21 memecahkan masalah secara sistematis dan logis. Hal ini berarti, dalam belajar
pemecahan masalah siswa juga dituntut untuk dapat berpikir logis. Untuk dapat menunjukan bahwa siswa memiliki kemampuan yang baik dalam
pemecahan masalah, maka diperlukan suatu indikator yang digunakan untuk mengukur
kemampuan pemecahan masalah tersebut. Untuk mengetahui
peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa pada penelitian ini, indikator kemampuan pemecahan masalah matematika yang digunakan
mengacu pada pendapat NCTM 2000: 52, yaitu: 1 membangun pengetahuan baru dengan pemecahan masalah; 2 memecahkan masalah dalam matematika dan
konteks lain; 4 menggunakan dan menyesuaikan berbagai strategi dalam menyelesaikan
masalah; dan 5 mengawasi dan merefleksi proses pemecahan masalah matematika.
B. Kerangka Berpikir
Pembelajaran matematika memiliki beberapa tujuan yang harus dicapai, diantaranya
adalah mengembangkan
kemampuan pemecahan
masalah. Kemampuan pemecahan masalah merupakan kemampuan matematika yang
penting dalam pembelajaran matematika dan dalam kehidupan sehari-hari, akan tetapi masih dianggap sebagai bagian yang paling sulit baik bagi siswa dalam
mempelajarinya maupun bagi guru dalam mengajarkannya. Kegiatan pemecahan masalah dalam pembelajaran matematika mengalami beberapa kesulitan karena
22 siswa kurang terlatih dalam mengembangkan ide-idenya di dalam memecahkan
masalah. Model pembelajaran kooperatif tipe TPS terdiri dari tiga tahapan, yaitu thinking,
pairing, dan sharing. Pada tahap thinking berpikir, siswa secara mandiri mencoba untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi, hal ini membuat siswa
lebih terbiasa dalam menemukan sendiri suatu konsep terkait dengan masalah tersebut sehingga siswa dapat mengembangkan kemampuan pemecahan masalah
matematikanya. Pada tahap Pairing berpasangan, siswa secara berpasangan mendiskusikan hasil pemikiran atau gagasan yang telah mereka kembangkan
pada tahap berfikir sehingga kemampuan pemecahan masalah matematikanya semakin baik dan setiap siswa diharapkan aktif dalam menyampaikan pendapat
agar tidak ada siswa yang hanya berperan sebagai penonton diskusi. Pada tahap Sharing berbagi, siswa saling berbagi ide dari hasil diskusi kelompoknya. Siswa
mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas sehingga kemampuan pemecahan masalah siswa menjadi lebih baik saat pembelajaran berlangsung, hal
ini dapat membuat siswa melihat kesamaan konsep yang diungkapkan dengan cara yang berbeda.
Pembelajaran TPS
dengan musik sebagai pengiring merupakan suatu
pembelajaran yang dapat menciptakan lingkungan belajar yang efektif, dimana musik dalam pembelajaran dapat menata suasana hati, mengubah keadaan mental
siswa, dan mendukung lingkungan belajar sehingga memberikan kesempatan kepada siswa membangun pengetahuannya sendiri untuk memecahkan suatu
masalah. Musik membantu siswa belajar lebih baik, mengingat lebih banyak,
23 merangsang dan meremajakan pikiran dan memperkuat ingatan sehingga
memungkinkan siswa lebih berprestasi dalam belajar. Efek musik pada model pembelajaran kooperatif tipe TPS dapat dijelaskan
sebagai berikut. Pada tahap thinking, musik dapat membantu merangsang
kemampuan berfikir siswa sehingga dalam menyelesaikan masalah membuat siswa lebih cepat dalam mengembangkan kemampuan pemecahan masalah
matematika. Pada tahap Pairing, karena musik dapat membantu merangsang kreativitas maka ketika berdiskusi mendorong siswa untuk
mengemukakan pemikiran atau gagasan secara kreative dan hal ini
dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematikanya. Pada tahap Sharing, musik
dapat membuat siswa menjadi rileks sehingga ketika mempresentasikan hasil
diskusinya di depan kelas siswa menjadi fokus dan tidak tegang hal ini membuat kemampuan pemecahan masalah siswa menjadi jauh lebih baik saat pembelajaran
berlangsung. Musik juga dapat mengurangi rasa lelah dan mengantuk sehingga siswa yang lainnya dapat memfokuskan diri pada temannya yang sedang
mempresentasikan hasil diskusinya agar dapat melihat kesamaan konsep yang diungkapkan dengan cara yang berbeda.
C. Hipotesis Penelitian