yaitu daun jati, kulit pohon mahoni, ketapang, asam jawa, kulit buha manggis, daun mangga, daun suji pandan, daun indogofera, buah jambu, kulit pisang, dan
bawang merah. Pewarnan alami dari daun jati dan kulit pohon mahoni memilki nilai yang tinggi dalam menghasilkan warna yang kuat dan lebih tahan lama dari
jenis tanaman lain. Ekstraksi daun jati menghasilkan warna merah hati, sedangkan ekstraksi kulit pohon mahoni menghasilkan warna merah coklat, dan keduanya
merupakan warna yang paling penting digunakan dalam motif batik Jone goroan.
2.3. Kerangka Berpikir
Membuat motif hias pada kain merupakan salah satu aspek kompetensi yang tercantum pada Permendiknas nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi di SDMI
mengenai mata pelajaran seni budaya dan keterampilan. Membuat motif hias pada kain salah satunya dapat dilakukan dengan praktik membuat batik tulis. Namun
pada kenyataannya, berdasarkan pengamatan penelitian dan wawancara dengan guru kelas V SD Negeri Sendangrejo, siswa sudah praktik membuat batik tulis
namun kurang kreatif. Hal ini diperkuat dengan hasil belajar siswa membuat batik tulis yang belum maksimal ditunjukkan dari 30 siswa, hanya 13 siswa 43,33
yang mendapat nilai di atas KKM 75 sedangkan 17 siswa 56,67 lainnya mendapat nilai di bawah 75, dengan rata-rata kelas yang rendah yaitu 71. Hal
tersebut disebabkan karena tidak adanya media pembelajaran yang mendukung kegiatan praktik membuat batik tulis untuk meningkatkan kreativitas siswa
membuat batik
tulis. Berdasarkan
permasalahan tersebut,
peneliti mengembangkan alat pewarnaan batik untuk menciptakan motif pewarnaan pada
kain batik, sehingga dapat meningkatkan kreativitas siswa dalam praktik membuat batik tulis.
Penggunaan media sangat bermanfaat dalam proses pembelajaran karena dapat memperjelas isi materi pelajaran dan dapat menarik perhatian siswa untuk
antusias, aktif, dan semangat mengikuti pembelajaran. Dengan menggunakan alat pewarnaan batik pada praktik membuat batik tulis, dapat mengembangkan
kreativitas siswa untuk menghasilkan motif pewarnaan batik yang beranekaragam dan memiliki nilai estetis sehingga dapat meningkatkan hasil belajar dan aktivitas
siswa dalam pembelajaran. Alat pewarnaan batik yang dikembangkan yaitu pada bagian bentuk, ukuran, dan desain bentuk motif alat pewarnaan batik. Bentuk
desain alat pewarnaan batik yang dikembangkan berbentuk seperti stempel dengan bagian pegangan alat berukuran 9 cm, ketebalan dasar alat berukuran 2
cm, dan bentuk motif alat berdiameter 7 cm. Bentuk desain motif alat pewarnaan batik yang dikembangkan lebih variatif yaitu motif lingkaran berpola, kawung,
dan roll. Prosedur penelitian pengembangan alat pewarnaan batik yang peneliti
gunakan mengacu pada langkah-langkah penelitian pengembangan menurut Sugiyono 2010: 409 yang meliputi: 1 desain produk; 2 validasi desain; 3 uji
coba produk; 4 revisi produk; 5 uji coba pemakaian; 6 revisi produk; 7 implementasi produk. Untuk mengetahui sejauh mana alat pewarnaan batik yang
diproduksi layak digunakan, maka perlu melalui tahap validasi oleh ahi media dan materi dan diujicobakan kepada siswa untuk memperoleh masukan dan koreksi
tentang produk yang dihasilkan. Setelah media direvisi, diperbaiki, divalidasi, dan
dinyatakan layak maka dilakukan uji coba produk dan uji coba pemakaian sehingga dapat dihasilkan media pembelajaran yang menarik, efektif, tepat
sasaran, dan layak sehingga dapat dipertanggungjawabkan penggunanya.
Secara skematis alur penelitian dapat digambarkan pada bagan berikut.
Bagan 2.3 Kerangka Berpikir
Fakta Siswa praktik membuat
batik tulis namun belum kreatif
Hasil belajar membuat batik tulis
rendah
Peneliti mengembangkan alat pewarnaan batik yang lebih variatif untuk meningkatkan kreativitas siswa dalam praktik
membuat batik tulis
Bagian alat pewarnaan batik yang dikembangkan: 1. Desain bentuk alat seperti stempel, mudah digunakan
siswa SD 2. Desain ukuran alat Pegangan tangan berukuran 9 cm,
ketebalan dasar alat 2 cm 3. Desain bentuk motif alat pewarnaan lebih variatif bentuk
motif lingkaran berpola, kawung, dan roll berdiameter 7 cm
Validasi alat pewarnaan batik oleh pakar media dan materi
Uji coba produk
Uji coba pemakaian
Produk akhir
Alat pewarnaan batik untuk mendukung praktik membuat batik tulis pada pembelajaran SBK
101
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. JENIS PENELITIAN
Jenis penelitian ini ialah penelitian dan pengembangan atau dikenal dengan Research and Development RD. Sugiyono 2012: 407 menjelaskan metode
penelitian dan pengembangan adalah metode yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu dan menguji keefektifan produk tersebut. Menurut Arifin 2012:
127, metode penelitian dan pengembangan dalam teknologi pembelajaran digunakan pada bidang pelatihan industri, bisnis, kemiliteran, teknologi
kedokteran, dan pendidikan seperti mengembangkan bahan ajar, media, serta manajemen pembelajaran. Pada penelitian ini, mengembangkan media
pembelajaran berupa alat pewarnaan batik untuk membuat motif pewarnaan batik pada praktik membuat batik tulis di kelas V SD Negeri Sendangrejo.
Borg dan Gall 1989 dalam Arifin 2012: 127 menjelaskan “research
and development is a powerfull strategy for improving practice. It as a process used to develop and validate edu
cational products.” Produk pendidikan yang dimaksud dalam penelitian dan pengembangan ini mengandung empat pengertian
pokok yaitu: 1 produk tidak hanya meliputi perangkat keras seperti buku teks, modul, video, film pembelajaran dan perangkat lunak seperti kurikulum, evaluasi,
model, prosedur, dan proses pembelajaran; 2 produk yang dikembangkan dapat produk baru atau memodifikasi produk yang sudah ada; 3 produk yang
dikembangkan merupakan produk yang bermanfaat bagi dunia pendidikan