakasih atas bantuannya”, Ikbal 03, Beben, Bayu ”apek”, I Cut, Dira, Poppi, Ipeh, Lala, Ummi, Wina, Osin, Nydia ”Padang”, Selly, Connie, Mia, Winda, Juan.

Dan terima kasih yang tak terhingga penulis ucapkan kepada yang tercinta Ayahanda Alm. H. Ir. Mahadi Nasution dan Ibunda Hj. Ilma Irwani Rangkuti serta Kakanda Anriza Witi Nasution, SE., yang selalu memberikan bantuan dan dorongan dalam bentuk moriil dan materiil serta doa restu yang tulus dan tiada hentinya untuk keberhasilan penulis dalam menyelesaikan perkuliahan dan penyusunan skripsi ini.

Dengan segala kerendahan hati, Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih belum sempurna karena keterbtasan kemampuan dan pengalaman yang dimiliki penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

Wassalammu’alaikum Wr. Wb

Medan, Maret 2008 Penulis


(5)

DAFTAR GAMBAR

NO URAIAN HAL

Gambar 3.1 Struktur Organisasi PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero)…40

Gambar 4.1 Perkembangan Quick Ratio Periode 1999 s/d 2006...57

Gambar 4.2 Perkembangan DER Periode 1999 s/d 2006...58

Gambar 4.3 Perkembangan DAR Periode 1999 s/d 2006...59

Gambar 4.4 Perkembangan LDER Periode 1999 s/d 2006...60

Gambar 4.5 Perkembangan Total Asset Turnover Periode 1999 s/d 2006....61

Gambar 4.6 Perkembangan Inventory Turmover Periode 1999 s/d 2006...62

Gambar 4.7 Perkembangan Fixed Asset Turnover Periode 1999 s/d 2006....63 Gambar 4.8 Perkembangan Return on Investment Periode 1999 s/d 2006….65


(6)

DAFTAR TABEL

NO URAIAN HAL

Tabel 1.1 Kinerja Keuangan PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero)... 4 Tabel 4.1 Data dan Ranking Variabel Quick Ratio dan ROI... 66 Tabel 4.2 Data dan Ranking Variabel Debt to Equity Ratio dan ROI.... 69 Tabel 4.3 Data dan Ranking Variabel Debt to Asset Ratio dan ROI... 71 Tabel 4.4 Data dan Ranking Variabel Long Term Debt to Equity

Ratio dan ROI……….. 73 Tabel 4.5 Data dan Ranking Variabel Total Asset Turnover dan ROI… 76 Tabel 4.6 Data dan Ranking Variabel Inventory Turnover dan ROI…... 78 Tabel 4.7 Data dan Ranking Variabel Fixed Asset Turnover dan ROI… 80


(7)

ABSTRAK

M Azmi Nasution (2008), Analisis Hubungan Kinerja Keuangan Terhadap Kemampulabaan Perusahaan PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV (PERSERO), Ketua Departemen Manajemen: Ibu Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, SE, Msi, Dosen Pembimbing: Dr. Muslich Lufti, SE, MBA, Penguji I: Bapak Drs, Nakman Harahap, Msi, Penguji II: Bapak Syafrizal Helmi Situmorang, SE, Msi.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan Kinerja keuangan yang diukur dengan quick ratio, debt to equity ratio, debt to asset ratio,long term debt to equity ratio, total asset turnover, inventory turnover dan fixed asset turnover terhadap kemampulabaan yang diukur dengan return on investment (ROI) pada PT. Perkebungan Nusantara IV (Persero) selama periode 1999 sampai dengan 2006.

Berdasarkan metode analisis yang digunakan penulis yaitu metode analisis Rank Spearman dan pengujian hipotesis dengan menggunakan Uji-t maka hasil penelitian menunjukkan bahwa variable bebas quick ratio mempunyai hubungan yang positif dan signifikan terhadap kemampulabaan perusahaan dimana hubungan antara kedua variabel tersebut adalah sebesar 0. 786 angka tersebut menunjukkan hubungan kedua variabel tersebut adalah kuat dan dengan Uji-t didapat bahwa thitung lebih besar daripada ttabel (3,964 > 2,447), sedangkan

variabel bebas debt to equity ratio, debt to asset ratio dan long term debt to equity ratio mempunyai hubungan yang negatif dan tidak signifikan terhadap kemampulabaan perusahaan dan variabel bebas total asset turnover, inventory turnover dan fixed asset turnover mempunyai hubungan positif dan tidak signifikan terhadap kemampulabaan perusahaan.

Kata Kunci: Quick Ratio, Debt to Equity Ratio, Debt to Asset Ratio, Long term Debt to Equity Ratio, Total Asset Turnover, Inventory Turnover, Fixed Asset Turnover, Return on Investment


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK... i

KATA PENGANTAR... ii

DAFTAR ISI... V DAFTAR TABEL...VIII DAFTAR GAMBAR... IX BAB I PENDAHULUAN………. 1

A. Latar Belakang Masalah...……… 1

B. Perumusan Masalah………....…... 5

C. Kerangka Konseptual...……….. 6

D. Hipotesis……… 7

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian …….……… 7

F. Metodologi Penelitian……… 8

BAB II URAIAN TEORITIS………. 17

A. Penelitian Terdahulu……….. 17

B. Pengertian Laporan Keuangan………... 18

C. Tujuan Laporan Keuangan………. 20

D. Pemakai Laporan Keuangan……….. 23

E. Kinerja Keuangan... 26

F. Kemampulabaan Perusahaan... 32


(9)

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN... 36

A. Sejarah Singkat Perkembangan Perusahaan... 36

B. Visi dan Misi Perusahaan... 37

C. Strategi Perusahaan... 38

D. Kegiatan dan Usaha Pokok Perusahaan... 39

E. Pemegang Saham Perusahaan... 39

F. Pengurus dan Pengawas Perusahaan... 39

G. Struktur Organisasi Perusahaan... 39

H. Uraian Tugas... 40

BAB IV ANALISIS DAN EVALUASI... 41

A. Deskriptif Variabel Penelitian... 57

1. Quick Ratio... 57

2. Debt to Equity Ratio... 58

3. Debt to Asset Ratio... 59

4. Long Term Debt to Equity Ratio………. 60

5. Total Asset Turnover………... 61

6. Inventory Turnover………. 62

7. Fixed Asset Turnover……….. 63

8. Return on Investment……….. 64

B. Analisis Data Statistik………...… 66

1. Analisis Model Statistik Antara Quick Ratio dan ROI………... 66


(10)

4. Analisis Model Statistik Antara LDER dan ROI... 73 5. Analisis Model Statistik Antara Total Asset Turnover dan ROI.. 75 6. Analisis Model Statistik Antara Inventory Turnover dan ROI... 77 7. Analisis Model Statistik Antara Fixed Asset Turnover dan ROI..79 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 82

A. Kesimpulan... 82 B. Saran... 82 DAFTAR PUSTAKA... X LAMPIRAN


(11)

ABSTRAK

M Azmi Nasution (2008), Analisis Hubungan Kinerja Keuangan Terhadap Kemampulabaan Perusahaan PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV (PERSERO), Ketua Departemen Manajemen: Ibu Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, SE, Msi, Dosen Pembimbing: Dr. Muslich Lufti, SE, MBA, Penguji I: Bapak Drs, Nakman Harahap, Msi, Penguji II: Bapak Syafrizal Helmi Situmorang, SE, Msi.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan Kinerja keuangan yang diukur dengan quick ratio, debt to equity ratio, debt to asset ratio,long term debt to equity ratio, total asset turnover, inventory turnover dan fixed asset turnover terhadap kemampulabaan yang diukur dengan return on investment (ROI) pada PT. Perkebungan Nusantara IV (Persero) selama periode 1999 sampai dengan 2006.

Berdasarkan metode analisis yang digunakan penulis yaitu metode analisis Rank Spearman dan pengujian hipotesis dengan menggunakan Uji-t maka hasil penelitian menunjukkan bahwa variable bebas quick ratio mempunyai hubungan yang positif dan signifikan terhadap kemampulabaan perusahaan dimana hubungan antara kedua variabel tersebut adalah sebesar 0. 786 angka tersebut menunjukkan hubungan kedua variabel tersebut adalah kuat dan dengan Uji-t didapat bahwa thitung lebih besar daripada ttabel (3,964 > 2,447), sedangkan

variabel bebas debt to equity ratio, debt to asset ratio dan long term debt to equity ratio mempunyai hubungan yang negatif dan tidak signifikan terhadap kemampulabaan perusahaan dan variabel bebas total asset turnover, inventory turnover dan fixed asset turnover mempunyai hubungan positif dan tidak signifikan terhadap kemampulabaan perusahaan.

Kata Kunci: Quick Ratio, Debt to Equity Ratio, Debt to Asset Ratio, Long term Debt to Equity Ratio, Total Asset Turnover, Inventory Turnover, Fixed Asset Turnover, Return on Investment


(12)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada umumnya tujuan dari sebuah perusahaan adalah memaksimalkan nilai dari perusahaan tersebut, mencapai laba yang maksimal, dan pertumbuhan yang berkesinambunagan dari usahanya sehingga perusaan tersebut dapat tetap exist di industri tempat perusahaan tersebut melakukan aktivitasnya serta dapat melakukan ekspansi usaha lebih luas lagi. Tujuan perusahaan tersebut adalah mutlak bagi setiap perusahaan dengan tidak membedakan jenis usahanya. Oleh sebab itu perusahaan dituntut untuk dapat melakukan kegiatan operasionalnya secara efisien dan efektif, sehingga perusahaan yang dapat mengelola aktivanya dengan lebih efektif dan efisien akan mendapatkan laba yang lebih baik pula, sama halnya pada perusahaan perkebungan kelapa sawit yang mana sedang sangat berkembang pesat pada saat ini di Indonesia khususnya di Sumatera Utara.

Perusahaan yang bergerak di bidang agribisnis khususnya kelapa sawit juga berusaha untuk mencapai pengembalian (return) atau laba terbesar yang bisa diperoleh dari memaksimalkan sumber daya dan aktiva yang mereka miliki untuk dapat memaksimalkan laba perusahaan, namun demikian ada beberapa sasaran lain yang terkait dengan laba, misalnya keinginan untuk menghasilkan produk dan pelayanan yang bermutu, keinginan untuk memberikan imbalan pada karyawan, keinginan untuk membantu pertumbuhan bisnis di daerah tempat perusahaan melakukan kegiatan operasionalnya dan keinginan untuk memperoleh citra sebagai “warga masyarakat” yang baik (Pahan, 2007: 8).


(13)

Laba merupakan penerimaan yang masih tersisa dari hasil penjualan setelah semua beban (temasuk bunga dan pajak) dibayarkan. Kenaikan laba perusahaan dapat dilatar belakangi oleh berbagai faktor, antara lain seperti: tingkat penjualan, beban operasi perusahaan, investasi yang dilakukan dan sebagainya. Dalam meningkatkan nilai perusahaan sebagai tujuan perusahaan maka kemampuan untuk membukukan laba yang tinggi tidaklah cukup. Masih diperlukan kemampuan lainnya dari perusahaan seperti: kemampuan mengelola arus kas, piutang perusahaan, persediaan serta mengelola aktiva yang dimiliki oleh perusahaan khususnya aktiva tetap pada perusahaan perkebunan kelapa sawit.

