Model Siklus Belajar 5 Fase Learning Cycle 5-E

Pada fase terakhir, yakni aplikasi konsep, siswa diajak menerapkan pemahaman konsepnya melalui berbagai kegiatan-kegiatan atau melakukan percobaan lebih lanjut. Penerapan konsep dapat meningkatkan pemahaman konsep dan motivasi belajar, karena siswa mengetahui penerapan nyata dari konsep yang mereka pelajari. Hudojo dalam Fajaroh dan Dasna 2007, mengemukakan bahwa ”LC melalui kegiatan dalam tiap fase mewadahi pelajar untuk secara aktif membangun konsep- konsepnya sendiri dengan cara berinteraksi dengan lingkungan fisik maupun sosial. ” Lingkungan belajar yang perlu diupayakan agar LC berlangsung secara konstruktivistik adalah: 1. tersedianya pengalaman belajar yang berkaitan dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa, 2. tersedianya berbagai alternatif pengalaman belajar jika memungkinkan, terjadinya transmisi sosial, yakni interaksi dan kerja sama individu dengan lingkungannya, 3. tersedianya media pembelajaran, 4. kaitkan konsep yang dipelajari dengan fenomena sedemikian rupa sehingga siswa terlibat secara emosional dan sosial yang menjadikan pembelajaran berlangsung menarik dan menyenangkan.

