Bahasa Masyarakat Nias di Kota Gunungsitoli .1 Agama

37 yasin, memperingati isra’ mi’raj Nabi Muhammad dan lainnya. Walaupun memiliki perbedaan kepercayaan, masyarakat Nias di Kota Gunungsitoli hidup dengan harmonis dan rukun, serta saling menghormati antar umat beragama.

2.2.2 Bahasa

Bahasa Nias, atau Li Niha dalam bahasa aslinya, adalah bahasa yang dipergunakan oleh penduduk di Pulau Nias. Bahasa ini merupakan salah satu bahasa di dunia yang masih belum diketahui persis dari mana asalnya. Dr. Lea Brown, seorang ahli linguistik dari Australia yang telah menulis disertasi doktoralnya tentang bahasa Nias Selatan berjudul “A grammar of Nias Selatan”, mengatakan dalam suatu wawancara: “Barangkali misteri terpenting, dan yang paling menarik bagi para ahli bahasa, adalah ciri khas gramatikal Li Niha yang hingga sekarang tidak dikenal dalam bahasa-bahasa lain di dunia.” Bahasa Nias termasuk dalam rumpun bahasa Melayu-Polinesia tetapi agak berbeda dengan bahasa Nusantara lainnya, karena sifatnya yang vokal yaitu tidak mengenal konsonan di tengah maupun di akhir kata. Bahasa Nias mempunyai huruf bunyi tunggal vokal yang khas yaitu yang bunyinya hampir sama dengan e pepet atau eu dalam bahasa Sunda. Berdasarkan analisis, di identifikasi bahwa fonem bahasa Nias hanya berjumlah 20, yakni: b, d, f, g, h, k, l, m, mb, n, ndr, r, rn, s, t, w, bw, x, y, z. Logat dan intonasi bunyi bahasa Nias berbeda–beda yaitu karena memiliki dua logat, antara lain logat Nias Utara dan Nias Selatan atau Tello. Logat pertama dipergunakan di Nias bagian utara, timur, dan barat yang menggunakan pengaruh logat bahasa Nias Utara antara lain di daerah pedalaman dan daerah pantai memiliki ciri khas. Logat yang kedua di Nias bagian tengah, 38 selatan dan Kepulauan Batu yang mendapat mengaruh bahasa logat Nias bagian Selatan yaitu di daerah pedalaman dengan intonasi yang lebih tegas dan penekanan bunyi konsonan lebih sering. Penggunaan imbuhan berupa awalan, akhiran dan sisipan terbatas. Penggunaan morfologi lebih banyak terjadi karena ada perubahan bunyi secara sintaksis bukan semantik. Bahasa Nias merupakan salah satu bahasa dunia yang masih bertahan hingga sekarang dengan jumlah pemakai aktif sekitar setengah juta orang. Bahasa ini dapat dikategorikan sebagai bahasa yang unik karena merupakan satu-satunya bahasa di dunia yang setiap akhiran katanya berakhiran huruf vokal.Bahasa Nias mengenal enam huruf vokal, yaitu a, e, i, u, o dan ditambah dengan ö dibaca dengan e seperti dalam penyebutan enam. Dalam kedudukannya sebagai bahasa daerah, bahasa Nias seharusnya memiliki fungsi-fungsi three in one. Bahasa Nias tidak saja merupakan bagian, indeks, dan simbol budaya Nias. Bahasa Nias juga merupakan media untuk memenuhi kebutuhan menyampaikan atau menanggapi suatu informasi, baik mengenai masa lampau, mengenai masa kini, maupun mengenai masa depan. Ini sejalan dengan pendapat Grimes 2002, yang menyatakan bahwa bahasa berkembang bersama lingkungan masyarakat dan mencerminkan budaya masyarakat tersebut. Bahasa digunakan untuk menuturkan cerita, menceritakan masa lampau, mengungkapkan rencana masa depan, mengungkapkan sastra baik lisan maupun tertulis, dan mewariskan cara hidup. Ini menunjukkan betapa penting peranan bahasa Nias. Saat ini bahasa Nias masih digunakan sebagai alat komunikasi pada berbagai ranah, terutama oleh sebagian besar penduduk di desa-desa di pulau Nias. Beberapa warga komunitas tertentu asal Pulau Nias, yang tinggal di 39 beberapa daerah di luar Pulau Nias, terutama di Pulau Sumatera dan Pulau Jawa juga masih menggunakan bahasa Nias ketika berkomunikasi dengan sesama warga asal Pulau Nias. Akan tetapi, ada beberapa fenomena yang memberi petunjuk bahwa kehidupan bahasa Nias memerlukan lebih banyak perhatian berbagai pihak. Dalam beberapa tahun terakhir, interferensi bahasa Indonesia dan beberapa bahasa lain ke dalam bahasa Nias cenderung menjadi semacam invansi atau “penjajahan” bahasa. “Serangan” bahasa Indonesia dan beberapa bahasa lain terhadap bahasa Nias tidak saja menyangkut kosakata, melainkan juga meliputi elemen-elemen lain. Elemen-elemen lain bahasa Indonesia, misalnya, tidak lagi mengikuti kaidah yang berlaku dalam bahasa Nias. Salah satu hal yang menarik perhatian penulis mengenai penyusupan bahasa Indonesia ke dalam bahasa Nias tersebut adalah kenyataan bahwa bahasa Indonesia menyusup, bahkan menggeser bahasa Nias, melalui orang Nias. Untuk menulis sebuah kalimat dalam bahasa nias, harus memperhatikan beberapa aturan: • Dalam penulisan kata yang terdapat huruf double harus menggunakan tanda pemisah contoh kata: Gaa • Semua kata dalam bahasa nias asli selalu ditutup oleh huruf vokal. Beberapa kosa kata bahasa Nias dan terjemahannya dalam bahasa Indonesia. • Yaahowu = biarlah engkau diberkati, bisa juga digunakan sebagai ucapan salam • yao = aku, saya • ahono = tenang, diam 40 • ya`ugö = anda, kamu • asu = anjing • tola = boleh • lö nasa = belum • ebua = besar • fofo = burung • li Niha = bahasa Nias • lala = cara, jalan • tötö`a = dada • Tanö Niha = Pulau Nias • idanö = air • tundraha = sampanperahu • Hadia duria? = Apa kabar? • Hauga bözi? = Jam berapa? • Koda, foto = gambar • bongi = malam • tanÕ owi = sore • ama = bapak • ina = ibu • gaa = abang • nomo = rumah • baru = baju • manga = makan • serewa = celana • omasiö = disayangi 41 • omasido = aku suka • laluo = siang • ono = anak • ono alawe = anak perempuan • Hezo möiö? = Mau kemana? • Manörö-nörö = jalan-jalan Gambar 3: Seorang Ibu Sedang Berbicara dalam Bahasa Nias

2.2.3 Organisasi Mayarakat