Analisis perkembangan kinerja keuangan perusahaan, dapat diperoleh melalui analisis terhadap data keuangan perusahaan yang tersusun dalam laporan keuangan. Analisis laporan keuangan digunakan untuk memprediksi masa depan, sedangkan dari susut pandang manajemen, analisis laporan keuangan digunakan untuk membantu mengantisipasi kondisi di masa depan dan yang lebih penting sebagai titik awal untuk perencanaan tindakan yang akan mempengaruhi peristiwa di masa depan (Brigham dan Houston, 2001:78). Informasi yang diperoleh dari analisis laporan keuangan dapat menunjukkan apakah perusahaan sedang maju atau akan mengalami kesulitan keuangan (Sawir, 2005: 6).

Dengan menggunakan analisis rasio keuangan kita dapat melihat kinerja keuangan sebuah perusahaan. Menurut Riyanto (2001:330) ada beberapa pengelompokan rasio keuangan yang sering digunakan oleh menejer keuangan sebuah perusahaan untuk dapat mengetahui dan mengantisipasi keadaan dan perkembangan finansiil dari sebuah perusahaan, yaitu; rasio likuiditas (liquidity


(14)

ratio), rasio laverage, rasio aktivitas (activity ratio) dan rasio kemampulabaan (profitability ratio). Apabila perusahaan telah beroperasi dengan efektif maka kemampuan perusahaan tersebut untuk membukukan laba yang lebih baik juga semakin besar.

Besarnya laba bersih yang didapat dibandingkan dengan pendapatan merupakan petunjuk kemampulabaan perusahaan. Karena perbedaan nilai penjualan dan laba bersih adalah tidak lain merupakan total beban, maka rasio ini merupakan alat ukur seberapa efektif perusahaan telah mengelola keuangan perusahaannya. Menurut Kuswadi (2004:190) mengatakan bahwa, efektifitas pengguanan dana dalam perusahaan ditunjukkan melalui perputaran ROI. Semakin besar nilai perputarannya maka akan semakun efektif penggunaan dana sehingga akan memperbesar kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Sedangkan menurut Abdullah (2005:57) ROI dipergunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan penggunaan keseluruhan aktiva perusahaan yang dimiliki.

PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara bidang perkebunan yang bergerak di bidang perkebunan kelapa sawit yang berkedudukan di Sumatera Utara. Pada saat sekarang ini industri kelapa sawit dan produk turunannya sangat banyak diminati oleh investor karena mempunyai prospek yang cukup menjanjikan, yang mana hal ini juga dilatar belakangi oleh melambungnya harga minyak mentah dunia terlebih lagi sekarang ini penduduk dunia lebih sadar akan lingkungan dan telah menipisnya cadangan minyak mentah sehingga membuat banyak pihak berpikir untuk beralih pada minyak nabati yang salah satunya merupakan produk turunan dari kelapa


(15)

sawit itu sendiru seperti CPO (crude palm oil). Tingginya permintaan dunia terhadap CPO tersebut tentu memicu ikut melambungnya harga dari CPO sehingga menyebabkan ikut naiknya harga TBS (tandan buah segar) dari kelapa sawit itu sendiri. Dengan meningkatnya harga tersebut menyebabkan industri perkebunan kelapa sawit saat ini banyak diminati oleh investor karena menjanjikan laba yang cukup tinggi serta resiko yang tidak terlalu besar.

Adapun kinerja keuangan PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) berdasarkan laporan keuangan periode 1999 sampai dengan 2006 dapat dilihat melalui table berikut ini:

Table 1.1

Kinerja Keuangan PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) Periode 1999-2006

Tahun Quick Ratio

Debt to Equity Ratio Debt to Asset Ratio Long Term Debt to Equity Ratio Total Asset Turnover Inventory Turnover Fixed asset Turnover ROI

1999 0.633 0.568 0.362 0.080 0.787 6.325 1.184 0.068 2000 0.888 0.587 0.370 0.064 0.836 7.293 1.202 0.059 2001 0.407 0.570 0.363 0.188 0.883 8.602 1.172 0.027 2002 0.666 0.559 0.359 0.210 1.040 10.367 1.396 0.053 2003 0.456 0.566 0.361 0.189 1.179 13.893 1.568 0.048 2004 0.689 0.546 0.353 0.119 1.227 17.065 1.779 0.125 2005 0.676 0.896 0.474 0.391 0.923 13.292 1.310 0.090 2006 0.464 1.260 0.554 0.569 0.714 12.776 1.017 0.046 Sumber: Laporan Keuangan PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero), diolah

James Van Horne & Johan M. Wachowicz, Jr (2000:145) mengatakan bahwa likuiditas berbanding terbalik dengan profitabilitas. Hal ini berbeda dengan penelitian pendahuluan yang dilakukan oleh penulis. Penulis menemukan bahwa rasio cepat (quick ratio) yang merupakan salah satu dari beberapa rasio likuiditas memiliki hubungan yang bervariasi terhadap rasio profitabilitas (ROI).


(16)

Sedangkan pada rasio Levarege PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) dalam penelitian awal yang dilakukan penulis juga mempunyai hubungan yang bervariasi terhadap ROI sedangkan menurut Kuswadi (2004: 209) mengatakan bahwa semakin besar jumlah dana perusahaan yang berasal dari pinjaman maka, semakin besar pula resiko yang ditanggung oleh perusahaan sehingga mengakibatkan rasio levarege (debt to equity ratio, debt to asset ratio dan longterm debt to equity ratio) berbanding terbalik dengan ROI. Pada rasio aktivitas PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) juga mempunyai hubungan yang bervariasi dengan kemampulabaan sedangkan menurut Kuswadi (2004: 201) mengatakan bahwa semakin besar rasio aktivitas maka akan semakin besar pula kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba, atau dengan kata lain rasio aktivitas (total asset tornover, inventory turnover dan fixed asset turnover) berbanding lurus terhadap rasio kemampulabaan (ROI). Untuk memahami sifat hubungan antara kinerja keuangan dan kemampulabaan yang sebenarnya maka penulis mengambil judul : ”Anlisis Hubungan Kinerja Keuangan Terhadap kemampulabaan Pada PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero)”.

B. Perumusan Masalah

Apakah terdapat hubungan antara kinerja keuangan yang diukur dengan quick ratio, debt to equity ratio, debt to asset ratio, longterm debt to equity ratio, asset turnover, inventory turnover dan fixed asset turnover terhadap kemampulabaan perusahaan yang diukur dengan return on investment (ROI) pada PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) ?”.


(17)

C. Kerangka Konseptual

Sebuah perusahaan pada dasarnya dalam menjalankan usahanya membutuhkan dana. Dana pada sebuah perusahaan dapat diperoleh dari pemilik perusahaan maupun pinjaman dari pihak lain seperti bank, dana yang telah dimiliki oleh perusahaan selanjutnya akan digunakan untuk membeli aktiva tetap, menjalankan aktiva tetap tersebut, untuk membeli bahan bahan kepentingan operasional perusahaan dan sebagainya. Oleh sebab itu peran manajer keuangan sebuah perusahaan adalah mengelola aliran dana tersebut agar sesuai dengan target perusahaan yang telah ditetapkan. Keseluruhan dari aktivitas mengenai mendapatkan dana dan menggunakan dana tersebut disebut dengan manajemen keuangan perusahaan. Hal ini berarti dana yang tertanam dalam aktiva perusahaan harus dapat dikelola seefektif mungkin sehingga perusahaan dapat menghasilkan tingkat keuntungan investasi yang maksimal.

Efektifitas penggunaan dana dalam sebuah perusahaan ditunjukkan melalui perputaran ROI (Kuswadi, 2004:190), Return On Investmen merupakan salah satu rasio kunci yang biasa digunakan oleh perusahaan yang dapat memberikan indikasi tentangbaik buruknya manajemen dalam melaksanakan kontrol biaya maupun pengelolaan aktivanya (Kuswadi, 2004:191). Dalam mengukur kinerja keuangan perusahaan dapat digunakan rasio finansiil yang terdiri dari rasio kemampulabaan, rasio likuiditas, rasio laverage dan rasio aktivitas. Dalam pengukuran laba perusahaan pendekatan melalui rasio finansiil memberikan informasi yang jelas mengenai penyimpangan yang dilakukan oleh setiap departemen yang ada dalam perusahaan atas penyimpangan yang terjadi terhadap target laba perusahaan (Sawir ,2005: 4). Analisis dan interpretasi dari


(18)

macam macam rasio dapat memberikan pandangan yang lebih baik tentang kondisi keuangan perusahaan dan prestasi perusahaan.

Sumber : Sawir, 2005 (diolah) Gambar 1.1 : Kerangka Konseptual

D. Hipotesis

Berdasarkan permasalahan yang telah disebutkan maka hipotesis yang diambil oleh penulis dalam penelitin ini adalah: Kinerja keuangan yang diukur dengan quick ratio, debt to equity ratio, debt to asset ratio, longterm debt to

equity ratio, asset turnover, inventory turnover dan fixed asset turnover

memiliki hubungan yang signifikan terhadap kemampulabaan PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero).

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan dari kinerja keuangan terhadap kemampuan memperoleh laba PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) sehingga dapat diketahui pengelolaan kinerja keuangan mempunyai hubungan atau tidak dengan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba.

ROI (Y) Kinerja Keuangan

Rasio Likuiditas Quick Ratio (X1)

Rasio Leverage

Debt to Equity Ratio (X2)

Debt to Asset Ratio (X3)

Long Term Debt to Equity Ratio (X4)

Rasio Aktivitas

Total Asset Turnover (X5)

Inventory Turnover (X6)


(19)

1. Bagi Penulis; sebagai pengembangan wawasan dan meningkatkan ilmu pengetahuan khususnya mengenai perencanaan dan pengelolaan keuangan perusahaan perkebunan kelapa sawit serta membandingkan antara penerapan teori teori yang telah diperoleh penulis di bangku kuliah dengan praktik di lapangan khususnya dalam penilaian kinerja keuangan perusahaan.

2. Bagi Perusahaan; sebagai salah satu bahan pertimbangan bagi

perusahaan dalam pengambilan keputusan dan perencanaan serta pengelolaan keuangan perusahaan untuk dapat dikelola secara efektif dan efisien dan dapat digunakan sebagai salah satu pertimbangan perusahaan dalam memperbaiki kinerja keuangan perusahaan pada masa yang akan datang.

3. Bagi Pembaca; penulis mengharapkan skripsi ini dapat

memberikan manfaat, perbandingan di dalam melakukan penulisan penelitian dimasa yang akan datang. Selain itu diharapkan skrisi ini dapat menambah wawasan dan sebagai penambah referensi bahan bacaan di perpustakaan khususnya tentang kinerja keuangan perusahaan dalam mencapai laba perusahaan..

