Proses Pemotretan
e. Proses Pemotretan
Gambar 7.151: Posisi Vertikal
1) Memegang Kamera Berhasil atau tidaknya suatu • Posisi Horisontal
pemotretan bisa disebabkan Posisi ini sering dilakukan oleh cara memegang kamera fotografer pemula atau foto-
yang kurang tepat, sehingga grafer professional. Salah satu menyebabkan hasil fotonya mata (kanan atau kiri) mem- tidak jelas, atau tidak focus bidik pada lensa jendela yang disebabkan waktu pemo- pengamat, sedangkan tangan tretan kameranya goyah. Un- kiri memegang kamera sambil
tuk menghindari kondisi ini, ibu jari dan telunjuk mengo- maka diperlukan cara meme-
perasikan / memutar gelang perasikan / memutar gelang
kamera sampai rapat berbunyi ”klik”. Pastikan kalau lubang- lubang di pinggir film bisa tertarik oleh gigi engkol pe- mutar film. Tegangkan film dengan cara memutar penggu- lung film sebelah kiri dengan engkol pemutar film di sisi kanan kamera.
Gerakkan engkol pemutar film ke kanan dan lihat penggulung
Gambar 7.152: Posisi Horisontal
film, apakah ikut bergerak atau tidak. Kalau bergerak berarti
2) Langkah-langkah
film sudah masuk ke gigi
engkol yang berarti sudah siap • Persiapan (Memasang
Pemotretan
digunakan untuk pemo-tretan, Film)
tetapi kalu tidak ada gerakan Buka tutup punggung kamera berarti tidak sambung, film
dengan mengangkat tombol di tidak nyantol, harus di pasang bagian atas kamera. Film ulang. Bila film sudah diang- gulung yang berada dalam gap benar memasangnya, spul dimasukkan dalam ruang putar engkol film lalu jepretkan sebelah kiri lalu tombol dikem- hingga 2 kali sambil melihat balikan sebagai pengunci pa- penunjuk nomor film pada
da rol kaset. kanan kamera di mulai huruf S (Start).
• Teknik Pemotretan o Sudut pandangan pemo-
tretan Pengambilan sudut pandang- an dalam pemotretan merupa- kan pilihan pribadi seorang fo- tografer baik secara obyektif maupun subyektif. Alasan ter- sebut tentunya didasarkan
atas be berapa pertimbangan,
Gambar 7.153:
Lubang-lubang pada pinggir film
antara lain tentang arah da-
merupakan merupakan tempat gerigi
tangnya sinar, pengambilan
engkol pemutar film engkol pemutar film
kamera menghadap ke atas kan background dengan me- obyek. ngutamakan close up obyek, pengaturan komposisi foto, dan sebagainya.
o Pandangan Burung (Birds Eye View)
Pemotretan dari posisi yang tinggi, seperti dari udara, pohon, tangga kearah yang lebih rendah, atau pemotretan anak yang sedang duduk yang
Gambar 7.155:
diprotret fotografer
dalam
Pandangan Katak (Frogs Eye View)
posisi berdiri. o Setinggi Mata Mendatar
(Eye Level Viewing) Cara ini paling sering dila-
kukan oleh sebagian besar orang yang baru belajar fotografi sampai fotografer profesional, yaitu kamera dibi- dikan setinggi mata.
