Terapi Prognosis Sitologi Biopsi Aspirasi Jarum Halus

2.7. Terapi

Penatalaksanaan limfadenitis TB, prinsip dan regimen obatnya sama dengan tuberkulosis paru. Sekitar 25 penderita kelenjarnya makin membesar selama pengobatan, bahkan bisa timbul kelenjar baru dan sekitar 20 timbul abses dan kadang-kadang membentuk sinus. Bila ini terjadi, jangan mengubah pengobatan, karena kelenjar akan mengecil jika pengobatan masih kita lanjutkan. 24 Hal yang perlu dipertimbangkan adalah bahwa kesembuhan penderita dipengaruhi oleh kepatuhan, dana, edukasi dan kesabaran dalam mengkonsumsi obat, serta dengan pengobatan yang efektifpun respon penyakit ini lebih lambat daripada TB paru. 24 Pedoman internasional dan nasional menurut WHO menggolongkan limfadenitis TB dalam kategori III dan merekomendasikan pengobatan selama 6 bulan dengan regimen 2HRZ4RH atau 2HRZ4H3R3 atau 2HRZ6HE. American Thoracic Society ATS merekomendasikan pengobatan selama 6 bulan sampai 9 bulan sedangkan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia PDPI mengklasifikasikan limfadenitis TB ke dalam TB di luar paru dengan paduan obat 2RHZE10RH. British Thoracic Society Research Committee and Compbell BTSRCC merekomendasikan pengobatan selama 9 bulan dalam regimen 2RHE7RH. 1,30,36 Universitas Sumatera Utara

2.8. Prognosis

Prognosis umumnya baik jika infeksi terbatas di paru, kecuali jika infeksi disebabkan oleh strain resisten obat atau pasien berusia lanjut dengan debilitas atau mengalami gangguan kekebalan yang beresiko tinggi menderita tuberkulosis milier. 2,13

2.9. Sitologi Biopsi Aspirasi Jarum Halus

Teknik biopsi aspirasi jarum halus, pertama kali dilakukan di Memorial Sloan-Kettering Cancer Center sekitar tahun 1930 an. Biopsi aspirasi jarum halus merupakan suatu tindakan cepat, noninvasif dan berguna pada lesi yang dapat diraba dengan nilai sensitifitas mencapai 87, spesifisitas 100 dan predictive value untuk ketepatan diagnostik mendekati 100 dan predictive value diagnostik negatif sekitar 60. Material yang didapatkan dari hasil biopsi aspirasi jarum halus, selain untuk menegakkan diagnostik sitologi juga dapat digunakan untuk melihat determinasi reseptor hormonal, studi kinetik dan tampilan onkoprotein. 11,25,31 Universitas Sumatera Utara

2.10. Imunositokimia