F. Metodologi Penelitian

1. Batasan Operasional

Untuk menghindari kesimpangsiuran dalam membahas dan menganalisis permasalahan dalam penelitian ini, maka peneliti membatasi penelitian ini pada pembahasan hubungan analisis kinerja keuangan perusahaan melalui


(20)

rasio rasio finansiil yaitu: rasio likuiditas yang diukur dengan Quick Ratio, rasio leverage yang terdiri dari debt to equity ratio, debt to

asset ratio dan long term debt to equity ratio, rasio Aktivitas yang terdiri dari total asset turnover, inventory turnover dan fixed asset turnover terhadap kemampulabaan perusahaan yang diukur dengan return on investment (ROI) perusahaan. Dengan menganalisis laporan keuangan perusahaan peride 1999 sampai dengan 2006.

2. Definisi Operasional

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan beberapa rasio keuangan sebagai alat ukur kinerja keuangan perusahaan digunakan sebagai variable X dan kemampulabaan sebagai variable Y, antara lain:

a. Quick Ratio/Rasio Cepat (X1

Quick Ratio merupakan salah satu rasio dari beberapa rasio likuiditas yang digunakan dalam mengukur kemampulabaan perusahaan. Rasio ini memberikan gambaran yang lebih cermat tentang keadaan likuiditas perusahaan. sehingga Quick ratio digunakan sebagai Variable bebas (X

)

1

Lancar ng

Uta

Persediaan Lancar

Aktiva

) dalam penelitian ini oleh karena rasio ini lebih mendekati kebenaran dibandingkan dengan menggunakan rasio lainnya seperti rasio lancar yang masih bersifat umum. Perumusan Rasio Cepat dapat ditunjukkan sebagai berikut:

Rasio Cepat =

b. Debt to Equity Ratio/Rasio Kewajiban Terhadap Equitas (X2

Debt to equity ratio adalah merupakan salah satu rasio dari rasio )


(21)

ini. Rasio ini menunjukkan besarnya utang yang terdapat dalam struktur modal perusahaan sangat penting untuk memahami pertimbangan antara resiko dan laba. Adapun perumusan dari rasio ini adalah sebagai berikut:

DER = ×100%

Ekuitas Total

Kewajiban Total

c. Debt to Asset Ratio/Rasio Kewajiban (X3

Debt to total asset ratio adalah merupakan salah satu rasio dari rasio leverage yang digunakan sebagai variable bebas (X

)

3

% 100 × Aktiva Total

Kewajiban Total

) dalam penelitian ini. Rasio ini menggambarkan tentang berapa besar dana perusahaan yang berasal dari pinjaman, karena pinjaman mengandung resiko sehingga semakin besar pinjaman maka semakin besar pula resiko yang dimunculkannya. Adapun perumusan dari rasio ini adalah sebagai berikut:

DAR =

d. Long Term Debt to Equity Ratio/Rasio Kewajiban Jangka Panjang Atas Ekuitas (X4

Long term debt to equity ratio adalah merupakan salah satu rasio dari rasio leverage yang digunakan sebagai variable bebas (X

)

4) dalam

penelitian ini. Rasio ini merupakan perbandingan antara utang jangka panjangterhadap modal perusahaan, dimana bagian modal sendiri

dijaminkan untuk utang jangka panjang tersebut. Adapun perumusa n dari rasio ini adalah:


(22)

LDER = ×100%

Ekuitas

Panjang Jangka

Kewajiban

e. Total Asset Turnover/Rasio Perputaran Rotal Aktiva (X5

Total asset turnover adalah merupakan salah satu rasio dari rasio aktivitas yang digunakan sebagai variable bebas (X

)

5

Aktiva Total

Bersih Penjualan

) dalam penelitian ini. Rasio ini menunjukkan efektivitas penggunaan seluruh harta perusahaan dalam rangka menghasilkan penjualan atau menggambarkan berapa rupiah penjualan bersih yang dapat dihasilkan oleh setiop rupiah yang diinvestasikan dalam bentuk harta perusahaan. Adapun perumusan dari rasio ini adalah:

Rasio Perputaran Total Aktiva =

f. Inventory TurnOver/Perputaran Persediaan (X6

Inventory Turnover adalah merupakan salah satu rasio dari rasio aktivitas yang digunakan sebagai variable bebas (X

)

6

Persediaan Penjualan

) dalam penelitian ini. Rasio ini menunjukkan efisiensi pengelolaan dan penjualan persediaannya, sehingga semakin besar rasio ini maka akan semakin baik. Adapun rumus rasio ini adalah:

Rasio Perputaran Persediaan =

g. Fixed Asset Turnover/ Perputaran Aktiva Tetap (X7

Fixed asset ratio adalah merupakan salah satu rasio dari rasio aktivitas yang digunakan sebagai variable bebas (X

)

7) dalam penelitian ini.

Rasio ini menunjukkan efektivitas penggunaan dana yang tertanam pada harta tetap seperti pabrik, peralatan, tanah dan gedung dalam


(23)

rangka menghasilkan penjualan atau berapa rupiah penjualan bersih yang dihasilkan oleh setiap rupiah yang diinvestasikan pada aktiva tetap. Adapun perumusan dari rasio ini adalah:

Rasio Perputaran Aktiva Tetap =

Tetap Aktiva

Penjualan

h. Return On Investment (Y)

Return on investment adalah rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat profitabilitas (kemampulabaan), yang merupakan ukuran dari kecepatan perputaran besarnya investasi atas perolehan laba perusahaan. Rasio ini digunakan sebagai variable terikat (Y) dalam penelitian ini. Rasio ini merupakan salah satu dari rasio profitabilitas yang sering digunakan dalam bisnis dimana rasio ini dapat memberikan indikasi pada kita tentang dalam melaksanakan kontrol biaya dan aktivanya. Adapun perumusan dari rasio ini adalah:

ROI = ×100%

Aktiva Total

Bersih Laba

3. Jenis Data

Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1) Data Primer; Data yang diperoleh secara langsung dengan

melakukan wawancara langsung dengan staf bagian keuangan PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero)

2) Data Sekunder; Data yang digunakan penulis meliputi:

a. Laporan keuangan perusahaan periode 1999 s/d 2006 yang terdiri dari Laporan Neraca dan Laporan Laba Rugi


(24)

b. Sejarah singkat perusahaan c. Struktur organisasi perusahaan

d. Literatur ilmiah lainnya yang berkaitan dengan topik bahasan yang diteliti dalam penelitian ini yang dianggap perlu.

4. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian dilakukan di PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) yang berada di Jl. LETJEND SUPRAPTO No. 2 Medan. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Januari 2008 hingga Maret 2008.

5. Teknik Pengumpulan data

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan penulis adalah:

a. Interview (Wawancara)

Penulis melakukan wawancara langsung dengan pihak pihak yang berwenang yaitu staf bagian keuangan di PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) guna meminta keterangan mengenai data dan informasi yang dibutuhkan sebagai bahan penelitian, yang mana keterangan yang diperoleh tersebut selanjutnya akan diolah oleh penulis.

b. Studi Dokumentasi (Documentation)

Penulis mencari data-data seperti dokumen dan laporan keuangan dari PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) mulai dari tahun 1999 sampai dengan 2006 dan berbagai buku buku, artikel yang dipublikasikan serta


(25)

penelitian terdahulu yang sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis.

6. Metode Analisis Data

Adapun metode analisis data yang digunakan oleh penulis untuk mengolah data yang telah dikumpulkan pada penelitian ini ialah dengan cara:

a. Metode Analisis Deskriptif

Metode analisis deskriptif merupakan cara merumuskan dan menafsirkan data yang ada sehingga memberikan gambaran yang nyata mengenai keadaan perusahaan melalui pengumpulan, penyusunan, dan penganalisaan data mengenai laporan keuangan dan kegiatan perusahaan, sehingga akan diketahui gambaran umum tentang perusahaan.

b. Metode Analisis Korelasi Rank Spearman

Metode Korelasi Spearman digunakan untuk mengukur keeratan hubungan antar dua variabel. Kedua variable itu diketahui tidak memiliki distribusi normal dan kondisi varians tidak diketahui sama. Adakalanya kita ingin mengukur kuatnya hubungan antara dua variable tidak bersdasarkan pasangan nilai data yang sebenarnya, tetapi berdasarkan rangkingnya. Metode ini ditemukan oleh Charles Spearman, yang memperkenalkan tentang hubungan antara dua variable untuk data berperingkat.

Koefisien korelasi rank Spearman dapat dihitung (Sugiyono, 2004:284) dengan rumus:


(26)

rs = 1 -

(

)

1 6

2 2 −

n n

bi

Dimana:

rs = Koefisien Korelasi Rank Spearman bi = Selisih peringkat untuk tiap data n = Jumlah sample atau data

nilai rs menggambarkan besarnya hubungan dua variabel tersebut. Nilai rs sama dengan 1 berarti hubungan kedua variabel tersebut kuat, dan bila mana rs mendekati 0 maka hubungan kedua variabel tersebut lemah dan mendekati tidak ada. Tanda positif (+) menunjukkan arah hubungan dua variabel yang searah. Selain itu untuk melihat apakah ada hubungan yang signifikan dari korelasi Rank Spearmen yang diperoleh maka dapat dilihat dari tingkat signifikansi yang dihasilkan. Apabila signifikansi yang ditetapkan untuk penelitian (α = 5%) maka terdapat hubungan yang signifikan antara variabel X danY. Pengujian ini dilakukan dengan bantuan program SPSS versi 15.0.

Bentuk pengujian yang digunakan: Ho : r = 0

Artinya tidak terdapat hubungan yang signifikan antara variabel bebas (X) dengan variabel terikat (Y).

Ha : r ≠ 0

Artinya terdapat hubungan yang signifikan antara variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y).


(27)

Kriteria yang digunakan:

Ho diterima jika rs hitung ≤ rs tabel dengan α = 5% Ha diterima jika rs hitung > rs tabel dengan α = 5%

1. Pengujian Hipotesis

Uji statistik-t

Untuk menguji signifikansi dari Koefisien Korelasi Spearman yang diperoleh maka digunakan uji-t dengan rumus dan kemudian dibandingkan dengan table t. Rumus yang digunakan untuk menghitung thitung

2

1 2

r n

− −

dalam buku sugiyono (2004: 185) adalah: t = r

Bentuk pengujian yang digunakan adalah: Ho : t = 0

Artinya : tidak terdapat hubungan yang signifikan antara variabel X dan variabel Y.

Ha : t ≠ 0

Artinya : terdapat hubungan yang signifikan antara variabel X dan variabel Y.

Kriteria pengambilan keputusan pada Uji-t adalah: Ho diterima jika t hitung ≤ t tabledengan α = 5%


(28)

BAB II

URAIAN TEORITIS

A. Penelitian Terdahulu

Sitanggang (2007) melakukan penelitian tentang hubungan rasio aktivitas terhadap kemampuan perusahaan memperoleh laba pada PD. Aneka Industri dan Jasa Medan. Veriabel yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah rasio perputaran persediaan, rasio perputaran piutang, rasio perputaran total aktiva, periode perputaran persediaan, periode pengumpuklan piutang sebagai variable yang menentukan perusahaan dalam memperoleh laba yang diukur dengan Return On Investment (ROI). Penelitian menunjukkan rasio perputaran persediaan, rasio total aktiva mempunyai hubungan positif dan signifikan sedangkan variable periode perputaran persediaan menunjukkan hubungan yang negatif dan signifikan.