D. Model Siklus Belajar 5 Fase Learning Cycle 5-E

Implementasi LC dalam pembelajaran menempatkan guru sebagai fasilitator yang mengelola berlangsungnya fase-fase tersebut mulai dari perencanaan terutama pengembangan perangkat pembelajaran, pelaksanaan terutama pemberian pertanyaan-pertanyaan arahan dan proses pembimbingan sampai evaluasi. Efektifitas implementasi LC biasanya diukur melalui observasi proses dan pemberian tes. Jika ternyata hasil dan kualitas pembelajaran tersebut ternyata belum memuaskan, maka dapat dilakukan siklus berikutnya yang pelaksanaannya harus lebih baik dibanding siklus sebelumnya dengan cara mengantisipasi kelemahan- kelemahan siklus sebelumnya, sampai hasilnya memuaskan. LC tiga fase saat ini telah dikembangkan dan disempurnakan menjadi 5 fase Pada LC 5 Phase, ditambahkan tahap engagement sebelum exploration dan ditambahkan pula tahap evaluation pada bagian akhir siklus. Pada model ini, tahap concept introduction dan concept application masing-masing diistilahkan menjadi explaination dan elaboration. Karena itu LC 5 Phase sering dijuluki LC 5-E Engagement, Exploration, Explaination, Elaboration, dan Evaluation Lorsbach, 2002. Model pembelajaran ini bisa membantu cara berpikir siswa dan membuat kimia menjadi salah satu pelajaran yang menyenangkan. Tahapan ini harus dilakukan semuanya dengan urutan di atas. Untuk lebih jelasnya dapat diperhatikan pada Gambar. 1 di bawah ini. Gambar. 1 the 5 E Learning Cycle Model Sumber: www.coe.ilstu.edu Fase-fase Learning Cycle 5-E : 1. Engagement Menarik Perhatian-Mengikat Fase Engage merupakan fase awal untuk menggali pengetahuan awal dan menumbuhkan rasa ingin tahu siswa. Pada fase ini guru menciptakan teka-teki yang sesuai dengan topik yang akan dipelajari siswa. Guru dapat mengajukan pertanyaan misalnya: mengapa hal ini terjadi? bagaimana cara mengetahuinya? dll, dan jawaban siswa digunakan untuk mengetahui hal-hal apa saja yang telah diketahui oleh siswa. Fase ini bertujuan mempersiapkan diri siswa agar terkondisi dalam menempuh fase berikutnya dengan jalan mengeksplorasi pengetahuan awal dan ide-ide mereka serta untuk mengetahui kemungkinan terjadinya miskonsepsi pada pembelajaran sebelumnya. Dalam fase engagement ini minat dan keingintahuan curiosity siswa tentang topik yang akan diajarkan berusaha dibangkitkan. Pada fase ini pula siswa diajak membuat prediksi-prediksi tentang fenomena yang akan dipelajari dan dibuktikan dalam fase eksplorasi. 2. Exploration menggali konsep Pada fase eksplorasi siswa diberi kesempatan untuk bekerja baik secara mandiri maupun secara berkelompok tanpa instruksi atau pengarahan secara langsung dari guru, untuk mengeksplorasi fenomena ilmiah, memanipulasi bahan, dan berusaha untuk memecahkan masalah. Pada fase ini siswa melakukan percobaan secara il- miah, melakukan pengamatan, mengumpulkan data, sampai pada membuat ke- simpulan dari percobaan yang dilakukan. Dalam kegiatan ini guru sebaiknya ber- peran sebagai fasilitator membantu siswa agar bekerja pada lingkup permasalahan hipotesis yang dibuat sebelumnya dan menguji hipotesis mereka melalui eksperimen atu observasi. Sesuai dengan teori Piaget, pada kegiatan eksplorasi siswa diharapkan mengalami ketidaksetimbangan kognitif disequilibrium. Siswa diharapkan bertanya kepada dirinya sendiri: “Mengapa demikian” atau “Bagaimana akibatnya bila..” dan sete- rusnya. Kegiatan eksplorasi memberi kesempatan siswa untuk menguji dugaan dan hipotesis yang telah mereka tetapkan. Mereka dapat mencoba beberapa alter- natif pemecahan, mendiskusikannya dengan teman sekelompoknya, mencatat ha- sil pengamatan dan mengemukakan ide dan mengambil keputusan memecahkan- nya Dasna, 2005:81. Kegiatan pada fase ini sampai pada tahap presentasi atau komunikasi hasil yang diperoleh dari percobaan atau menelaah bacaan. Dari komunikasi tersebut diha- rapkan diketahui seberapa tingkat pemahaman siswa terhadap masalah yang dipe- cahkan Dasna, 2005:82. 3. Explaination Menjelaskan Kegiatan belajar pada fase penjelasan ini bertujuan untuk melengkapi, menyem- purnakan, dan mengembangkan konsep yang diperoleh siswa. Guru mendorong siswa untuk menjelaskan konsep yang dipahaminya dengan kata-katanya sendiri, menunjukkan contoh-contoh yang berhubungan dengan konsep untuk meleng- kapi penjelasannya. Pada kegiatan ini sangat penting adanya diskusi antar anggo- ta kelompok untuk mengkritisi penjelasan konsep dari siswa yang satu dengan yang lainnya. Pada kegiatan yang berhubungan dengan percobaan, guru dapat memperdalam hubungan antar variabel atau kesimpulan yang diperoleh siswa. Hal ini diperlukan agar siswa dapat meningkatkan pemahaman konsep yang baru diperolehnya 4. Elaboration Penerapan konsep Kegiatan belajar ini mengarahkan siswa menerapkan konsep-konsep yang telah dipahami dan ketrampilan yang dimiliki pada situasi baru. Guru dapat mengarahkan siswa untuk memperoleh penjelasan alternatif dengan menggunakan data atau fakta yang mereka eksplorasi alam situasi yang baru. Guru dapat memulai dengan mengajukan masalah baru yang memerlukan pengujian lewat ekplorasi dengan melakukan percobaan, pengamatan, pengumpulan data, analisis data sampai membuat kesimpulan. Kegiatan fase ini bertujuan untuk mening- katkan pemahaman siswa tentang apa yang telah mereka ketahui, sehingga siswa dapat melakukan akomodasi melalui hubungan antar konsep dan pemahaman siswa menjadi lebih mantap. 5. Evaluation Evaluasi Pada fase akhir evaluation, dilakukan evaluasi terhadap efektifitas fase-fase sebelumnya dan juga evaluasi terhadap pengetahuan, pemahaman konsep, atau kompetensi siswa melalui problem solving dalam konteks baru yang kadang- kadang mendorong siswa melakukan investigasi lebih lanjut. Kegiatan belajar pada fase evaluasi, guru ingin mengamati perubahan pada siswa sebagai akibat dari proses belajar pada fase ini guru dapat mengajukan pertanyaan terbuka yang dapat dijawab dengan menggunakan lembar observasi, fakta atau data dari penjelasan dari sebelumnya yang dapat diterima. Kegiatan pada fase evaluasi berhubungan dengan penilaian kelas yang dilakukan guru meliputi penilaian proses dan evaluasi penguasaan konsep yang diperoleh siswa. Setelah melakukan fase-fase diatas, siswa diharapkan mampu lebih berperan aktif dalam pembelajaran, dan siswa termotivasi untuk menggali dan memperkaya wawasan lebih banyak mengenai konsep yang telah dipelajari dan mengaplikasi- kannya juga pada bidang-bidang lain selain bidang sains tentunya. Siswa juga diharapkan dapat membangun sendiri pegetahuan kognitif melalui indera untuk melihat gejala-gejala yang ada di sekitarnya dan kedudukan guru sebagai fasilitator yang mengelola berlangsungnya fase-fase tersebut mulai dari perencanaan terutama perangkat pembelajaran, pelaksanaan terutama pemberian pertanyaan-pertanyaan arahan dan proses pembimbingan dan evaluasi berfungsi membantu siswa menemukan konsep pengetahuannya. Hal ini sesuai dengan karakteristik dari model pembelajaran Learning Cycle 5 Fase sendiri yang pada dasarnya sesuai dengan pendekatan konstruktivisme. Model pembelajaran LC ini dirasakan sesuai jika diterapkan pada pembelajaran kimia.

