C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan:
1. Perbedaan rata-rata penguasaan konsep siswa antara model pembelajaran LC 5-E
dengan model pembelajaran siklus belajar empiris-induktif pada materi reaksi
reduksi oksidasi kelas X SMA Negeri 7 Bandar Lampung.
2. Rata-rata penguasaan konsep siswa manakah yang lebih tinggi antara model
pembelajaran LC 5-E dengan model pembelajaran siklus belajar empiris-induktif pada materi reaksi reduksi oksidasi kelas X SMA Negeri 7 Bandar Lampung.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
1. Dapat memberikan kesempatan siswa untuk belajar mengunakan model LC 5-E
dan SBEI 2.
Dapat meningkatkan pengetahuan, pemahaman dan wawasan guru tentang inovasi memilih model pembelajaran yang dipilih dan sesuai dengan karakteristik materi
pokok pada pembelajaran kimia, terutama pada materi pokok reaksi redoks. 3.
Memberikan informasi mengenai model pembelajaran learning cycle 5-E dan siklus belajar empiris-induktif.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah : 1.
Lokasi Penelitian SMA Negeri 7 Bandar Lampung 2.
Penguasaan konsep adalah kemampun siswa-siswi menguasai materi reaksi redoks yang diukur berdasarkan nilai pretest-posttest.
3. Learning cycle 5-E, terdiri dari 5 Fase: 1 Engagement, 2 Eksploration, 3
Explaination, 4 Elaboration, 5 evaluation. 4.
Model SBEI, terdiri dari 3 tahap : 1 tahap eksplorasi siswa mendapatkan fakta-fakta,
2 tahap pengenalan konsep, 3 tahap aplikasi konsep 5.
Lembar Kerja Siswa LKS yang digunakan dalam penelitian adalah LKS non eksperimen, yang merupakan salah satu alat bantu pembelajaran yang
berorientasi pada peningkatan kemampuan menemukan konsep sendiri. LKS ini berisi prosedur dan pertanyaan-pertanyaan yang membimbing siswa pada model
pembelajaran learning cycle 5-e dan siklus belajar empiris-induktif.
II. TINJAUAN PUSTAKA A.
Teori Belajar Perkembangan Kognitif Jean Piaget
Dalam belajar, kognitivisme mengakui pentingnya faktor individu dalam belajar
tanpa meremehkan faktor eksternal atau lingkungan. Bagi kognitivisme, belajar merupakan interaksi antara individu dan lingkungan dan hal itu terjadi terus-menerus
sepanjang hayatnya. Teori ini mengenal konsep bahwa belajar ialah hasil interaksi yang terus-menerus antara individu dan lingkungan melalui proses memasukkan
pengetahuan baru kedalam pengetahuan yang sudah ada asimilasi dan menye- suaikan diri dengan infomasi yang baru akomodasi.
Menurut Jean Piaget dalam Bell 1994, belajar adalah: Interaksi yang terus-menerus antara individu dan lingkungan. Artinya,
pengetahuan itu suatu proses, buk annya suatu “barang”. Karena itu untuk
memahami pengetahuan orang dituntut untuk mengenali dan menjelaskan berbagai cara bagaimana individu berinteraksi dengan lingkungannya.
Dalam proses pembelajaran Jean Piaget dalam Bell 1994, menyarankan: Penggunaan metode aktif yang menghendaki siswa menemukan kembali atau
merekonstruksi kebenaran-kebenaran yang harus dipelajarinya. Guru berperan mengatur dan menciptakan situasi dan menyajikan masalah yang berguna.
B. Pembelajaran Konstruktivisme