Simbolon (2007) melakukan penelitian tentang pengaruh struktur modal terhadap profitabilitas perusahaan manufaktur terbuka di Bursa Efek Jakarta. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa struktur modal dengan variable DER, LDAR dan LDER dalam penelitian ini berpengaruh secara signifikan baik secara parsial maupun secara serempak terhadap ROI. Berdasarkan perhitungan dengan model regresi hasilnya terlihat bahwa variable DER berpengaruh -0.33 serta LDER berpengaruh -0.69 terhadap ROI. Sedangkan dari hasil pengukuran secara parsial ditemukan bahwa LDER paling dominan mempengaruhi profitabilitas perusahaan.


(29)

Siagian (2007) melakukan penelitian dengan judul Analisis Hubungan Antara Rasio Likuiditas dengan Profitabilitas pada PT. PLN (persero) unit Sumatera Utara Cabang Medan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ketiga variable rasio likuiditas yang terdiri dari current ratio, acid test ratio dan cash ratio secara individual terbukti mempunyai hubungan positif dan tidak signifikan terhadap ROI perusahaan.

B. Pengertian Laporan Keuangan

Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari suatu proses akuntansi yang merupakan suatu ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan. Dasar dari laporan keuangan itu sendiri adalah neraca dan laporan laba rugi serta laporan perubahan posisi keuangan (laporan sumber dan penggunaan dana) yang berhubungan satu sama lainnya. Akuntansi dalam suatu perusahaan sering didefenisikan sebagai suatu seni dalam mencatat, menggolong-golongkan dan mengikhtisarkan dengan cara tertentu transaksi-transaksi dari kejadian-kejadian yang sekurang-kurangnya bernilai uang dan menginterpretasikan hasilnya. (Ikatan akuntan Indonesia, 2002:1).

Berdasarkan defenisi diatas, jelaslah bahwa kegiatan akuntansi baru berakhir pada penginterprestasian dari hasil pekerjaan mencatat, menggolongkan, dan mengikhtisarkan transaksi dari kejadian-kejadian yang timbul didalam perusahaan. Hasil kegiatan akuntansi yang telah diinterpretasikan tersebut umumnya berbentuk ikhtisar-ikhtisar dan inilah yang dimaksud dengan Laporan Keuangan (Financial Statement). Menurut Bringham dan Houston (2001:38) mengatakan bahwa; “Laporan keuangan adalah laporan yang diterbitkan setiap


(30)

tahun oleh perusahaan kepada para pemegang saham. Sedangkan menurut Harahap (2007: 105) laporan keuangan merupakan gambaran kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada saat terentu maupun jangka waktu tertentu. Laporan ini berisi laporan keuangan dasar dan opini manajemen atas operasi perusahaan selama tahun yang lalu dan prospek perusahaan dimasa depan”.

Pada mulanya laporan keuangan bagi suatu perusahaan hanyalah sebagai “alat penguji” dari pekerjaan bagian pembukuan, tetapi untuk selanjutnya laporan keuangan tidak hanya sebagai alat penguji saja, tetapi juga sebagai dasar untuk dapat menentukan atau menilai posisi keuangan tersebut, dimana dengan hasil analisis tersebut, pihak-pihak yang berkepentingan dapat mengambil keputusan. Agar pembaca laporan keuangan memperoleh gambaran yang jelas, maka laporan keuangan yang disusun harus didasarkan pada standar akuntansi yang lazim.

Sedangkan menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2002:2), disebutkan bahwa:

“Laporan Keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan Keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara misalnya, sebagai laporan arus kas atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Disamping itu juga termasuk skedul dan informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut, misalnya informasi keuangan segmen industri dan geografis serta pengungkapan pengaruh perubahan harga.”

Neraca dan laporan perhitungan laba rugi harus disusun secara sistematis, sehingga dapat memberikan gambaran posisi keuangan dari suatu perusahaan pada suatu kurun tertentu, serta memuat catatan, laporan dan materi penjelasan yang diperlukan untuk dilaporkan. Pada umumnya laporan keuangan itu terdiri


(31)

Neraca menunjukkan jumlah aktiva, hutang dan modal dari suatu perusahaan pada tanggal tertentu.

Laporan Perhitungan Laba Rugi memperlihatkan hasil-hasil yang telah dicapai perusahaan serta biaya-biaya yang terjadi selama periode tertentu dan laporan perubahan posisi keuangan menunjukkan sumber dan penggunaan dana atau alasan-alasan yang menyebabkan perubahan posisi modal perusahaan. Dalam pengukuran laba sebuah perusahaan laporan laba rugi dapat memberikan informasi yang jelas mengenai penyimpangan yang dilakukan oleh setiap departemen yang ada dalam perusahaan atas penyimpangan yang terjadi terhadap target perusahaan. Tetapi dalam prakteknya, sering diikutsertakan kelompok lain, yang sifatnya membantu untuk memperoleh penjelasan lebih lanjut, misalnya laporan perubahan modal kerja, laporan sumber dan penggunaan kas atau laporan arus kas, laporan sebab-sebab perubahan laba kotor, laporan biaya produksi serta dafta-daftar lainnya. Penjelasan tentang laporan keuangan diatas diperkuat oleh pendapat Sawir (2005:2) yang mengatakan bahwa laporan keuangan adalah merupakan hasil akhir dari proses akuntansi.

C. Tujuan Laporan Keuangan

Laporan keuangan disusun dan disajikan oleh suatu perusahaan dengan tujuan untuk menyediakan informasi keuangan perusahaan tersebut. Informasi keuangan ini untuk selanjutnya dijadikan bahan masukan atau pertimbangan dalam pengambilan keputusan ekonomi oleh pihak yang berkepentingan, seperti pihak manajemen, pemegang saham, pemilik perusahaan, para kreditur, karyawan, pemerintah dan sebagainya.


(32)

Menurut Standard Akuntansi Keuangan dalam Sawir (2005: 2) adapun tujuan dari laporan keuangan adalah sebagai berikut:

1. Menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuanaga, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.

2. Laporan keuangan disusun untk memenuhi kebutuhan bersama oleh sebagian besar pemakainya, yang secara umum menggambarkan pengaruh keuangan dari kejadian masa lalu.

3. Laporan keuangan juga menunjukkan apa yang dilakukan manajemen atau pertanggung jawaban manajemen atau sumber daya yang dipercayakan kepadanya.

Laporan keuangan dalam penyusunannya harus mempunyai ciri khas yang membuat informasi dalam laporan keuangan bermanfaat bagi pemakainya, yaitu karakteristik kualitatif. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2002:7-10), ada 4 karakteristik kualitatif pokok, yaitu:

1. Dapat dipahami

Kualitas penting informasi yang ditampung dalam laporan keuangan adalah kemudahannya untuk segera dapat dipahami oleh pemakai. Untuk maksud ini, pemakai diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai tentang aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi serta kemauan untuk memperlajrai informasi dengan ketekunan yang wajar. Namun demikian, informasi kompleks yang seharusnya dimasukkan dalam laporan keuangan tidak dapat dikeluarkan hanya atas dasar petimbangan bahwa informasi tersebut terlalu sulit dapat dipahami oleh pemakai tertentu.


(33)

2. Relevan

Agar bermanfaat, informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan pemakai dalam proses pengambilan keputusan. Informasi memiliki kualitas relevan kalau dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini atau masa depan, menegaskan atau mengoreksi hasil evaluasi dimasa lalu.

3. Keandalan

Agar bermanfaat, informasi juga harus andal (reliable). Informasi memiliki kualitas andal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material dan dapat diandalkan pemakainya sebagai penyajian yang tulus atau jujur (faithful representation) dari yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat disajikan.

4. Dapat dibandingkan

Pemakai harus dapat meperbandingkan laporan keuangan perusahaan antar periode untuk mengidentifikasi kecendrungan (trend) posisi dan kinerja keuangan. Pemakai juga harus dapat memperbandingkan laporan keuangan antar perusahaan untuk mengevaluasi posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan secara relatif. Oleh karena itu, pengukuran dan penyajian dampak keuangan dari transaksi dan peristiwa lain yang serupa harus dilakukan secara konsisten untuk perusahaan tersebut, antar periode perusahaan yang sama dan untuk perusahaan yang berbeda.


(34)

D. Pemakai Laporan Keuangan

Laporan keuangan merupakan komoditi yang bermanfaat dan dibutuhkan oleh masyarakat, karena dapat memberikan informasi yang dibutuhkan oleh pemakainnya dalam dunia bisnis yang menghasilkan keungtungan.

Menurut Harahap (2007:120-125) para pemakai laporan keuangan beserta kegunaannya yaitu:

1. Pemegang Saham

Pemegang saham ingin mengetahui kondisi keuangan perusahaan, asset, modal, utang, hasil, biaya dan laba yang akan diterima oleh pemegang saham dalam bentuk deviden. Dari informasi ini dapat mengambil keputusan apakah menjual, mempertahankan ataukah menambahnya dan itu semua tergantung pada kesimpulan yang diambil dari laporan keuangan dan informasi tambahan lainnya.

2. Investor

Dengan laporan keuangan perusahaan investor potensial akan melihat kemungkinan piotensi keuntungan dari perusahaan yang dilaporkan.

3. Analis Pasar Modal

Dengan menggunakan laporan keuangan seorang analis pasar modal ingin mengetahui nilai perusahaan, kekuatan dan posisi keuangan perusahaan, apakah layak disarankan pada pelanggannya untuk membeli, menjual atau menambah sahamnya.

4. Manajer

Manajer ingin mengetahui situasi ekonomis perusahaan yang dipimpinnya. Seorang manajer selalu dihadapkan pada keputusan yang cepat dan setiap saat


(35)

untuk itu seprang manajer harus benar benar memahami kondisi keuangan perusahaan selengkap lengkapnya melalui laporan keuangan perusahaan. 5. Karyawan dan Serikat Pekerja

Karyawan perlu mengetahui kondisi keuangan perusahaan untuk mengetahui apakah ia masih terus bekerja disitu atau pindah. Ia juga perlu mengetahui hasil usaha perusahaan agar ia mengetahui gaji yang diterimanya sudah relevan atau belum.

6. Instansi Pajak

Perusahaan selalu mempunyai kewajiban pajak baik pajak pertambahan nilai (PPN), pajak bumi dan bangunan (PBB) dan jenis pajak lainnya. Semua kewajiban pajak tersebut semestinya tergambar dalam laporan keuangan dengan demikian instansi pajak dapat menggunakan laporan keuangan sebagai dasar dari perhitungan pajak.

7. Pemberi Dana (Kreditur)

Kreditur juga ingin mengetahui informasi tentang situasi dan kondisi perusahaan baik yang sudah diberi pinjaman maupun yang akan diberikan pinjaman. Bagi perusahaan calon debitur informasi laporan keuangan dapat menjadi sumber untuk menilai kelayakan perusahaan untuk menerima kredit yang akan diluncurkan.

8. Supplier

Supplier menggunakan laporan keuangan untuk mengetahui apakah perusahaan layak diberikan fasilitas kredit, seberapa lama akan diberikan dan sejauh mana potensi resiko yang dimiliki perusahaan.