E. Siklus Belajar Empiris-Induktif SBEI

Dokumen yang terkait

PERBANDINGAN PENGUASAAN KONSEP LAJU REAKSI ANTARA PENERAPAN PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5 PHASE DENGAN LEARNING CYCLE 3 PHASE (Kuasi Eksperimen Pada Kelas XI IPA SMAN 13 Bandar Lampung)

0 5 66

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 3E PADA MATERI REAKSI OKSIDASI-REDUKSI UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENYIMPULKAN DAN PENGUASAAN KONSEP PADA SISWA

0 10 57

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 3E PADA MATERI REAKSI OKSIDASI-REDUKSI DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGKOMUNIKASIKAN DAN PENGUASAAN KONSEP PADA SISWA

0 10 54

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 3E PADA MATERI REAKSI OKSIDASI-REDUKSI UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGELOMPOKKAN DAN PENGUASAAN KONSEP PADA SISWA

0 25 54

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 3E PADA MATERI REAKSI OKSIDASI- REDUKSI DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN INFERENSI DAN PENGUASAAN KONSEP

0 8 61

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN SIKLUS BELAJAR EMPIRIS INDUKTIF DALAM MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT

0 23 53

Efektivitas Model Pembelajaran Siklus Belajar Empiris Induktif (SBEI) Dalam Meningkatkan Penguasaan Konsep Siswa Pada Materi Laju Reaksi Kimia

0 7 38

PERBANDINGAN PENGUASAAN KONSEP TERMOKIMIA ANTARA MODEL LEARNING CYCLE 6 PHASE DENGAN LEARNING CYCLE 3 PHASE

0 8 45

DESAIN PEMBELAJARAN KIMIA BERMUATAN NILAI PADA MATERI PERKEMBANGAN KONSEP REAKSI OKSIDASI-REDUKSI.

1 7 42

PENGARUH PENGGUNAAN SIKLUS BELAJAR TIPE EMPIRIS INDUKTIF TERHADAP PENGUASAAN KONSEP SISWA SMA PADA PEMBELAJARAN TRANSPORTASI TUMBUHAN.

1 3 31