sendiri, komunikasi, dukungan kebijakan, juga karakteristik bidan itu sendiri baik umur, tingkat pendidikan, tempat bekerja, pengetahuan, sikap
dan motivasi bidan terhadap program IMD dan ASI tersebut.
B. Perumusan Masalah
Rendahnya cakupan ASI Eksklusif merupakan salah satu masalah kesehatan yang harus mendapatkan perhatian lebih dari pemerintah, baik
pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Dukungan kebijakan dari pemerintah daerah baik berupa Perda, Surat Keputusan SK Bupati
maupun program-program yang ditujukan guna meningkatkan cakupan Inisiasi Menyusu Dini IMD dan ASI Eksklusif mutlak sangat diperlukan.
Pemerintah daerah Kabupaten Klaten telah mewujudkan dukungannya kepada pemerintah pusat dengan menetapkan Peraturan Daerah Perda
Nomor no. 7 tahun 2008 tentang Inisiasi Menyusu Dini IMD dan ASI Eksklusif dan dengan menetapkan program Inisiasi Menyusu Dini IMD
dan ASI Eksklusif sebagai program dari Dians Kesehatan Kabupaten Klaten. Berbagai strategi-strategi aksi dilakukan guna suksesnya program
Inisiasi Menyusu Dini IMD dan ASI Eksklusif tersebut. Berdasarkan latar belakang diatas guna mensukseskan suatu
program maka perlu adanya sosialisasi program, dalam hal ini sosialisasi kepada bidan sangat diperlukan. Karena bidan merupakan ujung tombak
pembangunan kesehatan di masyarakat dan berhubungan langsung dengan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Dari latar belakang
diatas juga dikemukakan bahwa keberhasilan sosialisasi program tersebut sangat dipengaruhi oleh proses sosialisasi itu sendiri baik
perencanaan planning, pengorganisasian organizing, pelaksanaan actuating dan pengendaliannya controlling maupun faktor-faktor lain,
maka mutu dari sosialisasi program tersebut sangat penting, karena apabila sosialisasi program tersebut kurang baik, maka implementasi
program tersebut bisa tidak berhasil. Dari paparan diatas, dapat diketahui bahwa indikator keberhasilan
dari sosialisasi program Inisiasi Menyusu Dini IMD dan ASI Eksklusif adalah adanya perubahan perilaku bidan dalam melakukan IMD pada
setiap pertolongan persalinan dan meningkatnya cakupan IMD dan ASI Eksklusif tersebut. Namun kenyataan dilapangan menunjukkan bahwa
belum semua bidan melakukan IMD dan ASI Eksklusif dalam setiap pertolongan persalinannya. Dan faktor yang menentukan terjadi atau tidak
terjadinya perubahan perilaku pada bidan adalah pada proses sosialisasi programnya. Untuk itu maka perumusan masalah yang ada adalah bahwa
proses sosialisasi dalam rangka implementasi program Inisiasi Menyusu Dini IMD dan ASI Eksklusif kepada bidan belum berjalan dengan optimal
yang dibuktikan dengan belum adanya perubahan perilaku pada semua bidan di Kabupaten Klaten dalam kaitannya dengan IMD dan ASI
Eksklusif.
C. Pertanyaan Penelitian