(36)

9. Pemerintah atau Lembaga Pengatur Resmi

Pemerintah mebutuhkan laporan keuangan karena ingin mengetahui apakah perusahan telah mematuhi peraturan yang telah ditetapkan. Jika belum maka lembaga ini dapat memberikan teguran atau sanksinya.

10.Langganan dan Lembaga Konsumen

Konsumen berhak mendapatkan layanan memuaskandengan harga equilibrium dengan begini maka konsumen terlindungi dari praktik yang merugikan hal ini biasanya dipantau oleh lembaga konsumen. Sebaiknya laporan keuangnan juga menyajikan tentang ini.

11.Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)

Pada saat sekarang ini sudah banyak jenis jenis LSM. LSM juga membutuhkan laporan keuangan untuk menilai sejauh mana prusahaan pihak tertentu yang dilindunginya.

12.Peneliti/akademisi/Lembaga Peringkat

Bagi peneliti atau akademisi laporan keuangan sangatlah penting sebagai data primer dalam melakukan penelitian topik tertentuyang berkaitan dengan laporan keuangan atau perusahaan. Laporan keuangan menjadi bahan dasar untuk diolah untuk mengambil kesimpulan dari suatu hipotesis atau penelitian yang dilakukan.

Informasi yang terdapat dalam laporan keuangan biasa yang disusun dalam bentuk general purpose biasanya tidak akan mampu memberikan informasi yang dibutuhkan pihak pihak tersebut diatas. Oleh karena itu diperlukan analisis laporan keuangan, dengan analisis laporan keuangan maka informasi yang ada


(37)

dalam laporan keuangan akan menjadi lebih luas dan akurat sehingga menambah daya guna laporan keuangan yang lazim.

E. Kinerja Keuangan

Kinerja dapat diartikan sebagai tingkat pencapaian hasil atau tujuan perusahaan, tingkat pencapaian misi perusahaan, tingkat pencapaian pelaksanaan tugas secara aktual dan pencapaian misi perusahaan. Kinerja juga dapat diartikan sebagai prestasi yang dicapai perusahaan dalam suatu periode tertentu yang mencerminkan tingkat kesehatan perusahaan tertentu. (Sugiyarso dan Winarni, 2006: 111).

Penilaian kinerja perusahaan merupakan suatu kegiatan yang sangat penting karena berdasarkan hasil penilaian tersebut ukuran keberhasilan perusahaan selama suatu periode tertentu dapat diketahui; dan dengan demikian hasil penilaian tersebut dapat dipergunakan sebagai pedoman bagi usaha perbaikan maupun peningkatan kinerja perusahaan selanjutnya. Dengan diketahuinya kondisi keuangan perusahaan, maka keputusan yang rasional dapat dibuat dengan bantuan alat alat analisis tertentu dimana analisis tersebut dapat dilakukan baik oleh eksternalperusahaan seperti kreditur, para investor maupun pihak internal perusahaan sendiri.

Ukuran kinerja perusahaan yang profit oriented maka tujuannya jelas, yaitu meningkatkan kemakmuran bagi para pemegang saham. Perusahaan dikatakan profitabe menurut Ross et all (2005) yaitu jika perusahaan dapat menghasilkan laba yang lebih baik dari apabila investor menanamkan modalnya tersebut di pasar modal. Dengan demikian kemampuan perusahaan dalam


(38)

memperoleh laba merupakan ukuran penting bagi perusahaan, di samping ukuran-ukuran lain yang berkaitan dengan kinerja keuangan perusahaan tersebut.

Berbagai kriteria dapat digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan. Karena semua kegiatan perusahaan bermuara di bidang keuangan, maka ukuran keuangan sering digunakan untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan antara lain seperti : return on investment (ROI), return on equity (ROE), economic value added (EVA), break even point (BEP), liquidity ratio, leverage/ solvabilitas ratios, efficiency ratio, profitability ratio, aktivity ratio, dan sebagainya. Dimana masing-masing alat ukur ini mempunyai kelemahan dan kekuatan. Ukuran lain yang bersifat lebih menyeluruh dapat juga digunakan balance scorecard dimana proses yang dijalankan perusahaan ikut diperhitungkan untuk menilai kinerja total perusahaan.

Menurut Purba (2002:56), Analisis kinerja keuangan biasanya dilakukan untuk mencapai dua hal pokok. Kedua hal pokok tersebut adalah sebagai berikut:

1. Mengevaluasi kinerja keuangan masa lalu perusahaan (evaluation of firm’s past financial performance)

2. Prospek keuangan (financial prospect) masa yang akan datang. Mengevaluasi kinerja keuangan masa lalu berarti mengukur kinerja keuangan yang dicapai dan membandingkannya dengan tujuan yang direncanakan. Pengukuran dilakukan untuk menetapkan apakah perusahaan dapat mewujudkan tujuan tersebut atau tidak. Untuk mengevaluasi keberhasilan tersebut diperlukan informasi keuangan (financial information) yang bersumber dari laporan keuangan perusahaan baik neraca maupun laporan laba-rugi.


(39)

Apakah telah dievaluasi kinerja keuangan, apakah kinerja keuangan tersebut sesuai dengan rencana atau tidak selalu diupayakan agar pada masa yang akan datang kondisi kinerja keuangan perusahaan akan lebih baik. Dalam menganalisis kinerja keuangan sebuah perusahaan, perbedaan jenis perusahaan dapat menimbulkan perbedaan rasio rasio ideal yang penting untuk digunakan

Dalam menilai kondisi keuangan dan prestasi perusahaan seorang analis keuangan menggunakan beberapa tolak ukur Adapun tolak ukur yang sering digunakan dalam melakukan analisis kondisi keuangan adalah rasio atau indeks, yang menghubungkan dua data keuanganyang satu dengan yang lain. Ada banyak macam macam rasio yang dapat digunakan menurut kebutuhan penganalisa antara lain (Riyanto, 2001:330):

1. Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio)

Rasio likuiditas digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban-kewajiban jangka pendeknya, sehingga rasio ini menjadi penting bagi pimpinan perusahaan, manajer, bank, atau pemasok yang memberikan kredit penjualan kepada perusahaan. Adapun rasio yang digunakan dalam penelitian ini adalah rasio cepat (Quick Ratio) sebab rasio ini memberikan gambaran yang baik tentang kemampuan aktiva lancar perusahaan untuk membayar utang utang lancarnya karena aktiva lancar yang diperhitungkan tidak termasuk persediaan, persediaan merupakan aktiva lancar yang tingkat likuiditasnya rendah, sering mengalami fluktuasi harga dan aktiva lancar ini sering menimbulkan kerugian jika terjadi likuidasi.

Sehubungan dengan hal tersebut rasio cepat (Quick Ratio) dapat memberikan gambaran yang lebih cermat tentang keadaan likuiditas


(40)

perusahaan, karena lebih mendekati kebenaran dibandingkan dengan menggunakan rasio lainnya yang masih bersifat umum (Kuswadi, 2004: 199). Rumus dari rasio cepat/Quick Ratio (Sawir, 2005, 10):

Rasio cepat =

Lancar ng

Uta

Persediaan Lancar

Aktiva

2. Rasio Leverage

Rasio Leverage mengukur tingkat solvabilitas suatu perusahaan adalah rasio yang dimaksudkan untuk mengukur sampai berapa jauh aktiva perusahaan dibiayai dengan Utang. Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansiilnya seandainya pada saat itu perusahaan tersebut dilikuidasi. Adapun rasio rasio Leverage yang umum digunakan (Sawir, 2005:13):

a. Debt to Equity Ratio (DER)

Rasio ini banyak digunakan dimana rasio ini menggambarkan perbandingan antara utang dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan menunjukkan kemampuan modal sendiri perusahaan tersebut untuk memenuhi seluruh kewajibannya.

Besarnya utang yang terdapat dalam struktur modal sangat penting dalam memahami antara resiko dan laba yang didapat, karena setiap utang pada umumnya akan menimbulkan keterikatan yang tetap bagi perusahaan, namun utang bukan merupakan sesuatu yang jelek bila utang dapat dikelola dan dimanfaatkan dengan efektif sehingga dapat memberikan keuntungan kepada para pemilik perusahaan yaitu pemegang saham.


(41)

Rumus dari debt to equity ratio adalah:

DER = ×100%

Ekuitas Total

Kewajiban Total

b. Debt to Asset Ratio (DAR)

Aktiva didanai dari dua sumber, yaitu dari investor dan dari kreditor. Rasio ini memperlihatkan proporsi antara kewajiban yang dimiliki dan seluruh kekayaan yang dimiliki sehingga memberikan gambaran tentang berapa besar dana perusahaan yang berasal dari pinjaman. Semakin besar hasil presentasenya maka cenderung semakin besar pula resiko keuangan bagi kreditor maupun pemegang saham karena semakin besar pinjaman maka akan semakin besar pula resiko yang ditanggung perusahaan. Bentuk perhitungan dari Debt to Asset Ratio adalah sebagai berikut:

DAR = ×100%

Aktiva Total

Kewajiban Total

c. Long Term Debt to Equity Ratio (LDER)

Rasio ini merupakan perbandingan antara utang jangka panjang terhadap modal perusahaan (pemegang saham). Rasio ini menunjukkan bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan untuk utang jangka panjang perusahaan. rumus dari Long Term Debt to Equity Ratio adalah:

LDER = ×100%

Ekuitas

Panjang Jangka

Kewajiban

3. Rasio Aktivitas/Activity Ratio

Rasio aktivitas mengukur seberapa efektif perusahaan memanfaatkan semua sumber daya yang ada pada pengendaliannya. Semua rasio dalam rasio


(42)

aktivitas ini melibatkan perbandingan antaratingkat penjualan dan investasi pada berbagai jenis aktiva. Rasio rasio aktivitas menganggap bahwa sebaiknya terdapat keseimbangan yang layak antara penjualan dan berbagai unsure aktiva.

a. Rasio Perputaran Total Aktiva/ Total Asset Turnover

Rasio ini menunjukkan efektivitas penggunaan seluruh harta perusahaan dalam rangka menghasilkan penjualan atau menggambarkan berapa rupiah penjualan bersih yang dapat dihasilkan oleh setiop rupiah yang diinvestasikan dalam bentuk harta perusahaan. Apabila perputarannya lambat maka hal ini menunjukkan bahwa aktiva yang dimilikinya terlalu besardibandingkan dengan kemampuan menjualnya. Adapun perumusan dari rasio ini adalah:

Rasio Perputaran Total Aktiva =

Aktiva Total

Bersih Penjualan

b. Rasio Perputaran Persediaan/Inventory Turnover

Pengelolaan persediaan adalah salah satu hal yang sangat penting dalam menjalankan bisnis. Rasio ini mengukur efisiensi pengelolaan persediaan. Rasio ini merupakan alat ukur yang cukup populer digunakan untuk menilai efisiensi operasional perusahaan dan menjual prsediaanya yang menunjukkan seberapa baiknya manajemen mengontrol modal yang ada pada persediaan. Maka semakin tinggi perputaran ini maka akan akan semakin baik penanaman modal dalam persediaan dengan transaksi pernjualan. Adapun rumus dari rasio ini adalah:


(43)

