BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penelitian
Tuberkulosis TB adalah suatu penyakit granulomatosa kronis menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis MT.
1
WHO memperkirakan TB menyebabkan 6 dari semua kematian di seluruh dunia, penyebab tersering
kematian akibat infeksi bakteri tunggal dan pada masyarakat dengan sosioekonomi yang rendah.
2,3,4
Pada negara berkembang seperti halnya Indonesia, TB masih menjadi masalah utama.
Indonesia menjadi negara ketiga yang mempunyai kasus TB terbanyak di dunia setelah India dan Cina dengan jumlah penderita sekitar 10
dari total jumlah penderita TB di dunia dan menempati urutan ke empat penyebab kematian terbanyak di Indonesia.
5,6
TB dapat melibatkan lymph node yang merupakan bentuk yang paling sering dijumpai dari extrapulmonary tuberculosis. Infeksi HIV dan kondisi-
kondisi immunocompromised lain menunjukkan peningkatan insidensi limfadenitis tuberkulosis. Oleh karena itu maka diagnosis limfadenitis
tuberkulosis merupakan tantangan. Kriteria klinik dan gambaran sitologi seperti
Universitas Sumatera Utara
tuberkel yang digunakan untuk mendiagnosis memiliki sensitifitas dan spesifisitas yang kurang memuaskan dan dapat menjurus menjadi diagnosis yang
berlebihan, terutama pada negara-negara dengan endemic rate tuberkulosis yang tinggi.
7
Sampai sekarang diagnosis tuberkulosis didasarkan pada dijumpainya acid- fast bacilli AFB dengan pewarnaan tradisional Ziehl-Neelsen ZN
7,8,9,10
, atau dengan isolasi MT dari kultur yang diperoleh dari spesimen biopsi atau aspirat
yang diambil dengan aspirasi jarum halus.
7,8
Pemeriksaan kultur yang membutuhkan waktu lama mulai ditinggalkan sebagai pemeriksaan diagnostik
rutin, sensitifitas dan spesifisitasnya rendah dan sering memberikan hasil negatif.
Fine needle aspiration cytology FNAC merupakan teknik bermanfaat yang biasa digunakan untuk mendiagnosis extrapulmonary tuberculosis, seperti pada
lymph node, tulang dan cold abscess di lokasi manapun pada tubuh serta merupakan teknik yang sederhana, sensitif dan diagnosis dapat diperoleh pada
hari yang sama. Limfadenopati merupakan bentuk dari extrapulmonary tuberculosis. Kasus ini sering datang ke praktek ahli sitologi hampir setiap
hari.
7,8
Secara patologi gambaran sitologi dari sediaan-sediaan sitologi yang selama ini dipegang untuk menegakkan diagnosis TB adalah dijumpainya sel-sel
Universitas Sumatera Utara
inflamasi granulomatosa klasik berupa sel-sel histiosit epiteloid pada latar belakang limfosit, multinucleated giant cells dari tipe foreign body atau
Langhans type giant cells dan dapat atau tidak menunjukkan adanya nekrosis.
11
Apabila gambaran-gambaran khas diatas terlihat pada aspirat nanah yang diambil dari kelenjar limfe atau jaringan non limfoid lain, diagnosis TB mudah
untuk ditegakkan. Tetapi apabila gambaran ini tidak dijumpai, sulit membedakan antara infeksi akut supuratif dengan infeksi tuberkulosis supuratif.
12
Dalam praktek sehari-hari, pada beberapa kasus aspirat kelenjar limfe yang diwarnai dengan May Grunewald Giemsa MGG, tidak dijumpai sel-sel
epiteloid dan atau sel-sel Langhans tetapi dijumpai dua struktur: 1. Badan-badan kecil berbentuk oval berwarna gelap di dalam kelompokan
beberapa makrofag, dan 2. Bercak-bercak gelap dengan massa amorf bergranula halus eosinofilik pada
latar belakangnya.
Kasus-kasus seperti ini secara konvensional tidak dapat didiagnosis sebagai TB. Dalam studi pendahuluan kami dari bulan Januari 2008 hingga April 2009
terhadap 53 orang pasien yang secara sitologi menunjukkan dua struktur di atas, yang diberi pengobatan aspesifik, antara lain sefalosporin generasi pertama
Cefadroxil, yang terkadang diberikan lebih dari dua minggu, tidak memberikan
Universitas Sumatera Utara
hasil sebagaimana yang diharapkan, pembengkakan tersebut tidak mengecil. Namun bila diberi pengobatan spesifik anti tuberkulosis rifampisin, isoniazid,
ethambutol, pyrazinamid menunjukkan hasil yang memuaskan.
Lubis dkk. dalam penelitiannya terhadap gambaran yang sama berupa bercak gelap dan materi nekrotik bergranula halus eosinofilik yang dikonfirmasi
dengan kultur medium Kudoh 20 modifikasi medium Ogawa mendapatkan uji sensitifitas, spesifisitas, positive predictive value, akurasi dan prevalensi
berturut-turut sebesar 97, 81, 83, 89, dan 48.
12
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, kami tertarik untuk melakukan penelitian terhadap badan-badan kecil berbentuk oval berwarna gelap di dalam
kelompokan beberapa makrofag dan bercak-bercak gelap ini dan berasumsi bahwa mungkin dua struktur tersebut berhubungan dengan patogenesis
tuberkulosis.
Sepengetahuan kami tidak ada literatur yang mengemukakan tentang struktur ini yang dihubungkan dengan timbulnya tuberkulosis.
Pada penelitian ini kami menggunakan pewarnaan imunositokimia. Dari literatur dan praktek sehari-hari, aplikasi imunositokimia pada sediaan-sediaan
FNAC dari limfadenitis tuberkulosis atau extrapulmonary tuberculosis belum
Universitas Sumatera Utara
rutin dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis.
7
Kami mengharapkan bahwa dengan penelitian ini dapat diperoleh justifikasi bahwa imunositokimia
dapat digunakan untuk menggantikan pemeriksaan kultur yang memerlukan waktu lama sedikitnya 4 minggu untuk memperoleh diagnosis tuberkulosis dan
pemeriksaan ZN yang sering memberikan hasil negatif palsu.
Pewarnaan imunositokimia yang digunakan untuk mendeteksi MT adalah rabbit polyclonal to Mycobacterium tuberculosis antibody ab905, Abcam. Gold
standard yang digunakan pada penelitian ini adalah respons pemberian terapi anti tuberkulosis berdasarkan diagnosis ex juvantibus.
1.2. Rumusan