Gambar 7.154: Pandangan Burung (Birds Eye View)
Gambar 7.156:
Pandangan Katak (Frogs Setinggi Mata Mendatar (Eye Level
Eye View) o Setinggi Pinggang (Waist
Pemotretan dari posisi yang Level Vie-wing) rendah atau dekat tanah yang
diarahkan ke tempat yang Pemotretan obyek dengan lebih tinggi. Biasanya foto- posisi kamera setinggi ping- grafer dalam memotret de-
gang atau dada. Dalam gang atau dada. Dalam
Gambar 7.158: Posisi Tangan Tinggi (High Han- dheld Position)
o Posisi badan Pengaturan posisi badan
dalam pemotretan untuk men- dukung posisi tangan dalam memegang kamera dan men-
Gambar 7.157:
jaga kestabilan posisi badan
Setinggi Pinggang (Waist Level
untuk mendukung ketenang- an kamera. Pengaturan posisi badan ini dapat dikelom-
o Posisi Tangan Tinggi pokkan berdasarkan sikap (High Han-dheld Position)
atau gaya. Pemoteran dilakukan dengan o Sikap Berdiri
cara mengangkat kamera setinggitinginya tanpa me-
Kestabilan sangat diharap- ngintai dengan mata. Teknik kan dalam sikap berdiri, yaitu
ini dilakukan bila di depan satu kaki ditempatkan di banyak yang menghalangi
depan, tubuh bagian atas dalam pemotretan, seperti
menghadap ke arah obyek banyaknya orang/fotografer
yang dibidik. Perlu adanya yang berjubel memburu se- relax, semua otot-otot tangan, buah obyek untuk pemberi- punggung, perut, kaki, dan taan. Untuk mendapatkan
leher yang dikonsentrasikan hasil foto yang baik, sering ke otak untuk membidik
kali gambarnya tidak mem- moment yang dipotret. fokus, miring, kabur, atau
Gambar 7.159: Kerelekan sangat dibutuhkan dalam pemotretan
o Sikap Jongkok
Gambar 7.160:
Sikap ini diperlukan untuk Memotret dengan sikap Jongkok memotret obyek secara riil dan nyata dari depan. Sikap relax dan stabil sangat diperlukan, dengan cara siku kiri bersan- dar pada lutut kiri sambil memegang kamera, sedang- kan lutut kanan bersandar di atas tanah sebagai penyangga kekuatan dalam mengintai kamera.
o Sikap Tiarap Sikap ini sama dengan sikap
tiarap orang akan menembak. Ca-ranya siku kiri bersandar di atas tanah agak ke depan sambil memegang kamera, lalu siku kanan diposisikan ke kanan agak kebelakang se- bagai pemijit tombol penekan. Sikap yang diperhatikan ada- lah kedua tangan harus men- Gambar 7.161:
capai keseimbangan,rileks, Memotret dengan sikap Tiarap dan stabil.
o Sikap Berbaring
3) Memotret Obyek
Sikap berbaring adalah pung- Beberapa hal yang harus gung bersandar di atas tanah dilakukan dalammelakukan dengan posisi muka meng- pemotretan, adalah sebagai hadap ke langit sambil kedua berikut: tangan memegang/ mengope-
• Langkah pertama rasikan kamera. Posisi tangan adalah memilih obyek atau mem-
seperti pemotretan pada po- persiapkan obyek yang akan sisi berdiri, adapun posisi dipotret. Obyek bisa berupa kamera bisa diarahkan ke manusia, binatang, benda atas, serong ke kanan atau ke dilingkungan kita, atau pe- kiri. mandangan alam.
• Atur dan dekatilah obyek yang akan dipotret sesuai dengan arah posisi pem- bidikan. Atur komposisi gam- bar dalam bingkai penga- matan / jendela pengamat berdasarkan dengan tempat, arah gerak, volume dan kekuatan obyek tampil dalam satu frame.
Gambar 7.162: Sikap Berbaring
o Sikap Bersandar Sikap bersandar merupakan
sikap yang sering dilakukan untuk mencapai kestabilan da- lam membidik obyek dengan kecepatan kamera rendah. Fo- tografer bisa menyandarkan kameranya di atas kursi, meja, tembok sambil nahan nafas untuk melepaskan tombol penekan dengan harapan hasil
Gambar 7.163: Sikap Bersandar
jepret-annya berkualitas.