Rasio Perputaran Persediaan =

Persediaan Penjualan

c. Rasio Perputaran Aktiva Tetap/Fixed Asset Ratio

Rasio ini menunjukkan efektivitas penggunaan dana yang tertanam pada harta tetap seperti pabrik dan peralatan, dalam rangka menghasilkan pernjualan atau berapa rupiah penjualan bersih yang dihasilkan oleh setiap rupiah yang diinvestasikan pada aktiva tetap. Rasio ini berguna bagi perusahaan untuk mengevaluasi kemampuan perusahaan dalam menggunakan aktivanya secara efektif untuk meningkatkan pendapatan. Apabila perputarannya lambat maka kemungkinan terdapat kapasitas terlalu besar atau ada banyak aktiva tetap namun kurang bermanfaat atau mungkin disebabkan oleh hal lain seperti investasi pada aktiva tetap yang berlebihan dibandingkan dengan nilai output yang dapat diperoleh perusahaan. adapun rumus dari rasio ini adalah sebagai berikut:

Rasio Perputaran Aktiva Tetap =

Tetap Aktiva

Penjualan

F. Kemampulabaan Perusahaan

Tujuan dari sebuah perusahaan dalam melaksanakan kegiatan operasionalnya adalah untuk memakmurkan pemegang saham perusahaan dan mensejahterakan karyawannya serta pihak pihak yang terkait dengan perusahaan, dimana dalam mewujudkan tujuan tersebut diatas perusahaan haruslah dapat menghasilkan laba sehingga dengan terus tumbuhnya laba perusahaan maka nilai perusahaan juga dapat tercapai sehingga perusahaan dapat menghasilkan laba


(44)

secara berkesinambungan. Setiap laba yang diperoleh perusahaan tidaklah menjamin bahwa perusahaan beroperasi dengan efisien. Tingkat efisiensi perusahaan dapat diperoleh dengan membandingkan laba ynag diperoleh dengan kekayaan atau modal yang menghasilkan laba tersebut.

Kemampulabaan merupakan hasil akhir bersih dari berbagai kebijakan dan keputusan manajemen perusahaan. dimana kemampulabaan/profitabilitas merupakan gambaran dari kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang dan sebagainya (Harahap, 2007:304).

Analisis kemampulabaan terdiri dari pengujian yang dipakai untuk mengevaluasi kinerja dari perusahaan selama tahun tertentu. Rasio kemampulabaan akan memberikan jawaban akhir tentang efektifitas manajemen perusahaan, rasio ini memberikan gambaran tentang efektivitas pengelolaan perusahaan. Adapun menurut Sawir (2005: 18) rasio rasio kemampulabaan yang umum digunakan adalah:

a. Margin Laba Kotor (Gross Profit Margin) b. Margin Laba Bersih (Net Profit Margin) c. Daya Laba Dasar (Basic Erning Power) d. Return on Investment (ROI)

e. Return on Equity (ROE)

G. Return on Investment (ROI)

Pada penelitian ini untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba maka peneliti menggunakan salah satu dari rasio


(45)

kemampulabaan, yaitu Return on investment (ROI). ROI merupakan alat yang biasa digunakan untuk menilai kesuksesan atau prestasi perusahaan secara keseluruhan yang mana rasio ini sering digunakan dalam bisnis sebab dapat memberikan indikasi kepada kita tentang baik buruknya manajemen perusahaan dalam melaksanakan kontrol biaya dan kontrol aktivanya.

Rasio ini menunjukkan efektifitas penggunaan dana dilihat dari perputarannya dalam satu periode sebab besarnya laba bersih perusahaan dipengaruhi pleh perputaran dana yang ditanamkan pada aktivanya maka semakin cepat dana tersebut berputar makin efektif pula penggunaan dan tersebut sehingga makin besar pula laba perusahaanatas dana yang ditanam. Menurut Kuswadi (2004: 190) rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba disbanding dengan jumlah dana yang ditanam dalam perusahaan.

Rasio return on investment (ROI) dapat dihitung dengan rumus:

ROI = ×100%

Aktiva Total

Bersih Laba

Return on investment (ROI) dalam suatu perusahaan dapat ditingkatkan dengan beberapa cara (Simamora, 1999:270):

a. Meningkatkan Penjualan

Peningatan penjualan dapat dilakukan dengan menaikkan harga jual produk tanpa harus meningkatkan biaya variable per unit ataupun biaya tetap. Hal ini tejadi setiap kali kenaikan persentase jumlah biaya lebih kecil dari persentase kenaikan jumlah rupiah penjualan. Kenaikan penjualan juga meningkatkan putaran aktiva sepanjang tidak terjadi kenaikan proporsional dalam aktiva.


(46)

b. Pemangkasan Biaya

Pemangkasan biaya merupakan pendekatan pertama yang dilakukan oleh manajer keuangan manakala mengalami kemerosotan penjualan. Hal ini dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu:

1) Menelaah biaya tetap, baik unsure biaya maupun program program yang membentuk suatu paket biaya tetap dan kemudian mencari biaya yang dapat dipotong dengan segera.

2) Mencari cara cara untuk membuat para karyawan bekerja dengan lebih efisien dengan membuang duplikasi, waktu bukan nilai tambah atau waktu perbaikan mesin dan dengan meningkatkan muatan kerja karyawan.

c. Mengurangi Asset

Pemangkasan kelebihan investasi dalam perusahan dapat mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap putaran aktiva dan oleh sebab itu juga terhadap angka ROI. Pengurangan investasi investasi yang tidak perlu kerap memerlukan pelepasan maupun penghapusan aktiva aktiva yang tidak produktif maupun tidak lagi digunakan.


(47)

BAB III

GAMBARAN UMUM PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV

(PERSERO)

A. Sejarah Singkat Perkembangan Perusahaan

PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) merupakan Badan Usaha Milik Negara bidang perkebunan yang berkedudukan di Sumatera Utara. Pada umumnya perusahaan-perusahaan perkebunan di Sumatera Utara mempunyai sejarah panjang sejak zaman Belanda.

Secara kronologos riwayat PT Perkebunan Nusantara IV (Persero), dapat disajikan, sebagai berikut :

- Tahun 1938, Tahap Naslonalisasi

Perusahaan-perusahaan swasta asing (Belanda) seperti NV HVA (Namblodse Venotschaaf Handel, Vereeniging Amsterdam) dan NV RCMA (Namblodse Venotschaaf Rubber Cultuur Maatschappij Amsterdam) dinasionalisasikan oleh Pemerintah RI dan kemudian dilebur menjadi Perusahaan Milik Pemerintah atas dasar Peraturan Pemerintah No.19 tahun 1959

- Tahun 1967, Tahap Regrouping I

Pada tahun 1967 - 1968 selanjutnya Pemerintah melakukan regrouping menjadi Perusahaan Perkebunan Negara (PPN) Aneka Tanaman, PPN Karet dan PPN Serat.

- Tahun 1968, Tahap Perubahan menjadi Perusahaan Negara Perkebunan (PNP) Dengan Keppres No. 144 tahun 1968, Perusahaan Perkebunan Negara (PPN) yang ada di Sumut dan Aceh di regrouping ulang menjadi PNP I s.d. IX.


(48)

- Tahun 1971, Tahap Perubahan menjadi Perusahaan Perseroan

Dengan dasar Peraturan Pemerintah No. 29 tahun 1971, Perusahaan Negara Perkebunan (PNP) dialihkan menjadi Perusahaan Terbatas Persero dengan nama resmi PT. Perkebunan I s.d. IX (Persero).

- Tahun 1996, Tahap Peleburan menjadi PTPN

Berdasarkan Peraturan Pemenntah No.9 tahun 1996 tanggal 14 Pebruari 1996, semua PTP yang ada di Indonesia diregrouping kembali dan dilebur menjadi PTPN I s.d. XlV.

PT Perkebunan Nusantara lV merupakan hasil peleburan dan 3 (tiga) Perusahaan Perseroan (Persero) PT. Perkebunan VI, Perusahaan Perseroan

(Persero) PT. Perkebunan VII, dan Perusahaan Perseroan (Persero) PT. Perkebunan VIII yang berada di wilayah Sumatera Utara.

B. Visi dan Misi Perusahaan

Adapun visi perusahaan yaitu Membangun PTP Nusantara IV (Persero) menjadi perusahaan agribisnis perkebunan yang tangguh dan mampu bersaing, baik di sektor hulu dan hilir di tingkat nasional dan regional. Adapun MISI perusahaan antara lain:

1. Menjalankan usaha agribisnis perkebunan di bidang perkebunan kelapa sawit, kakao dan teh, serta menghasilkan produk minyak sawit, inti sawit, biji kakao kering, teh jadi, serta produk turunannya yang berkualitas untuk memberikan kepuasan bagi pelanggan.

2. Meningkatkan daya saing produk secara terus menerus yang didukung oleh sistem, cara kerja, dan lingkungan kerja yang mendorong munculya kreativitas dan inovasi untuk meningkatkan roduktivitas dan efisiensi.


(49)

3. Menghasilkan laba yang berkesinambungan untuk menjamin pertumbuhan, perkembangan, dan kesehatan perusahaan serta memberikan manfaat dan nilai tambah yang optimal bagi pemegang saham, karyawan, dan stakeholder lainnya.

4. Mengelola usaha untuk meningkatkan nilai perusahaan secara profesional dengan berpegang teguh nilai-nilai etika bisnis dan senantiasa berpedoman pada tata kelola perusahaan secara sehat

5. Memberikan perhatian dan peran yang sungguh-sungguh dalam membangun kemitraan dan mengembangkan masyarakat lingkungan (community development), koperasi, usaha kecil dan menengah, serta kelestarian lingkungan hidup.

C. Strategi Perusahaan

1. Peningkatan produktivitas dan efisiensi melalui penerapan praktek-praktek bisnis terbaik mencakup terbaik mencakup baku teknis, manajemen, dan sistem kerja

2. Mengadakan peremajakan/replanting tanaman secara teratur setiap tahun 3. Optimalisasi kapasitas pabrik dengan melakukan pembelian Pihak

menutupi kekurangan bahan baku olah dari produksi kebun sendiri 4. Penerapan Standard Operations Procedure (SOP), pemeliharaan, panen,

pengolahan dan perawatan pabrik secara konsisten.

5. Menerapkan preventive maintenance dan replacement atau penggantian mesin.

6. Membangun dan membina pengamanan terpadu yang melibatkan seluruh SDM unit dan aparat keamanan


(50)

D. Kegiatan dan Usaha Pokok Prusahaan

PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) mengelola 3 (tiga) budidaya perkebunan yang berupa tanaman Kelapa Sawit, Kakao dan Teh dengan 31 unit kebun yang dilengkapi dengan sarana pengolahannya berupa 16 unit Pabrik Kelapa Sawit (PKS), 1 unit Pabrik Pemurnian Minyak Sawit, 1 unit Pabrik Pengolahan Inti Sawit, 4 unit Pabrik Pengeringan biji Kakao, 6 unit pabrik Pengolahan Teh, 1 unit Perbengkelan dan 3 unit Rumah Sakit.

Kegiatan usaha Perusahaan tersebut terletak di atas lahan seluas 151.968 Ha areal konsesi, yang tersebar di 8 (delapan) Kabupaten Daerah Tingkat II yaitu Kabupaten Simalungun, Serdang Bedagai, Asahan, Labuban Batu, Langkat, Toba Samosir, Tapanuli Selatan dan Kota Madya Medan.

E. Pemegang Saham Perusahaan

Pemegang saham PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) adalah Negara Republik Indonesia.

F. Pengurus dan Pengawas Perusahaan

Sesuai dengan ketentuan Anggaran Dasar Perseroan, Perseroan diurus oleh Direksi di bawah pengawasan Komisaris. Anggot a Direksi dan Komisaris diangkat oleh Rapat Pemegang Saham untuk jangka waktu 5 (lima) tahun. Tugas dan wewenang Direksi dan Komisaris diatur dalam pasal 11 dan 16 dari anggaran dasar Perseroan.

G. Struktur Organisasi Perusahaan

Berdasarkan Surat Keputusan Direksi Nomor 04.13/Kpts/43/VIII/ 2003


(51)

Sumber : PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero)

Gambar 3.1 : Struktur Organisasi PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero H. Uraian Tugas

1. Rapat Umum Pemegang Saham

Rapat umum pemegang saham adalah pemimpin tertinggi yang membawahi Dewan Komisaris, Direktur serta setingkat lebih bawah. Adapun tugas dan wewenang RUPS adalah:

- Mengangkat dan memberhentikan Dewan Komisaris

RUPS Direktur Utama Direktur Produksi Bagian Tanaman Bagian Teknis Bagian Pengolahan Bagian Perencanaa n Direktur Keuangan Bagian Keuangan Bagian Akutansi Direktur Pemasaran Bagian Pemasaran Bagian Pengadaan Direktur SDM/Umu m Bagian SDM Bagian Umum Bagian PKBL Komisaris

RUPS Subsidiary

Bagian Sekretaris Perusahaa n Bagian Keuangan GU-III 7 Unit Usaha KS/Kk o GU-II 6 Unit Usaha KS Sakit GU-I 7 Unit Usaha KS GU-VI 3 Unit Usaha R. Sakit GU-V 6 Unit Usaha Teh/K S GU-IV 6 Unit Usaha KS Unit PMT Unit KPJ


(52)

- Bertanggung jawab atas pelaksanaan dan penggunaan modal atau asset perusahaan dalam mencapai tujuan.

- Mengawasi Dewan Komisaris dalam menjalankan tugas yang telah dibebankan kepadanya oleh pemegeng saham.

2. Dewan Komisaris

Dewan komisaris terdiri dari tiga komisaris anggota yang bertugas untuk mengawasi pekerjaan Direktur Utama, tugas dan wewenang Dewan Komisaris adalah:

- Memberikan nasihat pada Direktur Utama

- Membantu Direktur Utama dalam menentukan investasi dana perusahaan.

- Mengawasi jalannya perusahaan. 3. Direktur Utama

Direktur Utama adalah pemimpin perusahaan dalam mengambil keputusan dan penanggung jawab utama atas jalannya perusahaan dan tercapainya tujuan perusahaan, serta mengkoordinasikan para Direktur agar tercapai pelaksanaan operasaional secara teratur, terarah, terkendli dan terpadu.

4. Direktur Produksi

Direktur produksi adalah anggota Dewan Direksi yang mengelola bidang tanaman, produksi, teknik, pengolahan dan industri kecil serta rencana lainnya yang berkaitan dengan fungsi tersebut termasuk plasma. Dalam melaksanakan tugasnya Direktur Produksi bertanggung jawab pada Direktur Utama dan keluar pada RUPS melalui Dewan Komisaris. Adapun bagian bagian yang dibawahi oleh Dorektur Produksi:


(53)

- Bidang Tanaman - Bidang Teknik - Bidang Pengolahan 5. Direktur Keuangan

Direktur Keuangan adalah anggota Dewan Direksi yang mengelola khusus bidang keuangan perusahaan. dalam melaksanakan tugasnya Direktur Keuangan bertanggung jawab pada Direktur Utama dan keluar pada RUPS melalui dewan komisaris. Direktur Keuangan membawahi beberapa bagian antara lain:

- Bagian Keuangan - Bagian Akuntansi 6. Direktur Pemasaran

Direktur Pemasaran adalah anggota dewan direksi yang mengelola bidang pemasaran perusahaan yang mencakup pengadaan dan penjualan barang. Dalam melaksanakan tugasnya Direktur Pemasaran bertanggung jawab pada Direktur Utama dan keluar pada RUPS melalui Dewan Komisaris. Direktur Pemasaran membawahi beberapa bagian antara lain:

- Bagian Pengadaan - Bagian Pemasaran 7. Direktur SDM

Direktur SDM adalah anggota dewan direksi yang mengelola bidang ketenagakerjaan dan umumserta pembinaanusaha kecil dan koperasi. Dalam melaksanakan tugasnya Direktur SDM bertanggunga jawab pada Direktur Utama dan keluar pada RUPS melalui Dewan KOmisaris. Direktur SDM membaeahi beberapa bagian yaitu:


(54)

- Bagian Umum - Bagian SDM

- Bagian pembinaan usaha kecil dan kopersi 8. Kepala Bagian Sekretasis Perusahaan

TUGAS POKOK

Membantu dan memberikan saran/pemikiran kepada Direksi (Direktur Utama) dalam melaksanakan fungsi-tungsi manajemen di bidang sekretariat, aspek legal (corporate law) dan kepatuhan (compliance), aspek manajemen hubungan investor, aspek komunikasi perusahaan (corporate communication), hubungan masyarakat, dan protokoler.

WEWENANG

1. Menjawab pertanyaan investor, stakeholder, dan Bapepam tentang kebijakan dan kinerja perusahaan.

2. Mengambil keputusan yang berhubungan dengan tugas utamanya, yang tidak menyimpang dari kebijakan perusahaan.

3. Melakukan penilaian, mengusulkan: prornosi, mutasi, pengiriman pelatihan intern maupun ekstern, dan tindakan disiplin bagi jajaran di Bagiannya.

4. Menggunakan sumber daya di Bagiannya sesuai dengan kegiatan dan anggaran yang telah ditetapkan dalam RKAP.

TANGGUNG JAWAB

1. Kepala Bagian Sekretaris Perusahaan bertanggung jawab kepada Direktur Utama

2. Kepala Bagian Sekretaris. Perusahaan bertanggung jawab atas efektivitas dan efisiensi tugas bagiannya.


(55)

3. Kepala Bagian Sekretaris Perusahaan bertanggung jawab terhadap penggunaan sumberdaya di bagiannya.

9. Kepala Bagian Satuan Pengawasan Intern TUGAS UTAMA

Membantu dan memberikan saran/pemikiran kepada Direktur Utama dalam melaksanakan fungsi tungsi pengawasan perusahaan di bidang penggunaan sumber daya operasional serta sistem dan prosedur unluk menciptakan efektivitas dan efisiensi perusahaan.

WEWENANG

1. Melakukan pemeriksaan terhadap pelaksanaan kegiatan operasional, sistem dan prosedur di semua unit kerja perusahaan.

2. Mengambil keputusan yang berhubungan dengan tugas utamanya, yang tidak menyimpang dan kebijakan perusahaan.

3. Memberi pendapat dan pertimbangan berdasarkan kesimpulan hasil pemeriksaan dalam bentuk Laporan Hasil Pemeriksaan kepada Direktur Utama.

4. Melakukan penilaian, mengusulkan promosi, mutasi, pengiriman pelatihan intern maupun ekstern, dan tindakan disiplin bagi jajaran di Bagiannya.

5. Menggunakan sumber daya di Bagiannya sesuai dengan kegiatan dan anggaran yang telah ditetapkan dalam RKAP.

TANGGUNG JAWAB

1. Kepala Bagian Satuan Pengawasan Intern dalam melaksanakan tugasriya bertanggung jawab langsung kepada Direkiur Utama..


(56)

2. Kepala Bagian Satuan Pengawasan Intern bertanggung atas elektivitas dan efisiensi tugas bagiannya.

10. Kepala Bagian Tanaman TUGAS UTAMA

Membantu dan memberikan saran/pemikiran kepada Direksi dalam melaksanakan fungsi-fungsi Manajemen di bidang produksi tanaman.

WEWENANG

1. Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap kegiatan operasional bidang produksi tanaman di semua unit produksi lanaman.

2. Mengambil keputusan yang berhubungan dengan tugas utamanya, yang tidak menyimpang dalam kebijakan perusahaan.

3. Melakukan penilaian, mengusulkan: promosi, mutasi, pengiriman pelatihan intern maupun ekstern, dan tindakan disiplin bagi jajaran di Bagiannya.

4. Menggunakan sumber daya di Bagiannya sesuai dengan kegiatan dan anggaran yang telah ditetapkan dalam RKAP.

TANGGUNG JAWAB

1. Kepala Bagian Tanaman bertanggung jawab Iangsung kepada Direktur Produksi.

2. Kepala Bagian Tanaman bertanggung jawab atas efektivitas dan efisiensi tugas bagiannya.

3. Kepala Bagian Tanaman bertanggung jawab terhadap penggunaan sumberdaya di dalam baglannya.


(57)

11. Kepala Bagian Teknik TUGAS UTAMA

Membantu dan memberikan saran/pemikiran kepada Direksi dalam melaksanakan fungsi-fungsi Manajemen di bidang teknik.

WEWENANG

1. Melakukan monitoring terhadap kegiatan operasional di bidang teknik.

2. Mengambil keputusan yang berhubungan dengan tugas utamanya, yang tidak menyimpang dan kebijakan perusahaan.

3. Melakukan penilaian, mengusukan: promosi, mutasi, pengiriman pelatihan intern maupun ekstern, dan tindakan disiplin bagi jajaran di bagiannya.

4. Menggunakan sumber daya di Bagiannya sesuai dengan kegiatan dan anggaran yang telah ditetapkan dalam RKAP.

TANGGUNG JAWAB

1. Kepala Bagian Teknik bertanggungjawab Iangsung kepada Direktur Produksi. 2. Kepala Bagian Teknik bertanggung atas efektivitas dan efisiensi tugas

bagianriya.

3. Kepala Bagian Teknik bertanggung jawab terhadap penggunaan sumberdaya di dalam bagiannya.

12. Kepala Bagian Pengolahan TUGAS UTAMA

Membantu dan memberikan saran/pemikiran kepada Direksi dalam melaksanakan fungsi-fungsi Manajemen di bidang pengolahan.

WEWENANG


(58)

2. Mengambil keputusan yang berhubungan dengan tugas utamanya, yang tidak menyimpang dari kebijakan perusahaan.

3. Melakukan penilaian, mengusulkan: promosi, mutasi, pengiriman pelatihan intern maupun ekstern, dan tindakan disiplin bagi jajaran di bagiannya.

4. Menggunakan sumber daya di bagiannya sesuai dengan kegiatan dan anggaran yang telah ditetapkan dalam RKAP.

TANGGUNG JAWAB

1. Kepala Bagian Pengolahan bertanggung jawab langsung kepada Direktur Produksi.

2. Kepala Bagian Pengolahan berlangsung atas efektivitas dan efisiensi tugas bagiannya.

3. Kepala Bagian Pengolahan bertanggung jawab terhadap penggunaan sumberdaya di dalam bagiannya.

13. Kepala Bagian Perencanaan Pengkajian dan Pengembangan TUGAS UTAMA

Membantu dan memberikan saran/pemikiran kepada Direksi dalam melaksanakan fungsi-fungsi manajemen di bidang perencanaan, pengkajian, pengembangan perusahaan, dan risk management.