• Perhatikan dengan arah • Putarlah engkol pemutar film, sinar, karena dapat mem- bila lancar berarti film masih
pengaruhi nilai kehidupan bisa digunakan, tetapi bila obyek, atau mempengaruhi tidak bisa diputar berarti film masuknya sinar pada ka- sudah habis. Bila tidak bisa mera. Arah jatuhnya sinar diputar hal ini jangan dipak- sangat penting dalam usaha sakan yang mengakibatkan membentuk gambar, karena film lepas dari ikalan sehingga sinar dapat menampilkan sulit di gulung kembali. obyek yang sebaik-baiknya.
• Bila anda sudah mengha- • Latar belakang sangat pen- biskan seluruh rol, gulunglah ting dalam pemotretan. Warna film dengan cara menekan putih, seperti tembok, langit, tombol pemutar baik film lalu matahari sangat dominan da- putarlah ke kanan penggerak lam mempengaruhi kegagalan engkol pemutar film sampai tampilan obyek, karena sinar terdengat ”krek” hingga pemu- sangat menyorot langsung ke taran terasa ringan. Setelah kamera sangat kuat. Begitu itu, barulah pintu punggung juga latar belakang yang kamera di belakang kamera semrawut, kacau, simpang siur dengan cara mengangkat juga mengganggu tampilnya penggerak engkol pemutar suatu obyek.
film.
• Langkah selanjutnya adalah, • Angat gulungan film dari bodi mengatur jarak, memfokuskan kamera, masukkan ke tabung obyek, dan memilih komposisi film dan simpanlah ke tempat yang baik. Jika semua sudah yang jauh dari sinar agar film dianggap tepat maka secara tidak bereaksi/hangus. Selan- pelan tombol penekan sampai jutnya film siap dicuci dan terdengar ”krek”.
dicetak.
• Memotret dengan frame lain Ada beberapa teknik dalam dengan cara memutar engkol pemotretan penekanan suatu film dengan cara mengge- obyek, antara lain: rakkan ibu jari ke arah kanan
Long Shot sambil melihat penggulung film • yang juga ikut berputar.
Pengambilan gambar me- nyeluruh, bila obyeknya orang
• Lihat angka penunjuk film, dari ujung rambut hingga apakah menunjukkan angka
ujung sepatu, maka seluruh
10 atau 24/36 tergantung tubuh dan latar belakang akan jumlah film.
tampak semua.
• Medium Shot Bila obyeknya orang, maka
yang tampak hanya kepala hingga punggung.
Gambar 7.164: Pengambilan seluruh tubuh
Gambar 7.166: Medium shot dengan tampilan anggun
Gambar 7.165: Gambar 7.167: Menariknya menangkap
Ekspresi anak menangis sangat seluruh obyek bergerak
bagus diabadikan dengan teknik medium shot
• Close Up Pengambilan obyek
yang
memfokus secara penuh, sebagai contoh bila obyeknya orang, yang tampak hanya wajah, namun bila obyeknya benda akan kelihatan karak- ternya atau bagian-bagiannya.
Gambar 7.168: Close up dapat mengekspos sebuah obyek untuk
Gambar 7.170: Pengambilan high penjelas berita
angle mendapatkan foto yang menatik
Gambar 7.169: Bagaimana ekspresi seorang penari dan peniup seruling,
Gambar 7.171: Pengambilan high close up berperan
angle dari arah belakang
• High Angle • Low Angle Sudut pengambilan dari atas Pengambilan obyek dari arah
obyek, sehingga kesan obyek bawah, sehingga obyek men- jadi mengecil yang memberi jadi kesan besar. kesan dramatis.
• Foreground Pengambilan obyek utama
yang dipadu dengan obyek lain yang letaknya di depan obyek utama, namun fokus tetap pada obyek utama. Hasil foto terkesan bahwa obyek utama terhalangi oleh obyek lain di depannya.