WEWENANG

1. Melakukan pengkajian terhadap persoalan-persoalan di semua unit kerja perusahaan.

2. Mengambil keputusan yang berhubungan dengan tugas utamanya, yang tidak menyimpang dari kebijakan perusahaan.


(59)

3. Melakukan penilaian, mengusulkan: promosi, mutasi, pengiriman pelatihan intern maupun ekstern, dan tindakan disiplin bagi jajaran di bagiannya.

4. Menggunakan sumber daya di bagiannya sesuai dengan kegiatan dan anggaran yang telah ditetapkan dalam RKAP.

TANGGUNG JAWAB

1. Kepala Bagian Perencanaan, Pengkajian dan Pengembangan bertanggung jawab langsung kepada Direktur Produksi.

2. Kepala Bagian Perencanaan, Pengkajian dan Pengembangan bertanggung atas efektivitas dan efisiensi tugas bagiannya.

3. Kepala Bagian Perencanaan, Pengkajian dan Pengembangan berlanggung jawab terhadap penggunaan sumberdaya di bagiannya.

14. Kepala Bagian Keuangan TUGAS UTAMA

Membantu dan memberikan saran/pemikiran kepada Direksi dalam melaksanakan fungsi-fungsi Manajemen di bidang keuangan.

WEWENANG

1. Mengambil keputusan yang berhubungan dengan tugas utamanya, yang tidak menyimpang dan kebijakan perusahaan.

2. Melakukan penilaian, mengusulkan: promosi, mutasi, pengiriman pelatihan intern maupun ekstern, dan tindakan disiplin bagi jajaran di bagiannya.

3. Menggunakan sumber daya di bagiannya sesuai dengan kegiatan dan anggaran yang telah ditetapkan dalam RKAP.


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis hasil penelitian dan pembahasan, dapat ditarik kesimpulan dari rumusan masalah yang dihipotesiskan. Hipotesis memprediksikan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kinerja keuangan yang diukur dengan quick ratio, debt to equity ratio, debt to asset ratio, longterm debt to equity ratio, asset turnover, inventory turnover dan fixed asset turnover dengan kemampulabaan yang diukur dengan return on investment (ROI) perusahaan. Oleh sebab itu penulis menarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Variabel quick ratio, mempunyai hubungan positif dan signifikan terhadap kemampulabaan pada PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero). Artinya semakin besar nilai dari rasio maka nilai ROI pada perusahaan juga akan semakin meningkat. Hal ini dibuktikan dari besarnya spearman rho (Rs) sebesar 0. 786 yang mempunyai arti bahwa hubungan antara kedua variabel adalah kuat dan nilai signifikansinya lebih kecil dari α = 5% (0. 021<0.05).

2. Variabel debt to equity ratio, mempunyai hubungan negatif dan tidak signifikan terhadap kemampulabaan pada PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero). Artinya semakin besar nilai dari rasio maka nilai ROI pada perusahaan juga akan semakin menurun. Hal ini dibuktikan dari besarnya spearman rho (Rs) sebesar -0. 310


(2)

yang mempunyai arti bahwa hubungan antara kedua variabel adalah rendah dan

nilai signifikansinya lebih besar dari α = 5% (0. 456>0.05).

3. Variabel debt to asset ratio, mempunyai hubungan negatif dan tidak signifikan terhadap kemampulabaan pada PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero). Artinya semakin besar nilai dari rasio maka nilai ROI pada perusahaan juga akan semakin menurun. Hal ini dibuktikan dari besarnya spearman rho (Rs) sebesar -0. 310 yang mempunyai arti bahwa hubungan antara kedua variabel adalah rendah dan nilai signifikansinya lebih besar dari α = 5% (0. 456>0.05).

4. Variabel long term debt to equity ratio, mempunyai hubungan negatif dan tidak signifikan terhadap kemampulabaan pada PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero). Artinya semakin besar nilai dari rasio maka nilai ROI pada perusahaan juga akan semakin menurun. Hal ini dibuktikan dari besarnya spearman rho (Rs) sebesar -0. 310 yang mempunyai arti bahwa hubungan antara kedua variabel adalah rendah dan nilai signifikansinya lebih besar dari α = 5% (0. 456>0.05). 5. Variabel total asset turnover, mempunyai hubungan positif dan tidak signifikan

terhadap kemampulabaan pada PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero). Artinya semakin besar nilai dari rasio maka nilai ROI pada perusahaan juga akan semakin meningkat. Hal ini dibuktikan dari besarnya spearman rho (Rs) sebesar 0. 357 yang mempunyai arti bahwa hubungan antara kedua variabel adalah rendah dan nilai signifikansinya lebih besar dari α = 5% (0. 385>0.05).

6. Variabel inventory turnover, mempunyai hubungan positif dan tidak signifikan terhadap kemampulabaan pada PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero). Artinya semakin besar nilai dari rasio maka nilai ROI pada perusahaan juga akan semakin


(3)

meningkat. Hal ini dibuktikan dari besarnya spearman rho (Rs) sebesar 0. 238 yang mempunyai arti bahwa hubungan antara kedua variabel adalah rendah dan

nilai signifikansinya lebih besar dari α = 5% (0. 570>0.05).

7. Variabel fixed asset turnover, mempunyai hubungan positif dan tidak signifikan terhadap kemampulabaan pada PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero). Artinya semakin besar nilai dari rasio maka nilai ROI pada perusahaan juga akan semakin meninkkat. Hal ini dibuktikan dari besarnya spearman rho (Rs) sebesar 0. 0.571 yang mempunyai arti bahwa hubungan antara kedua variabel adalah sedang dan

nilai signifikansinya lebih besar dari α = 5% (0. 139>0.05). B. Saran

1. Hasil penelitian menunjukkan likuiditas perusahaan yang diukur dengan quick ratio mempunyai tingkat likuiditas yang cukup baik karena mempunyai hubungan yang positif dengan kemampulabaan perusahaan. Namun demikian akan lebih baik jika perusahaan dapat mengurangi nilai piutang ragu ragu sehingga tingkat likuiditas peruasahaan juga akan semakin membaik oleh karena itu perusahaan harus dapat mengelola arus kas agar lebih baik lagi.

2. Berdasarkan hasil penelitian penulis menyarankan agar perusahaan dalam mengelola hutang baik jangka panjang maupun jangka pendek dapat lebih efektif dan efisien lagi dalam mendanai kegiatan perusahaan baik operasional maupun penanaman modal pada anak perusahaan atau melakukan penjadwalan kembali atas kegiatan investasi lainnya sebab dalam penelitian penulis mendapati hubungan yang negatif antara leverage ratio dengan kemampulabaan PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero).


(4)

3. Penulis menyarankan agar PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) dapat mengelola asset perusahaan dengan lebih baik lagi terutama pada aktiva tetap perusahaan hal ini penulis lihat melalui rendahnya fixed asset turnover

perusahaan, sebab dengan tingginya harga crued palm oil (CPO) saat ini akan memungkinkan perusahaan untuk dapat mencatatkan penjualan yang lebih baik lagi hal ini akan berarti jika perusahaan juga dapat meningkatkan efisiensi dan efektifitas pengelolaan operasional lahan perkebunan dan pabrik yang dimiliki oleh perusahaan.

4. Kepada penulis yang berminat meneliti hubungan kinerja keuangan terhadap kemampulabaan (ROI) disarankan agar melakukan penelitian lanjutan dengan menambah jumlah variabel rasio yang akan diteliti serta memperluas permasalahan yang akan dibahas.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Bodie Zvie, Alex Kane dan Alan J. Marcus, 2006. Investment, Edisi Keenam, Buku Satu, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Brigham, F. Eugene. Houston Joel F, 2001. Manajemen Keuangan, Edisi Kedelapan, Buku Satu, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Harahap, Sofyan syafri, 2007. Analisis Kritis atas Laporan Keuangan, Penerbit PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Ikatan akuntan Indonesia, 2002. Standar Akuntansi Keuangan, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Jaffe. Ross. Westerfield. 2005. Corporate Finance, Seventh Edition, McGraw-Hill International, Singapore.

Kuswadi. 2004. Cara Mudah Memahami Angka Angka dan Manajemen Keuangan Bagi Orang Awam. PT. Elex Media Komputindo, Jakarta.

Munawir, S, 2004. Analisa Laporan Keuangan, Cetakan Ketiga belas, Penerbit Liberty, Yogyakarta.

Muslich, Mohamad, 2007. Manajemen Keuangan Modern, cetakan keempat, Penerbit Bumi aksara, jakarta.

Pahan, Iyung, 2007. Panduan LengkapKelapa Sawit Manajemen Agribisnis dari Hulu Hingga Hilir, Penerbit Penebar Swadaya, Jakarta.

Purba, Parentahen, 2002. Analisis dan Perencanaan Keuangan, Edisi Pertama, Penerbit, USU Press, Medan.

Riyanto, Bambang, 2001. Dasar Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Edisi empat, Cetakan ketujuh, Penerbit BPFE, Yogyakarta.

Santoso, Singgih, 2003. SPSS 10 Mengolah Data Statistik Secara Profesional.

Cetakan Keempat, Penerbit PT. Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia, Jakarta.

Sawir, Agnes, 2005. Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan, Cetakan Kelima, Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Sitanggang, Mariance, 2006. Analisis Hubungan Rasio Aktivitas Terhadap Kemampuan Memperoleh Laba Pada PD. Aneka Industri dan Jasa Medan. Skripsi. USU, Medan


(6)

Simbolon, Herna, 2007. Pengaruh Struktur Modal terhadap profitabilitas perusahaan manufaktur terbuka di Bursa Efek Jakarta. Skripsi, USU, Medan

Siagian, Romy,2007. Analisis Hubungan Antara Rasio Likuiditas dengan Profitabilitas pada PT. PLN (persero) unit Sumatera Utara Cabang Medan. Skripsi, USU, Medan

Sugiyarso G dan Winarni F, 2006. Pemahaman Laporan Keuangan; Pengelolaan Aktiva; Kewajiban dan Modal serta Pengukuran Kinerja Perusahaan,

Penerbit Media Pressindo, Yogyakarta.

Sugiyono, 2006. Metode Penelitian Bisnis, Cetakan Kesembilan, Penerbit CV. Alfabeta, Bandung.

Tangkilisan, Hessel Nogi S, 2003. Memahami Kinerja Keuangan Perusahaan,

Penerbit Balairung & co, Yogyakarta.

Van Horne, James dan John M, Wachowicz, Jr, Perinsip Perinsip Manajemen Keuangan, terjemahan Heru Sutejo, Buku Satu, Edisi Kesembilan, Salemba Empat, Jakarta, 2000.

Weston, J. Fred dan Thomas E. Coopeland, Manajemen Keuangan, terjemahan Jaka Wasana dan Kirbrandoko, Edisi Kedelapan, Erlangga, Jakarta, 2000