Gambar 7.172: Pengambilan low angle Sebuah bangunan yang tampak
Gambar 7.174 a,b: Pengambilan obyek dengan
lebih kokoh
teknik foreground memberi kesan dramatis
• Background Kebalikan dengan foreground,
bahwa pengambilan obyek utama yang letaknya di depan didukung dengan obyek lain yang letaknya di belakang. Hasil foto akan terlihat obyek fokus terlihat jelas, sedangkan obyek lain sebagai pendam- ping dibelakang terlihat kabur.
Gambar 7.173: Pengambilan low angle Gambar 7.175 a,b: Teknik background bisa menambah keanggunan
memberi kesan mempertegas obyek utama
• Panning • Zooming Pemotretan suatu obyek yang Teknik pemotretan dengan
bergerak atau pembekuan cara mengerakkan/memutar obyek dengan cara mengatur lensa zoom, sehingga kesan kecepatan merekam dalam yang didapat adalah obyek kamera. Obyek hasil pemo- mendekat / menjauh. Teknik tretannya kelihatan bergerak pemotretan dengan menggu- sangat cepat. Teknik ini ada- nakan kecepatan di bawah lah menggerakan kamera me- 1/60 sambil memutar ring ngikuti obyek dengan menggu- zoom yang melebar atau nakan kecepatan rendah di memanjang, sehingga menda- bawah 1/60. Panning hanya patkan kesan obyek berkesan bisa dilakukan dengan jarak mendekat atau menjauh. pendek sekitar 2-4 meter agar latar belakang terlihat kabur. Teknik lain adalah membidik • Multiple exposure obyek yang bergerak dengan
Teknik pemotretan obyek menggunakan kecepatan ting- beberapa kali dalam satu gi di atas 250 (sesuai dengan frame (bingkai film). Hasil yang kece-patan obyek), sehingga didapat adalah
tampilnya obyek dan latar belakang akan obyek yang sama dalam posisi kelihatan semua. beda yang hadir dalam satu
frame. Teknik ini akan lebih baik menggunakan tripod agar kamera tidak goyang. Cara yang dilakukan adalah dengan menekan tombol pemutar balik film pada bagianbawah kamera sebagai pembidikan obyek ke dua, begitu juga seterusnya.
Gambar 7.176 a,b: 2 karya di atas Gambar 7.177: Multiple exposure menggunakan teknik panning memberi kesan memberikan obyek gambar yang sama
berjalan
dalam satu foto
• Window Light Teknik pemotretan dengan
cara memanfaatkan cahaya dari satu sumber, seperti ca- haya dari jendela, caha lilin yang dekat dengan obyek. Hasil yang didapat adalah sebagian obyek yang kena cahaya akan jelas, tetapi yang tidak kena cahaya akan gelap Gambar 7.180: Percampuran cahaya tidak kelihatan.
pantulan dan gerak dapat didokumentasi menggunakan teknik window ligh
• Siluet Teknik pemotretan dengan
memanfaatkan cahaya dari sumber langsung baik mata- hari atau bulan. Hasilnya, latar belakang terang sedangkan obyek di depan kelihatan gelap.
Gambar 7.178: Memanfaatkan cahaya
dari jendela
Gambar 7.181 a,b: Cahaya diwaktu sore Gambar 7.179: Kesan dramatis yang
hari Sangat bagus didokumentasikan dihasilkan oleh pantulan cahaya lilin hari Sangat bagus didokumentasikan dihasilkan oleh pantulan cahaya lilin
Apapun foto close-up pada moment tertentu, seperti wak-
Moment merupakan kegiatan tu kegiatan tari, maka foto yang harus didokumentasi tersebut sifatnya santai, lucu, agar kejadian yang pernah tidak serius, dan non formal. dilakukan tidak begitu saja
hilang dari ingatan, atau ada bukti bahwa masa lalu pernah dilakukan suatu kegiatan. Me- motret moment harus menge- tahui gerak, langkah, ataupun maksud adanya gerakan, mi- mik muka, atau ekspresi.